Menikmati Proses. Meladeni Obsesi. Mengakrabi Tuhan.

Middle Contemplation

16 komentar

Pada akhirnya semua adalah tentang tujuan. Meski dalam hidup, ada terlalu banyak distraksi yang mengecoh kita untuk mencapai tujuan, tetap saja semua akan kembali ke sana.

Bukan hanya tentang rintangan yang membuat manusia lupa tentang apa yang ingin ia capai, tetapi juga tentang luapan rasa bahagia berlebih sehingga menutupi fakta. Aku menyebut jenis distraksi kedua ini sebagai badai dopamine. Terlalu banyak menelan rasa bahagia terkadang membuatku lupa tentang tujuan semula.


Ketika badai sudah reda, maka semuanya bisa terlihat lebih objektif. Otak dan hati mampu bersinergi dengan logis. Tidak penuh emosi dan perasaan.



Hal lain yang juga cukup menggangguku adalah semakin ke sini, semakin tertutup aku ke orang lain. Dulu memang tertutup, sekarang lebih lagi. Beruntung, lingkunganku cukup intimate sehingga aku tidak bisa melarikan diri. Seandainya aku berada di lingkungan yang dominan soliter, kondisiku pasti akan semakin parah. Meski merasa nyaman, aku pikir ini bukan hal yang baik jika terus kuikuti. Aku hanya perlu membuat batasan imajiner di mana wilayah privasiku tidak terjamah oleh orang lain, sisanya biarlah sebagian diriku menjadi makhluk sosial.


Ada banyak hal di kepala yang tak bisa kubagi pada orang lain. Beruntung aku punya media dan metode menuangkannya dalam bentuk tulisan (yang tentunya tidak dipublish). Batas topik yang bisa kubagi dan tidak masih samar, selama ini aku hanya mengandalkan perasaan nyaman dan pikiran tentang bagaimana tanggapan orang-orang tertentu tentang hal itu. Ya, aku juga terkadang memikirkan validasi dari beberapa orang yang kuanggap cukup penting. Dalam kasus tertentu, kadang validasi dari satu orang saja cukup.


Hal lain yang sedang menari-nari di kepalaku adalah keinginan untuk mencoba hal-hal baru. Cukup aneh sebenarnya. Di faseku sekarang, seharusnya aku hanya perlu mengasah hal yang sudah kupilih menjadi jalan ninjaku. Masa coba-coba sudah lewat. Tidak kusesali sih, karena sejak dulu aku memang sudah banyak mencoba banyak hal.


Hanya saja, mencoba hal baru tetap menjadi momok yang membayangi pikiranku. Bukan tentang hal yang aku bisa, sebaliknya tentang hal yang sama sekali aku belum tahu ilmunya. Hanya sekadar suka, tapi tidak tahu bagaimana dalamnya. Curios, mungkin itu istilah yang lebih tepat untuk menggambarkan perasaan ini.


Itulah mungkin juga kenapa aku lebih senang spend money untuk menikmati experience daripada membeli barang-barang. Selain mendukung paham minimalisme, pengalaman membuatku jauh lebih kaya meski intangible.


Overall, aku sedang sangat menikmati hidupku sekarang. Capek sih, tapi senang. Mana ada hidup yang nggak capek coba? Bahkan diam aja capek kan kalau kebanyakan. Pun masalah, pasti selalu ada. Tidak ada hidup yang sepi dari masalah.


Mungkin karena sekarang aku punya banyak pilihan untuk coping mechanism, makanya lelahnya nggak terasa. Hal-hal kecil saja, tidak perlu wah, tapi aku suka sudah bisa mengembalikan energiku.


Eh, ngomong-ngomong tentang energi. Aku berasa tertampar membaca tulisanku sekitar 3 tahun lalu yang berjudul Manajemen Energi. Betapa ternyata dulu itu aku begitu tertata, sekarang ‘urakan’ sekali. YOLO dalam batas wajar. Mari perbaiki kembali terutama pola olahraganya. 


Makanku sekarang banyak euy, bahkan di saat stamina up and down. Sekarang lagi musim sakit berkali-kali, aku langganan flu kalau imunitas enggak bagus dan kebanyakan makan nggak sehat. Efek kebanyakan makan, di beberapa bagian tubuhku membesar dan kadang bikin malas gerak. Oleh karena itu, marilah kita olahraga rutin lagi. 


Semuanya bisa jadi coping stress sih bagiku. Makan enak, bikin mood membaik. Kalau sehat, nutrisinya bagus untuk tubuh juga. Olahraga bikin badan segar dan yang jelas saat olahraga, aku lebih mindfull. Saat itu rasanya aku bisa fokus dengan pikiranku sendiri. Meski saat jogging atau sepedaan aku mendengarkan musik, tapi pikiranku terkadang terpusat pada satu hal yang kuanggap penting.


Selain coping stress, tangki cinta menurutku juga perlu diisi agar selalu penuh sehingga dapat menjalani hidup dengan lebih semangat. Tangki cinta ini berhubungan dengan hubungan kita dengan orang-orang terdekat, orang-orang yang dicintai. Menghabiskan waktu bersama dan berinteraksi dengan mereka adalah salah satu cara mengisi kehampaan hati.


Jangan lupakan hobi. Bagiku hal-hal kecil yang remeh seperti bermain game tebak kata saja sudah menyenangkan. Bahkan di hari yang berat, permainan tebak kata ini membuatku terbangun dengan lebih semangat. Kata apa ya yang muncul hari ini? Itu yang kupikirkan.


Selain itu membaca. Aku nggak pernah skip membaca. Membaca novel tepatnya, adalah hiburan menyenangkan bagiku. Aplikasi ipusnas di hp sangat berguna di waktu-waktu senggang atau sebenarnya hectic tapi aku hanya sedang ingin mencari inspirasi.


Well, meski aku bilang di atas sudah sangat menikmati hidupku sekarang, tentu saja aku masih mempunyai tujuan yang ingin kucapai. Karena seperti kata-Nya, jika sudah selesai dengan satu urusan maka kerjakanlah urusan yang lain. Kurang lebih seperti itu. Kalau tidak ada tujuan, hidup akan hampa.


Tapi bedanya aku dengan yang dulu adalah aku tidak terlalu ngoyo dalam mengusahakan sesuatu. Bukan tidak totalitas ya, tapi fase tawakal setelah berusahanya kucoba perdalam. Seperti kunci paham stoikisme, fokuslah hanya pada apa-apa yang bisa dikendalikan. Sisanya biarlah Ia yang mengurus.


Ini adalah salah satu kemajuan dari diriku. Dulu aku begitu perfeksionis sehingga tidak jarang mengalami kekecewaan jika gagal. Sekarang lebih slow dalam banyak hal. Dulu, melihat ruangan berantakan, aku nggak tahan untuk membiarkannya. Ada pekerjaan rasanya ingin selalu langsung kueksekusi. Sekarang, aku lebih manusiawi. Meski totalitas tetap saja menjadi motto hidupku. Bukan hanya pada hal-hal serius, tetapi juga untuk hal yang main-main.


Pada akhirnya, semua adalah tentang tujuan. Tujuan terbesar tentu saja bermuara kepada Sang Khalik. Memperbaiki hubungan dengan-Nya tidak akan pernah salah. Semua karut marut duniamu boleh jadi hanya seujung kuku, nikmat-Nya seluas buih di lautan.


Jika merasa sedang tidak tentu arah atau gelisah, coba pikirkan kembali tujuan hidupmu. Apa yang ingin kamu capai dalam hidup ini? Apa yang membuatmu bahagia? Apa yang membuatmu terasa ‘penuh’? Apakah jalan yang sedang ditempuh mampu membawamu sampai ke tujuan?


Random sekali ya kontemplasiku ini. Segala tema kutulis dan sama sekali tidak terstruktur. Tidak perlu editor, saringannya hanya berdasarkan perasaan. Setidaknya itu yang ada di kepalaku dan bersedia kubagikan, biar aku nggak perlu menyimpannya sendiran. Biar nggak meledak.


Karena bagiku hidup bukan hanya tentang satu hal, tapi tentang multiverse versi masing-masing. Karir, hobi, keluarga, me time, relasi dengan orang lain, hubungan dengan Tuhan, dan lainnya. Semuanya terlalu banyak jika hanya dipendam.


Untuk kamu yang sudah baca sampai akhir, terima kasih. Semoga hidupmu juga menyenangkan. []

Rindang Yuliani
Hi, I'm Rindang Yuliani. I'm a writer, a civil servant, and living in Barabai, South Borneo. I love reading and I'm interested in travelling. My first book is Escape, Please!

Related Posts

16 komentar

  1. Setuju denganmu tentang merapihkan kembali energi tubuh dengan menata makanan yang masuk dan gerak tubuh, Mbaaa. Karena semua yang di tubuh kita saling terkoneksi body-mind-soul😉

    BalasHapus
  2. Mbaaa, bagus banget tulisannya. Sekaligus pengingat bagi saya juga sih mengenai tujuan hidup ini. Btw, mengenai perfeksionis itu memang ada orang yang sudah perfeksionis dr kecil. Aku pun sempat hampir jadi perfeksionis namun lekas aku singkirkan karena buat stress, hihihi. Semangat terus ya mbak Rindang

    BalasHapus
  3. Benar mbak.. kalau bisa setiap yg kita lakukan ada tujuannya utk sang Khalik biar ga ngerasa sia2..buat apa ngoyo2 kalo ga ada tujuan akhiratnya. minimal baca bismillah ya..

    BalasHapus
  4. Perasaan lama nian aku udah nggak berkontemplasi. Mungkin takut mumet ya. Jadi mikir yang daleeeem cukup sewaktu-waktu dan kalo memang diperlukan.

    BalasHapus
  5. Bagus banget, malah menurutku, kak Rindang.
    Kak Rindang sangat megenal diri sendiri sehingga bisa bahas dalam dari akar-akarnya dan tahu persis jalan keluarnya apa.

    Ini pentingnya kontemplasi.
    Agar segala unek-unek bisa dikeluarkan tanpa ada perasaan yang mengganjal lagi dan semoga berikutnya bisa melangkah lebih ringan.

    Hidup memang dinamis, tak pernah sama. Bahkan dengan diri kita sendiri 1 detik yang lalu. Jadi menikmati dan kontemplasi lalu memperbaiki with new version.

    BalasHapus
  6. Kehidupan adalah hal baik yang wajib kita jalani dengan usaha terbaik ya mbak
    Selain usaha dan doa, memang harus punya yang namanya tawakal

    BalasHapus
  7. aku ngalami kerandoman ini mbak, gegara dua hari terakhir ini isinya kasus artis yang bersekingkuh atau kdrt, dan ternyata meski sekilas nguras energiku

    BalasHapus
  8. Sepakat mbak, kalau menurut saya mungkin lebih semeleh ya mbak, menempatkan sesuatu pada tempatnya, berusaha sih tetap, semisal tidak tercapai, lebih legowo aja, sedih, marah, kecewa, senang secukupnya aja ga berlebihan
    hidup adalah sebuah keniscayaan dan semuanya saling terhubung

    BalasHapus
  9. Big why kenapa kita hidup kemana kita akan berpulang itu sih mba...yang membuat semangat menjalani hidup. Intinya smeleh

    BalasHapus
  10. Setuju banget kak Rindang sama quotesnya, mana ada hidup yang ngga capek? hehe.. saya jadi inget kata2 seorang ulama, istirahatnya seorang Muslim itu ketika ia di akhirat nanti. ini nih yang seringkali bikin aku semangattt produktif

    BalasHapus
  11. MasyaAllah keren banget kontemplasinya, Mbak. Memang setiap individu butuh berkontemplasi, ibaratnya sekadar untuk melirik kompas kehidupan kita, apakah masih "on the track" ke arah tujuan hidup semula, atau sudah melenceng jauh dari tujuan.

    BalasHapus
  12. Terimakasih artikelnya Mbak. Mencerahkan saya yanh kadang juga terdistraksi saat punya tujuan.

    BalasHapus
  13. Kadang memang kita harus tertutup karena tidak semua perlu diceritakan.

    BalasHapus
  14. klau merasa gelisah dan sedih sy biasanya baca Al-Quran mba. Hati dan pikiran jd adem

    BalasHapus
  15. Setuju sih mba, adanya tujuan hidup itu bisa meluruskan kembali kalau sudah tak tentu arah. Layaknya novel yang udah ada premis dan outline. Kalau nulisnya hilang arah tinggal cek premis dan outline

    BalasHapus
  16. Mba aku jadi sadar udah lama ga baca novel.sekarang lebig sering nonton drakor atau film. Coping mecanism ku juga ga terlalu bagus jadi begadang nonton tadi akhirnya lemes sendiri. Dunia ini memang banyak distraksi ya

    BalasHapus

Posting Komentar