Menikmati Proses. Meladeni Obsesi. Mengakrabi Tuhan.

Puasa di Rumah Aja

1 komentar

Tahun ini, Ramadan 1443 Hijriah adalah Ramadan ketiga di masa pandemi yang kita rasakan. Meski sekarang statusnya sudah berubah dari pandemi menuju endemi, tetap saja kita tidak bisa mengabaikan protokol kesehatan. Salah satunya adalah dengan tidak banyak keluar rumah untuk mencegah paparan penyakit.


Bagi sebagian orang, berada di rumah saja saat puasa mungkin adalah hal yang membosankan. Hal ini bisa disiasati dengan melakukan kegiatan saat berpuasa yang tidak biasa di rumah. Melakukan kegiatan asyik bersama keluarga saat puasa juga dapat menjadi alternatif. Aku juga pernah menulis 5 Tips Betah di Rumah Selama Pandemi Covid-19, silakan dibaca.



Aktivitas di rumah aja selama puasa juga dapat lebih menyenangkan ketika didukung oleh barang-barang yang dapat membuat momen di rumah aja tidak membosankan. Dengan di rumah saja, kemungkinan untuk lebih produktif juga bisa terjadi. Ini merupakan salah satu goal-ku. Aku mencatat hal-hal yang ingin dilakukan saat bulan puasa di postingan lainnya. 


Aku ingin merangkum ceritaku tentang dua Ramadan sebelumnya yang lebih banyak di rumah aja karena kondisi pandemi. Ini akan menjadi cerita yang cukup bersejarah.


Ramadan 1441 H – 2020 M

Pada tahun pertama pandemi, aku masih di tempat kerja yang lama. Saat itu pandemi baru saja merebak dan sedang ganas-ganasnya, benar-benar bisa merenggut nyawa seseorang.


Work from home (WFH) pun dilaksanakan. Hastag #dirumahaja banyak digaungkan di media sosial. Ada banyak waktu luang, acara-acara mendadak dibatalkan. Aku yang terbiasa keluyuran dipaksa hanya berada di rumah selain ke kantor di jadwal yang telah ditentukan. Kegiatan harianku saat Ramadan pun berubah. 


Saat itu yang kulakukan untuk mengisi waktu di bulan puasa adalah mengikuti beberapa challenge dan kelas menulis. Aku menceritakan tentang hal itu di postingan Keahlian yang Diasah saat di Rumah Aja


Saat itu, wifi di rumah belum ada. Jadi aku mencari sinyal ke belakang rumah di bawah pohon manggis. Di sana ada semacam bale-bale, tempat duduk yang dibikin sama papa. Sekarang tempat duduknya sudah tidak ada, tapi wifi sudah tersedia di rumah. Selain ke belakang rumah, aku memaksimalkan waktu di kantor untuk mengakses internet. Sinyal di rumahku sangat payah jika hanya mengandalkan provider.


Di kantor karena volume pekerjaan berkurang, ada banyak waktu yang bisa kulakukan bersama teman-teman sesama WFH-ers. Entah ada berapa resep yang kami coba di waktu senggang kala itu. Yang paling berkesan tentu saja setup roti tawar dan dalgona coffe. Hits banget lah waktu itu karena semua orang membuatnya untuk mengisi waktu di rumah aja.


Ramadan 1442 H – 2021 M

Ramadan di saat pandemi tahun kedua aku sudah pindah ke kantor yang baru. Saat itu aku sedang berada dalam masa adaptasi sebagai pegawai baru. Tidak ada WFH karena angka covid juga tidak sebanyak di awal, tetapi beban kerja juga tidak tinggi. Jadi yang biasa kami lakukan di kantor saat senggang adalah bersantai, terkadang sambil rebahan.


Jadi di Ramadan kedua aku sama sekali tidak di rumah saja. Kecuali weekend jika tidak kemana-mana. Itu pun pasti keluar saat malam untuk tarawih. Btw, di Ramadan tahun pertama pandemi aku sama sekali tidak pernah tarawih di luar selama sebulan penuh. Bahkan salat hari raya juga di rumah saja. Berkesan sekali.


Ramadan 1442 H – 2021 M

Ramadan ketiga, tahun ini, aku masih di tempat kerja yang sama. Rutinitas masih seperti biasa. Kecuali jam kerja yang berkurang satu jam. Hanya weekend yang libur dan itu pun belum tentu di rumah saja. Terutama untuk memenuhi undangan bukber yang hanya ketemu setahun sekali sama pesertanya.


Tapi kalau boleh memilih aku sebenarnya lebih senang di rumah saja. Seperti yang pernah kubilang di postinganku sebelumnya, keinginan untuk keluar rumah berkat pandemi menjadi berkurang. 


Tanpa sadar aku sudah menjadikan rumah sebagai dunia yang aku bisa mendapatkan apa saja di sana (kecuali makanan). Pelan-pelan aku men-set up rumah sebagai tempat yang paling ideal untuk kutinggali.


Sehingga jika seandainya diharuskan puasa di rumah saja selama sebulan penuh asal pangan tercukupi sepertinya aku tidak akan keberatan dan masih dapat hidup dengan nyaman.


Hal ini membuatku lebih sering berhitung jika ingin keluar rumah, entah untuk belanja makanan atau sekadar jalan-jalan. Misal kalau mau pergi sore, harus dipastikan agar pulangnya tidak lewat dari jam 5 biar masih sempat menyiapkan buka puasa. Solusinya berangkat lebih cepat atau waktu di luar rumah harus digunakan dengan efisien.


Kondisi di jalan saat bulan puasa juga agak crowded di kota kecilku. Hal ini menimbulkan pertimbangan lain yaitu mau berangkat pakai mobil atau motor. Kalau mau ringkas dan cepat, pakai motor. 


Selain itu kalau mau keluar atau jalan pada malam hari, aku dan suami memilih untuk berangkat sejak setelah berbuka puasa lalu tarawih di pusat kota. Setelah itu baru mengerjakan urusan di sana. Lumayan menghemat waktu di jalan dibandingkan baru berangkat setelah selesai tarawih. Atau kalau harinya bisa dipilih, kami keluar di malam hari ketika ada acara bukber yang kebanyakan diadakan di kota.


Hikmah Puasa di Rumah Aja

Ada beberapa hikmah yang bisa diambil dari keharusan lebih banyak menghabiskan waktu di rumah selama pandemi pada bulan puasa seperti sekarang ini. Semoga kita bisa memaksimalkannya.


1. Beribadah Lebih Banyak

Momen di rumah aja dapat digunakan untuk lebih banyak beribadah. Ada banyak bentuk ibadah yang bisa dilakukan di rumah saja ketika bulan puasa, seperti salat lima waktu, tilawah, dan menuntut ilmu agama. Apalagi semuanya bisa didukung oleh fasilitas internet seperti sekarang. 


2. Lebih Dekat dengan Keluarga

Karena sering berada di rumah, maka kita harus lebih sering berinteraksi dengan orang rumah yang notabene adalah keluarga. Hal ini dapat meningkatkan rasa kebersamaan bersama keluarga tercinta setelah mungkin sebelumnya jarang bertemu akibat kesibukan masing-masing.


3. Waktunya Istirahat

Saat bulan puasa, bahkan bagi yang bekerja, load kesibukan itu seperti direm dan volumenya kecil. Dengan berada lebih banyak di rumah saja dengan sedikit urusan pekerjaan akan membuat kita bisa beristirahat lebih berkualitas. Anggap saja ini adalah bulan istirahat setelah 11 bulan kita bekerja keras.


4. Lebih Produktif di Bidang Lain

Sepertiku yang menggunakan waktu luang di rumah saja selama Ramadan untuk mengikuti challenge menulis, aku harap orang lain juga bisa produktif di bidang yang tidak bisa banyak dilakukan jika di bulan biasa.


Demikian ceritaku tentang puasa di rumah saja selama 3 tahun pandemi ini. Apakah kamu juga punya cerita dengan tema yang sama? Yuk ceritakan di kolom komentar. []

Rindang Yuliani
Hi, I'm Rindang Yuliani. I'm a writer, a civil servant, and living in Barabai, South Borneo. I love reading and I'm interested in travelling. My first book is Escape, Please!

Related Posts

1 komentar

  1. Selamat menjalankan ibadah puasa mbak. Serunya aktifitas mbak ternyata yah selama pandemi ini berlangsung. Semoga pandemi ini segera berahkir dan menjadi endemi

    BalasHapus

Posting Komentar