Menikmati Proses. Meladeni Obsesi. Mengakrabi Tuhan.

Pentingnya Big Why dalam Menentukan Prioritas

9 komentar
Big why adalah alasan utama mengapa seseorang melakukan sesuatu. Pada tulisan kali ini aku akan menjabarkan bagaimana big why menentukan prioritas seseorang dalam hidup. Semakin kuat big why untuk satu urusan, maka semakin tinggi letaknya dalam skala prioritas.

Beberapa waktu terakhir, aku sering merasa overwhelmed. Maklum pekerjaan di kantor sudah mulai meningkat intensitasnya. Oleh karena itu aku membuat daftar hal-hal yang selama ini kugeluti dalam hidup dan berusaha menulisnya dalam bentuk urutan prioritas. 

Big Why Prioritas


Keluarga dan pekerjaan kantor menempati posisi dua teratas daftar prioritasku. Kebetulan, aku hidup di tengah keluarga yang menyenangkan. Sedangkan pekerjaan sendiri, karena saat ini aku memang sedang dalam tahap meniti karir jadi mana mungkin aku mengabaikannya.

Selanjutnya adalah pekerjaan-pekerjaan di dunia digital, seperti medsos, ngeblog, nulis di media, atau menulis novel online. Di bagian bawah daftar terselip me time berupa membaca dan menonton (video Youtube). 

Untuk saat ini hubungan-hubungan sosial menempati daftar paling bawah dalam prioritasku. Selain karena masih pandemi, ngumpul-ngumpul bersama orang-orang yang bukan dari circle utama juga agak sulit sekarang. Masing-masing orang sudah punya prioritas, sehingga waktu ngumpul bersama selalu hanya menjadi wacana belaka.

Pentingnya Menentukan Skala Prioritas

Aku berencana untuk membuat skala prioritas ini setiap bulan. Jadi dari sekitar 15 buah hal tersebut, aku akan mengutak-atik urutannya sesuai kepentinganku di bulan tersebut. Selain membuat daftar secara vertikal, aku juga memberi keterangan horizontal mengenai apa saja yang kufokuskan pada setiap hal. Misalnya untuk bulan ini di blog aku fokus untuk menulis postingan organik dengan menerapkan kaidah SEO. Dengan fokus di sana, aku mungkin tidak bisa untuk meluangkan waktu mengutak-atik segala macam hal yang bersifat teknis seperti merombak template untuk mempercantik tampilan blog. Bukan apa-apa, membagi waktu untuk banyak hal bukan hal yang mudah.

Multitasking dengan hasil maksimal itu mustahil. Mengenai hal ini, aku jadi berpikir ulang dengan keberadaanku di grup-grup WA yang semuanya terlihat penting. Padahal kalau kita mau memilih dan mampu jujur pada diri sendiri, kita bisa kok mengakui bahwa di beberapa grup kita hanyalah anggota pasif bahkan di bawah level silent reader. Jika memungkinkan, sebaiknya kita keluar dari grup tersebut. Untuk mengurangi arus informasi yang masuk dan membuat kita cenderung ‘kepenuhan’.

Membuat daftar prioritas dan memberi batasan pada setiap hal pada waktu tertentu juga membuatku dapat ‘mengerem’ keinginan untuk mengambil semua kesempatan pada satu waktu. Misal jika saat ini aku ditawari untuk menjadi pengurus atau admin di sebuah komunitas atau program, aku bisa dengan lega mengatakan bahwa aku sedang tidak bisa menerima amanah tersebut. Dulu, aku tipe yang ambil semua. Apalagi kalau ditawari, biasanya nggak enak nolak atau hatiku bilang ‘sayang kalau dilewatkan’.

Contoh lain, ketik ada kelas menulis yang pematerinya adalah penulis favoritku namun karena kursus menulisnya intensif aku bisa dengan tenang mengatakan pada diriku bahwa mungkin lain kali aku bisa ikut. Jika dipaksakan sekarang, mungkin saja aku tidak fokus. Baik mengikuti kelas maupun mengerjakan pekerjaan di dunia nyata yang sedang banyak-banyaknya dan itu bisa berakibat fatal bagi keduanya. Kalau dulu, hatiku pasti bilang ‘kapan lagi ada kelas menulis kayak gini?’ yang berujung pada keputusan mengambil kelasnya dan membuatku keteteran sendiri.

Ini adalah salah satu caraku untuk hidup lebih berkesadaran dan berusaha minimalis, baik dari segi pikiran maupun kegiatan.

Mengapa Ngeblog Menjadi Prioritas?

Seperti yang sudah kujelaskan di atas, prioritasku setelah keluarga dan pekerjaan kantor adalah pekerjaan di ranah digital. Dari berbagai bidang yang kugeluti di dunia maya, aku memprioritaskan ngeblog di atas yang lainnya. Big why-ku dalam ngeblog lebih besar daripada kegiatan yang lainnya.

Dengan sisa waktu luang yang kupunya, ngeblog adalah cara ternyaman mengaktualisasikan diri (dan kadang menghasilkan). Kembali ke big why, sejak awal membuat blog bahkan hingga sekarang alasan utamaku tidak berubah yaitu ingin membagikan pengalaman dan perasaan pribadi (baca: curhat).

Sesederhana itu alasanku. Masalah ketika tulisanku dibaca atau tidak, itu nomor sekian. Meski tentu aku lebih suka tulisanku banyak dibaca orang. Berharap mereka dapat mengambil hikmah dari tulisanku walau sedikit. Apalagi beberapa waktu terakhir aku juga sudah belajar SEO dasar blog, sehingga mulai kuterapkan agar postinganku di blog semakin banyak pembaca.

Big Why Tetangga Mungkin Lebih Hijau

Aku kadang merasa iri dengan pencapaian orang lain ketika mendengar kabar seperti si A baru saja menerbitkan buku, si B baru saja memenangkan lomba blog, si C tulisannya masuk media, dan pencapaian-pencapaian lain di bidang kepenulisan yang aku ikuti.

Aku bukan iri dengan hasil yang mereka peroleh, tapi iri dengan usaha mereka yang begitu gigih. Kadang, untuk ‘membenarkan’ diri sendiri aku sering menghibur diriku dengan berkata ‘mungkin karena waktu mereka lebih banyak untuk melakukan hal-hal tersebut.”

Padahal boleh jadi tidak juga, mereka mungkin lebih sibuk daripada aku di dunia nyata. Yang pasti big why mereka pasti lebih besar daripada big why-ku. Alasan mereka memperjuangkan pencapaian mereka mungkin diiringi oleh tekad yang kuat.

Sedang karena big why-ku dalam ngeblog hanya sesederhana memposting tulisan dan berharap ada orang membacanya, maka hasilnya juga akan seperti itu. Dan ya memang tercapai. Harusnya aku bangga dengan diriku sendiri, bahkan masih bisa menyempatkan ngeblog di tengah waktu yang sempit.

Milik orang lain, apapun, mungkin akan selalu lebih hijau di mata kita. Padahal mungkin karena big why mereka lebih besar, usaha mereka lebih ngos-ngosan, tidur mereka lebih kurang. Siapa tahu? Jangan iri, wahai diri.

Akan ada nanti waktunya aku lebih luang dan membuat prioritas baru dengan big why yang lebih besar. Mungkin waktuku bukan sekarang, masih ada hari esok ketika prioritas di dunia nyata sedang kendor. []

Rindang Yuliani
Hi, I'm Rindang Yuliani. I'm a writer, a civil servant, and living in Barabai, South Borneo. I love reading and I'm interested in travelling. My first book is Escape, Please!

Related Posts

9 komentar

  1. BIG WHY ini yg jadi penggerak dan sumber energi ya mba
    ibaratnya, semacam bahan bakar yg membuat kita terus bersemangat!

    BalasHapus
  2. Setuju banget dengan tulisan mbak rindang. Big why ini sangat penting agar apa yang kita kerjakan hasilnya maksimal. Saya pun sedang belajar untuk tidak multitasking. Prioritas sangat penting agar tidak ada yang kecewa, terlebih jika bekerja dengan orang lain ya mbak.

    BalasHapus
  3. Big Why tetangga, sudah seperti rumout tetangga pula.

    BTW, benar sih mbak. Menentukan skala prioritas adalah kunci untuk melakukan sesuatu, bila tidak menentukan itu, semua yg kita lakukan cendrung tidak maksimal.

    BalasHapus
  4. kalau bahasa saya sih, setiap orang ada perjuangannya masing-masing.. jadi kadang kalau mau ngiri, ya tiba2 ngerem sendiri juga, krn perjuangan kita mngkn bukan disitu. Big why saya berbeda jadi yg dicapai jg berbeda, puasnya berbeda. Masing-masing punya prioritas.

    BalasHapus
  5. Apapun big why nya yg terpenting bisabbermanfaat buat orang lain, dan jangn pantang menyerah..

    BalasHapus
  6. target emang jadi hal penting, harus menentukan target yang pas supaya lebih gampah mencapai sasaran dan menentukan langkah tepat menuju kesana

    BalasHapus
  7. Hihihi iya ya rumput tetangga lbh hijauuu
    Tp bagiku mbk Rindang keren krn selain ngantor jg msh sempet ngeblog.
    Yaa begitulah hidup sawang sinawang.
    Yg penting nikmatin aja proses perkembangan diri sendiri melakukan apa yang kita suka ya mbak.
    Melihat org lain boleh tp utk ngejar pencapaiana2 positif aja spy termotivasi :D

    BalasHapus
  8. "Multitasking dengan hasil maksimal itu mustahil". Aku setuju banget dengan kalimat ini, Mbak. Iya, memang kita harus punya prioritas, dan big why dalam setiap rencana kita. Semoga apa-apa yang belum tercapai sekarang, bisa kita capai esok hari, ya 😊

    BalasHapus
  9. Saya juga pengin neh left dari beberapa grup yang saya hanya jadi silent reader tapi ada rasa sungkan bin nggak enak hati. Mungkin nanti menunggu waktu yang pas. Memang sejatinya kita harus punya skala prioritas agar tahu mana yang harus dikerjakan dulu agar tidak salah langkah.

    BalasHapus

Posting Komentar