Menikmati Proses. Meladeni Obsesi. Mengakrabi Tuhan.

Makam Syekh H. M. Arsyad Al-Banjari [Datu Kalampayan]

8 komentar
Halo, ketemu lagi di pojok Travelling blog ini. Kali ini aku akan bercerita tentang salah satu destinasi religi yang ada di Kalimantan Selatan. Orang-orang Banjar pasti sudah tahu tentang tempat ini yaitu Kalampayan. Aku sendiri sebenarnya masih bingung cara penulisan kata ‘Kalampayan’ yang benar bagaimana, karena banyak variasi yang tertulis di papan nama dan halaman internet. Mulai dari Kalampayan, Kalampaian, Kelampayan, Kelampaian, Pelampayan, hingga Pelampayan. Btw, itu nama desa lokasi makam seorang ulama besar berdarah Banjar yang dijuluki sebagai Datu Kalampayan.

Makam Datu Kalampayan

 
Iya, kali ini destinasi travel yang akan kubahas berupa makam. Tenang, tempatnya bagus kok tidak menyeramkan seperti makam biasanya. Di Bumi Banjar, makam para ulama memang lumrah dijadikan destinasi wisata. Bukan untuk meminta doa pada kuburan loh ya, hanya berziarah dengan mendoakan beliau-beliau yang sudah pergi terlebih dahulu menghadap Ilahi. Biasanya, keluargaku dan sebagian besar masyarakat Banjar ziarah ke Kalampayan atau makam ulama lainnya untuk ‘merayakan’ keberhasilan sesuatu. Dengan mengajak tetangga atau anggota keluarga besar ke sana, bentuk syukuran atas keberhasilan yang diperoleh diharapkan bisa menjadi berkah.

Aku sendiri sudah beberapa kali berziarah ke Kalampayan, sepuluh kali sepertinya tidak kurang. Karena ya itu tadi, keluarga atau tetangga lumayan sering mengajak ke sana. Btw, Syekh H. M. Arsyad Al-Banjari siapa sih? Kok makam beliau tak pernah sepi dari peziarah? Dikutip dari laman Wikipedia, Syekh H. M. Arsyad Al-Banjari adalah seorang ulama fiqih penganut mazhab Syafi’i terbesar pada zamannya di wilayah Kerajaan Banjar. Berusia 102 tahun (1710-1812), beliau menulis banyak kitab dan yang paling terkenal berjudul Sabilal Muhtadin. Berarti usia makam beliau yang sering dikunjungi itu sudah sekitar 206 tahun. Wow! 

Kompleks makam dan masjid Datu Kalampayan

Seperti yang sudah kubilang sebelumnya, makam Syekh H. M. Arsyad Al-Banjari ini terletak di Desa Kalampayan, Kecamatan Astambul, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan. Lokasi makam beliau direnovasi menjadi sebuah bangunan dan berada satu kompleks dengan masjid. Tidak hanya makam beliau yang terdapat di sana, ada banyak makam para ulama lainnya juga yang ada di kompleks pemakaman ini.

Pemandangan khas yang akan menyapa para pengunjung ketika baru datang adalah banyaknya para penjual kembang. Kembang yang kumaksud adalah rangkaian bunga hidup yang biasanya terdiri atas jenis bunga kenanga, mawar, melati, atau cempaka. Beberapa jenis bunga tersebut dirangkai dalam sebuah pelepah pisang yang sudah dipotong sekitar 30x5 cm2. Bunga-bunga tersebut dijual oleh para pedagang di sekitar makam kepada para peziarah agar meletakkannya di atas atau di dekat makam ulama yang dikunjungi.

Transaksi dengan penjual kembang

Dulu, mungkin sekitar sepuluh tahun yang lalu, selain penjual bunga aku masih menjumpai para anak kecil dan beberapa orang dewasa meminta-meminta di sekitar kompleks makam. Mereka tidak berhenti menguntit para pengunjung sebelum diberi uang. Hal tersebut tentu sangat mengganggu sekali. Oleh karena itu mungkin hal tersebut dilarang oleh pihak yang berwenang, karena terakhir kali aku ke sana pemandangan tersebut sudah tidak ada lagi.

Kompleks makam yang menjadi satu dengan masjid ini cukup besar. Ketika masuk, para pengunjung harus meletakkan alas kaki terlebih dahulu di tempat yang disediakan. Setelah melewati lorong-lorong, barulah pengunjung dapat menjumpai bangunan makam. Ada beberapa makam yang besar dan banyak dikunjungi oleh peziarah, makam yang paling ramai tentu adalah makam Datu Kalampayan. Di makam-makam tersebut biasanya para peziarah akan membaca surat Yaasin dan berdoa untuk sang ulama. Aku juga pernah melihat satu rombongan yang mengadakan semacam talqin lalu kemudian berdoa bersama. Pengunjung lain di luar rombongan tersebut biasanya otomatis mengikuti kegiatan tersebut.

Makam lain selain Datu Kalampayan

Jika berkunjung ke sana pada waktu salat, biasanya masjid menjadi penuh oleh orang-orang yang ingin bersembahyang. Hal yang menarik di dekat teras masjid ada sebuah tempat mandi yang airnya diberi bunga-bunga kenanga. Sebagian besar orang percaya jika air tersebut dapat mensucikan tubuh karena sudah diberi doa oleh para penjaga air tersebut. Mereka tidak memungut bayaran, tapi para pengunjung biasanya memberi seikhlasnya untuk mereka. 

Air-air tersebut biasanya digunakan untuk mencuci muka atau kaki bagi para pengunjung dewasa. Beberapa pengunjung yang lain malah memandikan anak-anak di bawah usia 8 tahun di tempat pemandian tersebut. Tujuannya macam-macam, mulai dari agar penyakit hilang, anak menjadi cerdas, hingga tubuh menjadi suci. Airnya juga bisa dibeli loh, satu plastik berukuran 1 liter aku ingat dulu dijual seharga 2 ribu rupiah. Entah itu harga penjualan atau dulu cuma mengasih seikhlasnya, aku lupa.

Fenomena unik dan menarik lainnya adalah adanya emperan yang banyak dikerubungi oleh para pengunjung. Aku bingung mau menyebutnya apa, tapi dari tulisan di sekitar emperan tersebut tertulis bahwa itu adalah tempat petugas penjaga kubah yang mungkin masih merupakan zuriat Datu Kalampayan. Orang-orang yang berkerubung ke sana biasanya minta bacakan doa ke air yang mereka bawa atau beli di sana. Selain itu, di sana juga ada telur rebus yang sudah didoakan sehingga para pengunjung tinggal beli. Air dan telur tersebut biasanya dikasih untuk anak-anak dengan doa hal-hal terbaik untuk mereka. Selain dua hal tersebut, aku kurang mengetahui apa lagi yang ada di emperan tersebut.

Emperan penjaga makam

Dulu waktu aku masih kecil, di dalam bangunan komplkes pemakaman tersebut ada beberapa juru foto yang menawarkan jasa mereka kepada para pengunjung. Aku dan keluarga juga pernah menggunakannya untuk mengabadikan kenangan bahwa dulu pernah berkunjung ke Kalampayan. Berfotonya di luar area makam sih, tapi pas dicetak nanti di fotonya ada keterangan kalau itu di kompleks makam Datu Kalampayan. Seiring perkembangan zaman, profesi juru foto di sana sepertinya sudah mulai tergantikan oleh smartphone pribadi milik para pengunjung. Beruntungnya, tidak ada pengunjung yang rusuh berfoto-foto di sekitar makam. 

Jalan pulang menuju pintu gerbang yang sama berbeda dengan jalan masuk. Rutenya sudah diatur sedemikian rupa sehingga setelah para pengunjung selesai berziarah, di lorong menuju keluar mereka akan menjumpai pedagang-pedangang aksesoris. Dulu, waktu kecil aku suka sekali mampir di tempat ini. Ada banyak barang yang dijual di sana, mulai dari aksesoris religi sampai mainan anak-anak. Aku ingat, dulu aku dan adik pernah membeli tutunjuk Al-Quran, rehal (meja Al-Quran), tasbih, dan bahkan gelang. 

Cinderamata khas Kalampayan

Well, untuk kamu yang belum pernah ke sana semoga informasi yang aku sampaikan di atas bermanfaat. Enggak ada salahnya berkunjung ke makam, tapi ingat jangan sampai mengarah ke perbuatan syirik ya.[]
Rindang Yuliani
Hi, I'm Rindang Yuliani. I'm a writer, a civil servant, and living in Barabai, South Borneo. I love reading and I'm interested in travelling. My first book is Escape, Please!

Related Posts

8 komentar

  1. Serius mba gak ada yg minta-minta lagi? Aku terakhir kesana sekitar 1.5 thn lalu sebelum ke samarinda masih ada dan memang risih bgt aku. Aku pengen kesana lagi ah kalo memang sdh tertib. Aku suka belanja souvenir disana, soalnya murah drpd di pasaran. Ga tau kok bisa gitu. Wkwkwk

    BalasHapus
  2. Sejujurnya, ku kurang suka berwisata ke makam begini. Jadi mungkin, ini tidak akan aku masukkan dalam list destinasi wisataku. Hehe. Kalau ada destinasi wisata yy menarik lainnya boleh, mbak.

    BalasHapus
  3. Menarik, dari makam ulama-ulama ini banyak pelajaran hidup yang bisa kita pelajari. Nice.

    BalasHapus
  4. unik juga gitu, jadi pulang dari ebrwisata tinggal pilih oleh-oleh. ga perlu jauh-jauh cari oleh-oleh

    BalasHapus
  5. iya nih, harus banyak2 edukasi kalau datang ke makam ya tujuannya ziarah, bukan minta doa sama yang sudah mati

    kok kembang-kembangnya gak difoto mbak? aku penasaran sama kembang-kembang yang ditaruh di pelepah pisang. soalnya kalau di daerahku sih dibungkusnya pake daung pisang. atau kadang pake kresek, hehe

    BalasHapus
  6. Untuk ziarah emang banyak biasanya ke makam2 ulama atau syekh ya..

    Tapi sebaiknya niat tulus hanya untuk mendoakan...

    bukan ngarep berkah..atau hal2 yang membuat kita tergelincir ke hal2 musyrik..,

    Tergantung niat penziarah...sih..

    BalasHapus
  7. Bagus sih..bisa ziarah makam ulama n para syekh..

    Tapi perlu kurusin niat..hangat sampai malah menjerumuskan ke ke musyrikin...
    Apalagi kalau sampai minta ini itu biar dikabulkan...

    BalasHapus
  8. Rendang itu Ada lomba vlog tentang situs situs Islam dari bimas Islam.. ikutan gij.. ini ceritamu bisa jadi tambah menarik kalau di vlog Kan . Lagian hadiahnya besar loh..

    BalasHapus

Posting Komentar