Menikmati Proses. Meladeni Obsesi. Mengakrabi Tuhan.

Mengapa Bercerai?

Posting Komentar

Sabtu, 10 Desember 2022


Semakin ke sini, isu perceraian bagiku bukan hanya sekadar gosip para artis. Perceraian juga banyak yang menimpa orang-orang yang kukenal. Ngeri.


Seorang teman yang belum menikah bahkan menyatakan takut menikah karena ia melihat ada banyak kasus perceraian di sekitarnya.


Keputusan bercerai biasanya diambil setelah permasalahan di dalam pernikahan sudah berlarut-larut. Segala ketidakcocokkan dan pertengkaran yang sering terjadi membentuk gunung lalu kemudian meledak dalam bentuk keputusan bercerai. Mereka yang memutuskan bercerai biasanya sudah tidak sejalan dalam waktu yang lama, berbulan-bulan atau bertahun-tahun lamanya.



Dulu, aku memandang perceraian adalah sebuah keburukan. Tapi semakin kesini aku bisa melihat dari perspektif berbeda. Jika perceraian bisa membawa kehidupan yang lebih baik bagi salah satu atau keduanya, mengapa tidak dicoba?


Anak adalah salah satu faktor terbesar yang menjadi pertimbangan dalam keputusan bercerai. Usia anak yang biasanya masih kecil membuat hampir semua pasangan yang bersengketa memutuskan untuk meredam keinginan bercerai. Di satu sisi ini mungkin terlihat seperti menyelamatkan pernikahan. Tetapi jika pertengkaran terus terjadi, apalagi terjadi di depan anak, itu akan membuat efek yang sangat uruk bagi perkembangan psikologis anak.


Bukan berarti anak yang orangtuanya bercerai tidak menderita inner child. Pasti tidak mudah hidup dengan label dari keluarga broken home. Tapi selama ia bisa menerima dengan kesadaran penuh sepertinya lebih baik daripada menyaksikan pertengkaran orang tua setiap hari.


Mengapa sepasang suami istri memutuskan bercerai? Biasanya karena sudah tidak ada lagi kecocokan di antara mereka. Berikut adalah daftar masalah yang mungkin saja menjadi pemicu pertengkaran di dalam rumah tangga yang pada akhirnya dapat berujung pada perceraian.


1. Tidak Selesai dengan Diri Sendiri

Beberapa orang bermasalah dengan dirinya sendiri. Mirisnya permasalahan dengan diri sendiri ini seringkali mengikutsertakan orang-orang di sekitar. Misal, entah karena memiliki isu apa dalam diri seorang suami maka ketika ia merasa istrinya tidak sesuai dengan yang dia inginkan, ia sangat mudah marah. 


Permasalahan dengan diri sendiri ini dapat berbentuk dalam wujud kekesalan dengan masa lalu atau menyelasali apa yang terjadi pada dirinya. Perasaan kesal, marah, dan perasaan negatif lainnya yang terlihat seperti tanpa penyebab ini sangat mudah memicu kemarahan terhadap hal-hal dari luar yang tidak disukai, termasuk kesalahan pasangan.


Untuk penyebab yang ini bahkan setelah bercerai, masalah yang sama biasanya akan masih tetap ada selama ia belum menyelesaikan masalah dengan dirinya sendiri terlebih dahulu.


2. Masalah Ekonomi

Kondisi finansial yang tidak ideal seringkali menjadi pangkal dari permasalahan yang ada di rumah tangga. Belum lagi jika dihubungkan dengan pola konsumsi dan kebiasaan menggunakan uang setiap orang. Jika terjadi ketidakcocokkan antara suami-istri dalam pengelolaan keuangan, ini sangat rentan menjadi masalah. 


3. Ketidakcocokan dan Kurangnya Toleransi

Setiap orang membawa sifatnya masing-masing, pun dalam pernikahan. Perbedaan-perbedaan sifat ini sebaiknya tentu harus ditolerir oleh pasangan. Pertengkaran akan terjadi ketika salah satu atau keduanya tidak menolerir hal yang tidak disuka dari pasangan.


Itu adalah beberapa penyebab mayoritas di rumah tangga sering terjadi pertengkaran. Keputusan bercerai didapat ketika rasa kesal yang ada sudah melampaui batas rasa sabar.


Semoga kita dihindarkan dari perceraian. Amin.


Tapi bagi yang memang tidak bisa mengelak dari keputusan besar ini, semoga ini adalah jalan terbaik untuk mendapatkan hidup yang lebih baik. Meski harus tetap diingat, tidak mungkin hidup tanpa masalah. Yang terjadi adalah setiap kita lepas dari satu masalah, maka akan ada masalah lainnya yang sudah siap menunggu kita untuk diselesaikan.


Memutuskan untuk bercerai mungkin akan melepasakan kita dari masalah dengan satu orang, tapi akan membawa kita pada masalah yang baru. Misal, hilangnya sosok ayah atau ibu bagi anak, hilangnya sosok yang memberi kasih sayang, atau bahkan pandangan mirirng orang-orang tentang status janda/duda.


Manapun masalah yang kamu pilih, semoga itu dipilih dengan sadar. Setiap keputusan memiliki konsekuensinya masing-masing. Pilihlah keputusan yang konsekuensinya bersedia kamu terima. []

Rindang Yuliani
Hi, I'm Rindang Yuliani. I'm a writer, a civil servant, and living in Barabai, South Borneo. I love reading and I'm interested in travelling. My first book is Escape, Please!

Related Posts

There is no other posts in this category.

Posting Komentar