Menikmati Proses. Meladeni Obsesi. Mengakrabi Tuhan.

Ternyata Mager Itu Nggak Enak

22 komentar

Assalamualaikum wr wb


Lama nggak curhat, sekarang aku mau cerita. Hari ini 1 Januari 2022, waktu yang tepat untuk memulai tahun dengan lebih semangat. Disclaimer, ini bukan caraku merayakan tahun baru masehi, tapi karena momentumnya saja yang tepat. Karena sehari-hari kita beraktivitas menggunakan penanggalan masehi sehingga nggak dapat dihindarkan untuk planning dan segala macamnya juga terkait dengan kalender masehi, termasuk memulai resolusi dan semacamnya. 



Next, aku mungkin akan mulai menggunakan kalender hijriah biar vibes muslimnya juga dapat. Biar bisa menyebarkan semangat Islam ke yang lain juga.


Mencoba Mager


Beberapa waktu terakhir, sebutlah sebulan atau dua bulan yang lalu aku mulai mencoba untuk lebih slow menjalani hari-hari. Aku mencoba untuk tidak membebani diri dengan kegiatan-kegiatan yang akan membuatku sulit bernapas.


Tentu saja kegiatan-kegiatan yang kumaksud adalah kegiatan yang bisa kukendalikan, yang keputusannya berada di tanganku. Seperti job nulis atau ikut challenge-challenge yang biasanya aku ikutin. Kalau kerjaan kantor mau nggak mau tetap aku kerjakan setotalitas mungkin seperti biasa. Kebetulan juga akhir tahun kemarin, kerjaan kantor sedang banyak-banyaknya makanya keputusan mager ini kuambil sekalian untuk healing dari penatnya rutinitas pekerjaan.


Gimana tepatnya bentuk magerku? Seharian itu cuman bangun tidur, kerja, makan, ngobrol sama keluarga. Udah gitu aja. Nggak ada tuh target-target harian yang biasanya kuterapin untuk diri sendiri.


Biasanya setelah makan malam itu aku ada kerjaan, entah nulis atau mengerjakan proyek digital. Biasanya hampir setiap dua kali seminggu ada deadline yang bikin kepikiran buat ngerjainnya secepat mungkin.


Nah selama mager, setelah beres-beres makan malam aku berasa lapang sekali, hanya scrolling media sosial sampai jam tidur yang tidak bisa dibilang pagi.


Apa yang Kurasakan Setelah Mager?


Aku merasa tidak mendapatkan apa-apa. Otakku seperti tertidur dan akibatnya malah sulit untuk bangun lagi. Pada akhirnya aku menjadi malas, malas semalas-malasnya.


Sehingga aku akhirnya menyadari bahwa aku adalah tipe pribadi yang kalau mau maju harus yang diberi target, bukan yang mengalir mengikuti arus. Kalau didiamin begitu, semangatku malah nggak muncul-muncul, kebablasan jadi malas-malasan.


Waktu yang kuhabiskan untuk chill membuatku tidak produktif dan agak tersiksa. Aku jadi lebih banyak rebahan, padahal ada beberapa pekerjaan yang harus kulakukan. Aku jadi banyak nonton Youtube dan scrolling media sosial. Efeknya nggak bagus buat aku. Aku jadi kebanyakan tahu tentang hal-hal yang kurang important bagiku.


Action Setelah Mager


Karena aku menyadari kurangnya manfaat berleha-leha ini, aku memutuskan untuk tidak lagi melakukannya. Aku memang butuh istirahat, tapi ada batasnya. Kelamaan berdiam diri tidak baik buatku, bikin otakku tidak terpakai dan secara fisik badan malah jadi lemas.


Tujuan awalnya hanya pengen chill dan bisa lebih santai menjalani hidup, tapi kelewat batas. Jadi negatif akhirnya. 


Setelah membandingkan dengan ritme hidupku sebelumnya, aku lebih senang saat sibuk berkegiatan karena waktuku jadi tergunakan dengan produktif dan aku jadi tidak teracuni oleh hal-hal yang manfaatnya hampir tidak ada di hidupku.


Dulu mungkin memang aku terlalu padat mengisi waktuku, makanya sempat jenuh dan tergerak untuk mager. Jadi jalan tengah yang akan aku lakukan adalah dengan tetap mengurangi kuantitas kegiatanku tapi sekian persen saja tidak sebanyak kemarin lalu.


Kemarin itu aku merasa useless. Mau apa-apa jadinya ngerjainnya malas, karena vibe di dalam diri tidak semangat. Padahal aku punya waktunya, tapi tetap tidak bisa mengerjakan apa yang harus kukerjakan. Karena ya itu percuma waktunya ada, tapi semangatnya tak ada. Itulah pelajaran yang kudapatkan setelah berusaha mengerem pergerakan di tahun 2021 kemarin.


Jadi insyaallah aku akan kembali aktif lagi. Menjalani hari seproduktif yang kubisa, tanpa mengenyampingkan kesehatan fisik dan mental.


So, mengawali tahun 2022 ini aku tetap mencanakan habit-habit kecil yang semoga akan terus berlanjut. Meski goal atau resolusi besar tidak kutulis secara spesifik seperti tahun-tahun sebelumnya. Aku akan mencoba fokus pada pencapaian kecil saja tanpa melupakan pencapaian-pencapaian besar juga.


Pencapaian-pencapaian kecil itulah yang nantinya akan membawaku pada pencapaian besar. Selain itu aku juga belajar dari buku Atomic Habit, aku harus fokus pada identitas. Misal aku ingin menjadi seorang bloger profesional yang yang menginspirasi berarti aku harus rutin ngeblog.


Contoh lain jika aku ingin menjadi Ketua FLP Wilayah yang bermanfaat berarti setiap harinya aku harus selalu melaksanakan koordinasi apapun terkait FLP. Misal lagi aku ingin menjadi influencer yang menginspirasi maka aku harus rutin berbagi tentang hal-hal baik di platform yang kufokuskan yaitu Instagram.


Semoga aku juga bisa menularkan semangat hustle ini ke orang-orang terdekat agar terbentuk lingkungan yang hustle dan produktif di sekitarku.


Aku juga ingin lebih mendekatkan diri pada Allah agar kehidupanku pribadi dan keluarga lebih berkah. Amin ya Allah. 


Itu ceritaku tentang mager. Ternyata kebanyakan berdiam diri juga nggak enak. Emang benar sih kata Ustadz Hanan Attaki kalau dunia itu tempatnya lelah. Mau sibuk, mau mager tetap aja lelah. Jadi tinggal pilih lelahnya yang lillah, biar manfaat dunia akhirat.


Apakah kamu punya cerita juga tentang mager? Ceritakan di kolom komentar ya. []

Rindang Yuliani
Hi, I'm Rindang Yuliani. I'm a writer, a civil servant, and living in Barabai, South Borneo. I love reading and I'm interested in travelling. My first book is Escape, Please!

Related Posts

22 komentar

  1. Semangat untuk kita semua, mbaaa
    Apabila lelah karena lillah insyaALLAH menjadi berkah.
    Setuju bgt dgn kalimat di Atomic Habbit

    BalasHapus
  2. Iyah sih kalo udah biasa sibuk, pas mager malah jadi kurang produktif ya, kalo aku sih kadang butuh mager tapi ya jangan kelamaan, tapi kalo punya bocah kayaknya susah mager, diem dikit aja langsung diteriakin bocah hehe

    BalasHapus
  3. Mager memang enggak enak, ujung-ujungnya menumpuk rasa malas. Selagi muda perbanyak gerak dan kegiatan bermanfaat, karena ya waktu enggak bisa diputar ulang dan umur semakin menua, sayang sekali jika waktu dihabiskan hanya untuk mager aja.

    BalasHapus
  4. wuih aku suka mageran dan rebahan mulu :( ga baik buat kesehatan kalo keseringan, jadi dibatasi

    BalasHapus
  5. Setuju banget, kebanyakan mager memang ga enak, kebanyakan kerjaan juga ga enak, sama-sama lelah.

    Btw, kayaknya saya mesti majuin antrian baca buku Atomic Habit deh. Tetiba buku ini jadi sering banget "memunculkan diri" dimana-mana. Kayak memanggil-manggil gitu buat dibaca XD.

    BalasHapus
  6. memang bener, mager itu ngga enak banget mbak. Saya kalo mager badan pegel dan capek, padahal ga ngapain2. Pikiran juga kalut dan sempit.

    bahkan, WFH di kosan aja bikin suasana hati ga enak. Kadang2 sring tuh kalau WFH keluar, ke taman atau cafe atau ke tempat temen. Yang penting ada aktivitas gerak dan berjalan.

    BalasHapus
  7. mager boleh tapi jangan kelamaan yak. Mager = tidak produktif.

    BalasHapus
  8. Iya bener banget ini, mager itu tidak enak. dulu ketika masih bekerja, setiap hari kerja tidak terasa lelahnya, tidak terasa begitu capeknya, namun ketika sudah tidak lagi bekerja, malah terasa lelahnya. Saya merasa bahwa saya itu tipe jenis orang yang mana harus gerak terus, gak bisa diam diri lama lama, karena pada akhirnya kalau diam terlalu lama malah jadinya mager, males dan sukar untuk membangkitkan api yang telah padam

    BalasHapus
  9. Klu disuruh milih saya suka lelahnya yang lillah kak, insyallah berkah dunia maupun akhirat. Daripada Mager yg ndak ada untungnya.

    BalasHapus
  10. Setuju banget dengan pernyataan ini "mau sibuk, mau mager tetap aja lelah." Bahkan kalau mager nanti disertai rasa bersalah. Hehe. Maka, lakukan yang terbaik selagi bisa. Nanti istirahatnya di surga saja. Aamiin.

    BalasHapus
  11. Memang betul, Kak. Kalau sudah terbiasa beraktivitas, ya bakalan capek kalau cuma mager dan ga ngapa-ngapain. Aku inget komika Panji Pragiwaksono waktu ditanya temannya, mau ga kerja 3 bulan dg bayaran besar sehingga dia enggak perlu ngapa-ngapain pada bulan-bulan berikutnya sepanjang tahun? Nah dia heran, ngapa-ngapain itu apa? Karena bagi dia, bekerja itu bagian dari eksistensi diri, cara menjalani hidup dengan gembira dan normal. Nah terbukti kan Kak Rindang malah awkward waktu mager. Kebanyakan mager trus piknik juga aneh, kata orang Jepang. Karena piknik itu baru terasa kalau kita capek kerja. Salam, semoga tahun 2022 tambah produktif!

    BalasHapus
  12. kita berarti hampir setipe mba.. gak bisa mageran soalnya saya sendiri pernah mencoba mau mager, trus males-malesan kerja, tapi kok malah kayak merasa bersalah gt dan merasa gak bermanfaat dan akhirnya jadi malah kayak bosan dan stress sendiri. Akhirnya mencoba mencari kesibukan terus menerus dan malah lebih senang dan berwarna hidup saya

    BalasHapus
  13. Kalau mager yang betulan gak aktivitas sama sekali itu emang malah bikin cape apalagi yang terbiasa sibuk. Mungkin santainya diganti dengan aktivitas menyenangkan lainnya ya, Mbak

    BalasHapus
  14. Kebanyakan mager emang gak enak ya, Kak. Badan jadi pegel-pegel karena leyehan terus-menerus, lalu kalau otak gak dipakai buat mikir juga lama-lama kemampuannya berkurang.

    BalasHapus
  15. Eh samaan kita suka dengerin ceramah ustad Hanan Attaki ya mbak?
    Ya banget kalau magernya kelewat mager juga gak enak gtu sih, capek di fisik pdhl gak ngapa2in dan pas mau mulai aktivitas tuh kyk terasa berat. Makanya minimal ada aja gtu aktivitas dalam sehari walau gk perlu yg berat2 sih kalau emang moodnya lg gk oke hehe. Supaya nanti pas mod membaik kalau mau ngerjain aktivitas yb lbh banyak gk terlalu kaget

    BalasHapus
  16. Kayaknya aku juga pengalaman yang sama, mbak. Emang sih, mager yang ada malah nggak ngehasilin apapun. Apalagi yg terbiasa dg banyak aktivitas. Kalau sekedar scroll2 sosmed, rebahan, nonton, yg ada dapat capek aja. Tapi klo buat aktivitas produktif sekalipun capek, tapi bisa menghasilkan sesuatu
    Pas bnget di awal tahun 2022 aku pun juga hnya menggunakan waktu utk mager aja.
    Tau2 udh ganti hari, :'(
    Kemarin habis buat ngapain ya,-_-
    TFS artikelnya mbak, bikin berkaca sama diri sendiri

    BalasHapus
  17. Aku mikirnya buka mager, kayanya mah..ini seperti menikmati hidup tanpa gadget.
    Slow.
    Gak diburu dengan target.

    Mungkin ada saatnya kita berlari marathon dan ada saatnya kita jadi sprinter dalam menikmati hidup.

    BalasHapus
  18. Aku kalau pas suami ada di rumah selalu pasang mode mager, soalnya PakSu tipe yang suka ditemani. Tapi ada kalanya juga aku izin minta waktu untuk 'sibuk" jika memang dibutuhkan...

    BalasHapus
  19. Aamiin ya Allah semoga kita menjadi orang yang lebih mendekatkan diri sama Allah dan dijauhkan dari segala rasa malas.

    BalasHapus
  20. Hehe suamiku malah maunya aku mager aja di rumah, tidur2an, main sama anak. Aku yg ga bisa. Sama kayak mba Rindang. Aq blg kl di rumah aja aq jd males ngapa2in. Lama2 jd kayak berkarat otak ku. Bener tuh atomic habit bagus ya

    BalasHapus
  21. Wah aku banget ini..bener mager itu gak enak,rasanya ada waktu yang terbuang percuma tanpa hasil apa2.semoga kita tetap semangat mumpung awal tahun hehe

    BalasHapus
  22. Mager memang ga enak sama sekali. Malah bikin capek karena (kalau aku) malah sibuk mencari hal-hal yang membuat overthinking. Atau jika magernya nonton drama, jadi ada perasaan menyesal.

    BalasHapus

Posting Komentar