Menikmati Proses. Meladeni Obsesi. Mengakrabi Tuhan.

Caraku Mengatur Keuangan

23 komentar

Caraku mengatur keuangan ini sudah kuterapkan sejak aku kuliah. Sejak aku tinggal sendiri dan memiliki penghasilan sendiri, dulu itu dari uang beasiswa dan kerjaan part timeku ngajar bimbel. 


Sejak dulu, caraku mengatur keuangan selalu berkembang baik pos-posnya ataupun teknis pengelolaannya. Ini karena aku berproses untuk menemukan cara ternyaman yang bisa kujalankan.


budgeting


Ada masanya ketika aku suka nonton video-video Youtube dengan tema budgeting. Bukan untuk meniru mentah-mentah. Jika ada cara yang menarik dan cocok untuk kuterapkan, maka akan kulakukan. Tapi jika tidak ya sudah, aku akan tetap menikmati videonya. Tapi aku memang suka melihat hal-hal rapi terstruktur termasuk keuangan. 


Seberapapun banyak uang masuk, tidak akan pernah cukup jika tidak dikelola dengan baik.


Sekarang aku mau share caraku dalam mengelola keuangan. Disclaimer, bukan untuk mengajari. Aku hanya ingin berbagi, kebetulan ada beberapa juga yang bertanya bagaimana caraku mengatur keuangan. Jika ada yang cocok silakan praktikkan, jika tidak anggap saja kamu sedang mendengarkan cerita.


Seperti yang kita tahu, finansial yang sehat dimulai dari pendapatan yang lebih besar daripada pengeluaran. Jadi, pengelolaan keuangan harus dimulai dari prinsip ini. Kalau bisa tidak punya utang yang harus dibayar setiap bulan, tentu lebih baik.


Semoga dengan mengatur keuangan dengan baik kita bisa mewujudkan financial freedom sebelum usia pensiun.


Budgeting

Aku punya dua jenis budgeting. Satu untuk pendapatan fix setiap bulan. Dua untuk pendapatan yang besarannya tidak menentu.


Dana dari pendapatan tetap dikeluarkan untuk pengeluaran yang sifatnya primer dan besarannya kurang lebih sama setiap bulan seperti makan, belanja kebutuhan rumah, bensin, bayar tagihan ini itu, sedekah, skincare, servis kendaraan, dan nabung hal penting (sinking fund).


Dana dari pendapatan tidak tetap dikeluarkan untuk hal-hal sekunder atau tersier. Dalam kasusku contohnya adalah dana untuk travelling, beli buku, camilan, dan tabungan untuk hal yang sedikit kurang penting daripada sinking fund. Besaran alokasi di budgeting kedua ini berubah-ubah, tergantung dana yang masuk.


Ada beberapa catatan mengenai caraku menggunakan dana-dana yang kubagi posnya di awal bulan. Untuk kebutuhan primer seperti makan dan bensin misalnya, itu pasti digunakan di bulan itu juga. Beda dengan pos tertentu seperti servis kendaraan dan skincare. 


Dua pos tersebut adalah contoh pos yang hanya akan digunakan jika sedang diperlukan. Tapi setiap bulan, dana untuk pos tersebut selalu disisihkan. Aku hanya menggunakan pos skincare saat stok di rumah sudah sedikit. Dananya kuambil dari pos yang sudah kukumpulkan sejak entah beberapa bulan yang lalu karena memang tidak digunakan saat stok skincare masih tersedia.


Servis kendaraan pun sebenarnya kan tidak setiap bulan ya kulakukan, tapi dananya tetap kusisihkan setiap bulan. Dia secara berkala mungkin hanya perdua bulan atau saat ada kerusakan tertentu, termasuk juga saat perpanjangan pajak. Oleh karena itu saat waktunya tiba aku tidak perlu kelabakan mencari uang dari mana untuk membayarnya karena sudah dibudget terlebih dahulu.


Pengelolaan Rekening

Tips penting lainnya dalam mengatur keuangan menurutku adalah memiliki sesedikit mungkin rekening dengan tujuan keuangan masing-masing. Sehingga kita lebih mudah mengelola keuangan, tidak perlu pusing untuk melacaknya karena uang kita tersebar di mana-mana.


Aku sendiri hanya punya tiga rekening aktif dari sekian banyak rekening yang pernah kubuat. Tahulah ya kalau kita ikut banyak kegiatan dan korporat, pasti ada saja kewajiban untuk membuat rekening ini rekening itu. Kuputuskan untuk mengaktifkan tiga saja. 


Pertama, aku punya rekening dari bank syariah. Di sini kuletakkan dana darurat yang sangat fleksibel penggunaannya. Cerita tentang sistemnya nanti akan kuceritakan di bawah. Selain itu, di rekening ini kukhususkan untuk segala macam transaksi keuangan sehingga aku menginstal aplikasi bankingnya.


Rekening kedua adalah rekening gaji. Rekening ini hanya kugunakan sebagai tempat lewat uang gaji masuk yang langsung kutarik setiap bulannya. Tidak kugunakan transaksi, kecuali jika ada suatu hal yang mengharuskanku untuk menggunakan bank jenis ini. Makanya aku tidak menginstal aplikasi bankingnya. 


Rekening yang ketiga adalah sebuah bank digital dengan fitur yang kuandalkan adalah pemisahan penyimpanan sesuai tujuan keuangannya. Ada sekitar 4 pos tabunganku (singking fund) di sana dengan tujuan yang berbeda-beda. Terutama hal-hal yang tidak bisa diinvestasikan, entah karena jangka waktu pencapaiannya pendek atau karena jumlah akhirnya sedikit.


Transaksi di sini mudah karena pure digital, tanpa ATM tanpa buku tabungan. Jadi mudah digunakan saat transaksi. Ini adalah alasan selain fitur pembagian tabungannya bagiku untuk terus menggunakannya setelah kerja sama penulisan dengan bank ini selesai. 


Untuk investasi saat ini aku baru punya satu produk investasi yaitu tabungan emas. Rekening tabungan emas ini kugunakanuntuk satu tujuan keuangan tertentu dengan sifatnya jangka panjang sehingga tidak tergerus inflasi dan malah cenderung meningkat.


Dompet digital aku hanya punya satu yang utama meski punya yang lain juga (bikinnya karena wajib dengan berbagai tujuan). Tapi hanya satu itu yang kuutamakan dan kujadikan alternatif rekening jika ada pihak yang kerja sama denganku untuk pembayaran selain bank. Sisanya ku-topup jika hanya ingin digunakan. 


Dengan hanya punya sedikit tempat penyimpanan uang kita bisa lebih mudah mengatur keuangan.


Dana Darurat

Nah kali ini aku mau cerita tentang caraku mengelola dana darurat. Umumnya, orang-orang punya dana darurat dengan besar 3 bulan atau 6 bulan atau 12 bulan dari biaya pengeluaran. Jumlahnya tetap dan diusahakan oleh orang-orang untuk mencapai dana segitu. 


Jika sudah sampai target maka mereka akan berhenti mengumpulkannya. Jika terjadi kondisi darurat mereka akan menggunakannya. Setelah kondisi stabil, maka mereka akan mulai mengumpulkan dana darurat lagi sampai sejumlah target yang diinginkan seperti yang kusebutkan di atas.


Dana darurat punyaku jumlahnya terus bertambah karena selalu kusisihkan setiap bulan tanpa ada target. Penggunaannya pun tidak menunggu apapun. Selalu bisa kugunakan selama uangnya masih ada.


Iya, hampir selalu ada pengeluaranku di dana darurat ini. Entah beli barang yang mendesak, pengeluaran yang tidak ada posnya di budgeting, atau kekurangan di pos-pos budgeting tertentu misal di bulan ini uang makan ga bisa menutupi sampai akhir bulan. Hal-hal tersebut larinya ke dana darurat.


Dana darurat yang kupakai tersebut kucatat sebagai utang, jadi jumlah dana darurat di atas kertas tidak pernah berkurang. Utang ini kubayar ketika aku punya uang lebih, bonus, atau ada kelebihan dari uang bulan sebelumnya saat tutup budget.


Teknis Pengelolaan Keuangan

Teknis pemisahan uang dalam caraku mengatur uang menurutku cukup simpel. Aku tetap menggunakan dompet yang selalu kubawa ke mana-mana. Untuk alasan kepraktisan, aku menggunakan kertas yang dilipat dua untuk menandai ini pos setiap posnya. Bukan amplop.


Ada dua bagian besar di dompetku, berguna untuk memasukkan uang yang sering kuambil dan yang jarang kugunakan. Kategori pos yang sering digunakan itu seperti uang makan dan bensi. Sedangkan untuk yang jarang digunakan misalnya uang cash dana darurat, servis, dan skincare.


Aku punya satu buku khusus untuk mencatat rekap dana darurat setiap awal bulan sekaligus tutup budget sebelum membukanya kembali. Hal ini juga berguna untuk melihat apakah seimbang uang yang diutang dengan uang yang seharusnya ada. 


Selain itu, buku ini juga berisi catatan pemasukan pendapatan tidak tetap. Hal ini perlu dicatat karena berasal dari beberapa sumber dan masuk ke tidak satu jenis rekening.


Dalam beberapa kasus kadang tidak bisa serta merta aku bisa mengeluarkan uang dari pos seharusnya, sehingga harus utang ke pos lain. Hal ini juga harus dicatat terutama jika durasinya lama. Jika hanya sebentar, tidak perlu dicatat karena pembayaran dari pos seharusnya langsung dilakukan. Jadi jumlahnya tetap seimbang dan cocok dengan catatan di kertas.


Untuk pengeluaran berdasarkan pos-pos ini sebenarnya aku tidak terlalu strik juga. Misal kalau ada jumlah yang ganjil dan tidak ada uang kecil untuk menukar, biasanya kugenapkan saja. Atau kalau hanya selisih sedikit, tidak perlu ada pencatatan. Yang penting secara global jumlahnya seimbang. 


Begitulah caraku mengatur keuangan. Sampai saat ini inilah cara terbaik mengatur keuangan bagiku. Sekali lagi, untuk setiap orang kebutuhan dan kecocokannya pasti beda. Tidak ada pakem, yang penting dilakukan.


Share cara kalian mengatur keuangan di kolom komentar ya. []

Rindang Yuliani
Hi, I'm Rindang Yuliani. I'm a writer, a civil servant, and living in Barabai, South Borneo. I love reading and I'm interested in travelling. My first book is Escape, Please!

Related Posts

23 komentar

  1. Ternyata mbak Rindang teratur bgt pengelolaan keuangannya.kayaknya komplit dan lengkap banget.pengen nyontek :)

    BalasHapus
  2. kalau aku sebenarnya masih belum rapi sih pengaturan keuangannya. cuma yang pasti aku punya beberapa rekening tabungan untuk berbagai keperluan. trus setiap bulan juga kuusahakan top up reksadana dengan uang dari job di blog

    BalasHapus
  3. Thank you mba cerita pengalaman mengatur keuangan. Aku pun mulai memfilter kebutuhan primer, sekunder huaaa. Yang paling penting emang rekening tabungan dan buat spend dipisah haha.

    BalasHapus
  4. Sungguh detail sekali <3

    Aku punya cerita yang sama nih, Mbak. Habis kerjasama sama salah satu perusahaan fintech eh ternyata beneran jatuh hati sama produknya.. Dan sampai sekarang masih kugunakan, fitur saving-nya bermanfaat banget. Jangan-jangan yang kumaksud sama kayak punya Mbak Rindang :)))

    BalasHapus
  5. Aku suka matematika, tapi kalau bikin budgeting, suka malas gitu. Paling nyediain buat kebutuhan wajib. Terus ada sih tabungan yang gak boleh diambil sama investasi di emas. Lainnya masih acak-acakan

    BalasHapus
  6. Detil dan rapi cara mengatur keuangannya, Mbak. Inspiratif ini. Bisa diadopsi caranya.
    Saya awal punya penghasilan sendiri dari blog dan sosmed campur aduk dengan uang rumah tangga. Jadi enggak tahu pasti berapa jumlah yang saya dapatkan. Akhirnya buka rekening sendiri. Meski juga banyak nguapnya buat itu ini tapi jadi terdata karena semua penghasilan masuk ke sana:)

    BalasHapus
    Balasan
    1. saya juga mbak kalau job bikin rekening sendiri jadi tahu berapa pemasukan dari job blogger.

      Hapus
  7. Rapi banget bun pengaturan keuangannya, saya tipe yg gak terstruktur kayak gitu sih, saya hitung semua pengeluaran dan kemungkinan pengeluaran di kalkulator, selama pengeluarannya lebih rendah dari pendapatan, maka aman-aman aja 😅 saya emang masih newbie bgt sih

    BalasHapus
  8. Kalau ngomongin budgeting emang sebaiknya lakukan pengaturan keuangan sebaik mungkin ya mbak, salah satu cara simplenya dengan mencatat semua pemasukan dan pengeluaran dengan detail.
    Aku juga suka nontonin ilmu2 gratisan di YT yg bahas soal financial.
    Biasanya habis nonton tu langsung semangat nabung atau inves haha

    BalasHapus
  9. Keren banget Mbak pengaturan keuangannya. Saya dulu, semasa masih singel sampai punya anak kedua masih nulis pengeluaran, pembukuan aja. Keuangan ada di dua rekening, yang satu kebutuhan primer, yang satunya untuk dana darurat aja.

    BalasHapus
  10. Emang yaa sebesar apapun pemasukan kalau tidak pandai dalam pengatur keuangan mau tidak mau pasti akan habis juga. Apalagi di era yang serba mudah ini orang-orang cenderung menjadi manusia konsumtif hanya demi memenuhi ego dan gaya hidup yang berlebihan. Makasih sudah berbagi ilmu

    BalasHapus
  11. Sejak tahun lalu aku juga pakai sistem ini Mbak. Tabungan yang digital - tanpa ATM - aku jadikan muara dari dana darurat. Setiap gajian langsung dikirimi 10-25% dari gaji tersebut tergantung berapa penghasilannya saat itu.

    BalasHapus
  12. Sama sih mba. Aku juga ada tabungan darurat di bank syariah. Bank utama buat keluar masuk gaji. Sama di blu buat ngatur savings pos pos. Tapi tetep harus belajar lagi mengelola keuangan hehe.

    BalasHapus
  13. Rapi sekali, Mbak. yang paling penting juga dislipin ya, Mbak. Saya masih susah ini untuk dislipinnya, huhuhu...

    BalasHapus
  14. Aku juga lagi kumpulin dana darurat nih kak Rindang, maunya sih sampai 5x lipat dari penghasilan per bulan. Ya secara biaya hidup naik muluuu huhu, bismillah yg penting manajemen bagus ya

    BalasHapus
  15. Kudu banget aku contoh gaya hidup yang rajin menabung ini.
    Dengan pos-pos yang sudah ditentukan sedari awal, menjadi menambah semangat dalam menyimpan uang.

    Betul banget nih..
    Aku suka boros, apalagi terkait skincare. Rasanya konsumtif sekali..

    BalasHapus
  16. Samaan mbak Rindang, saya dulu punya beberapa rekening. Satu rekening khusus gaji, rek khusus tabungan, rek khusus tabungan deposito, sama rek khusus urusan kantor. Memang urusan keuangan itu kudu begini.

    BalasHapus
  17. Betul, sebanyak apapun uang kalo nggak dikelola bakal boncos terus sih. Makasih mbak tipsnya, saya juga masih belajar mengelola keuangan nih..

    BalasHapus
  18. Wah keren nih, cara mengatur keuangannya mbak
    KLO teratur seperti ini, pasti nggak akan boncos di akhir bulan ya mbak

    BalasHapus
  19. Budgeting ini memang perlu dicermati yaa.. terkadang di tengah jalan, kita jadi agak longgar dengan melakukan beberapa pengeluaran yang tidak masuk di dalam list. Alhasil begitu mendekati akhir bulan, kelabakan deh... lhooo.. kok jadinya pengeluaran banyak yaaa hehee...

    BalasHapus
  20. keren bgt mba cara mengatur keuangannya. jadi terinspirasi, detail dan testur

    BalasHapus
  21. waktu awal pandemi datang ke Indonesia, dana darurat bener2 membantu banget untuk survive. Setuju banget kita kudu mengalokasikan dana darurat, kalo kepepet butuh pengeluaran besar nggak bingung lagi :)

    BalasHapus
  22. Budgeting itu memang harus ya mbak dalam mengatur keuangan agar tidak tabungan kita tidak jebol ya. Tipsnya bagus nih mbak, saya akan aplikasikan juga untuk keuangan rumah tangga saya

    BalasHapus

Posting Komentar