Menikmati Proses. Meladeni Obsesi. Mengakrabi Tuhan.

Mari Pulang ke Rumah Kita yang Hangat dan Nyaman

13 komentar

Menulis bagiku adalah rumah. Rumah yang hangat dan nyaman. Rumah yang menyediakan perapian setelah perjalanan singkat di belantara keseharian kita yang dingin. Rumah yang membuat kita nyaman dengan hanya berada sendirian di sana. Rumah yang membuat kita lega karena kita tidak ragu untuk mengisinya dengan semua pikiran dan perasaan kita.



Itulah kenapa aku selalu kembali untuk menulis. Sejauh apapun jarak yang memisahkanku dengan kegiatan ini. Entah karena kesibukan, kemalasan, atau hal-hal yang tidak aku pahami mengapa menjadi penyekat dari hal yang kucintai ini. Aku selalu dapat menemukan jalan pulang, ia memanggilku saat aku terlalu lama mengingkarinya.


Berikut adalah jenis-jenis panggilan yang membuatku akhirnya terus menulis sampai sekarang meskipun masih tertatih dan tidak pernah teratur.


1. Rasanya ada yang kurang saat aku tidak menulis


Saat aku sibuk mengikuti suatu pelatihan dan blogku kosong melompong tanpa postingan selama satu bulan penuh aku merasa ada yang kurang. Aku tidak bisa menjelaskan dengan tepat jenis perasaan apa yang dapat menggambarkannya, apakah sedih atau perasaan kosong itu sendiri.


Perasaan ingin pulang yang begitu hebat membuatku selalu berhasil untuk kembali menulis, seberapapun jauhnya jarak dengan waktu menulis terakhir. Semakin jauh semakin rindu. Ketika aku lama tidak menulis, aku merasa sedang pergi jauh dari tempat di mana seharusnya aku berada.


Salah satu kendala terbesar pada diriku untuk tidak menulis secara teratur adalah aku belum menemukan pola rutinitas yang cocok dalam keseharianku. Aku hanya menulis saat perlu padahal seharusnya aku menulis secara rutin agar produktivitas ke luar meningkat dan healing ke dalam jiwa semakin membaik.


Namun sampai sekarang penjadwalan menulis teratur itu belum berhasil kuterapkan. Doakan semoga aku mulai bisa menjadikannya habit, menulis setiap hari dan memprogramnya dengan baik sehingga tulisanku meningkat secara kuantitas dan kualitas.


Sesungguhnya aku merasa iri dengan teman-teman penulis lain saat mereka terus bisa produktif menulis dengan kesibukan yang tak kalah padat denganku. Perasaan iri tersebut juga yang memperkuat rasa ingin pulangku ke rumah yang nyaman dan hangat. 


2. Menulis adalah cara healing terbaik


Alasan mengapa aku terus menulis lainnya adalah karena dengan menulis aku dapat mengungkapkan emosiku dengan baik. Menulis adalah cara healing terbaik bagiku di tengah sesaknya jiwa di era modern seperti sekarang. Saat emosi dan jiwaku sedang bergejolak, aku akan menulis. 


Dengan menulis, pikiran yang berlebihan akan mereda secara perlahan. Setelah menulis, seringkali aku menyadari bahwa apa yang kupikirkan ternyata tidak sebanyak itu saat aku menuliskannya. Aku hanya terus mengulang-ulang pikiran buruk makanya terasa sesak dan penuh. 


Setelah diungkapkan melalui tulisn, oh ternyata kelihatan bahwa masalahnya mungkin hanya sedikit atau bahkan sepele. Saat menulis pikiran atau perasaanku menjadi lebih terstruktur, karena aku dapat menyusun permasalahan dengan lebih logis dalam bentuk sebab-akibat. 


Menulis juga membantuku menganalisis perasaan dan pikiran yang sedang aku alami.


Ada terlalu banyak alasan untuk tidak menulis. Entah karena alasan pekerjaan, entah karena kesibukan di dunia nyata, entah karena mood yang tidak stabil. Semuanya akan menjadi seperti alasan yang logis untuk tidak menulis. Tetapi parahnya bagiku saat aku tidak menulis semua perasaanku sama sekali tidak membaik bahkan cenderung berantakan. Menulis adalah salah satu cara untuk merapikannya.


Makanya jangan heran hampir di setiap tulisanku terdapat curhat yang tersembunyi. Menulis secara teknis atau terlalu formal akan membuatku tidak begitu rileks sehingga aku lebih memilih bentuk penulisan yang isinya lebih personal. Oleh karena itu setiap topik penulisan biasanya kuhubungkan dengan pengalaman pribadi agar aku lebih menghayati saat menuliskannya


3. Menulis dapat menghasilkan uang


Tidak dapat kupungkiri, rumah yang hangat dan nyaman ini pun dapat menjadi sumber penghasilan tambahan. Meski aku belum terlalu banyak mendapatkan penghasilan dari menulis, tapi setidaknya aku sudah melihat pola atau jalan menuju ke arah sana. Tinggal diseriusi dan diberikan perhatian ekstra, maka cuan tidak akan ragu untuk mendekat kepadamu.


Selain memantaskan diri dengan meningkatkan kualitas, rumah yang nyaman dan hangat ini juga harus kupelihara eksistensinya. Aku harus belajar lebih konsisten. Aku menyadari disinilah minat dan bakatku bergabung menjadi satu sehingga aku tidak akan menyia-nyiakannya dan kalau bisa menjadi sebagai jembatan untuk mimpi financial freedom yang ingin kucapai, kenapa tidak.


Demikian beberapa panggilan pulang yang kualami saat terlalu jauh dari menulis. So, jadi apakah kamu juga memiliki rumah yang nyaman dan hangat untuk kembali saat penat? []

Rindang Yuliani
Hi, I'm Rindang Yuliani. I'm a writer, a civil servant, and living in Barabai, South Borneo. I love reading and I'm interested in travelling. My first book is Escape, Please!

Related Posts

13 komentar

  1. kalimatnya puitis sekali kak, sekarang kalau saya jika penat selain mengadu sama yang di atas, ada bidadariku yang senantiasa menjadi teman bersanda gurau.

    BalasHapus
  2. Saya nulis seringnya malam hari atau siang hari karena di waktu-waktu itu yang bisa nulis. Saya nulis juga untuk healing dan relaksasi. Kadang kalau sudah habis baca buku misalnya, wajib dituliskan, kalau ngga kepala rasanya penuh, penat. Harus dituangkan minimal nulis resensi buku pun jadilah. Habis itu baru legaaaa hihi.

    BalasHapus
  3. Kalau nulis resep gpp kan ya? 😅 karena sebaiknya menulis itu disesuaikan dengan minat, nah berhubung minat saya di dunia baking dan cooking, jadilah saya penulis buku resep 😃

    BalasHapus
  4. di saat orang lain mau mulai nulis aja ribet, mbak rindang justru merasa ada yg kurang waktu lama gak nulis. kerenlah!

    BalasHapus
  5. Menulis untuk mendokumentasikan hidup, itu yang jadi jargon saya..semoga kita semua dimudahkan dalam merangkai karya..aamiin

    BalasHapus
  6. Masing masing orang punya alasannya sendiri untuk menulis. Tetapi memang menulis itu mengasyikkan. Apalagi nulis curhat

    BalasHapus
  7. Jalani aktivitas menulis dengan rileks, diniatkan lurus utk kebaikan, insyaALlah yang lain2 akan dapat

    BalasHapus
  8. Bgi yg suka menulis, pasti pahaaam banget rasanya kalo kelamaan ga menulis blog. Krn aku ngerasain banget hal yg sama. Blog ini rumah buatku. Rumah di mana aku pengen curahin semuanya, bisa ngelupain stress sejenak. Menuliskan hal2 yg bikin happy.

    Jadi berasa bangettt kalo kelamaan ga menulis. Walo banyak orang2 yg mulai berpindah ke platform video, buatku blog ttp rumah yg nomor 1 😊. Ga masalah orang2 mungkin ga membaca lagi tulisanku, tapi isi blog ini masih berguna buatku yg pelupa. Setidaknya kalo lupa Ama pengalaman pas traveling dan kuliner, aku bisa buka2 lagi tulisan sendiri di blog :)

    BalasHapus
  9. bener ya mbak, rumah yang hangat yang selalu memanggil kita pulang kembali, dan kadang rasa itu sulit dipahami orang lain yang mungkin tidak hobi menulis

    BalasHapus
  10. Iya akupun sama. Aku juga suka lagi lagi menulis. Sampai aku bikin tulisan mending nulis ketimbang masak hwkakaka dududuh emang aku tuh ga pandai urusan perdapuran.

    Mulai dari healing hingga mendulang cuan.alhamdulillah menyenangkan dengan menulis

    BalasHapus
  11. memang kalau menulis ini sudah jadi bagian diri rasanya ada yang kurang ya kalau kita tidak menulis. akupun kadang ada juga masanya malas menulis tapi ada juga yang menggebu-gebu banget pengen nulis sesuatu tapi harus ditahan karena takut kebanyakan curhat

    BalasHapus
  12. Kalo aku pribadi masih belum tau aktivitas menulis mau dianalogikan sebagai apa. Jadi selama ini masih menganggap kemampuan menulis sebagai potensi diri.

    BalasHapus
  13. Setuju banget soal menulis adl healing.

    Menulis bs bikin pikiran lega n bs berpikir jernih kembali

    BalasHapus

Posting Komentar