Menikmati Proses. Meladeni Obsesi. Mengakrabi Tuhan.

Lima Hal Berkesan dari Drama Korea Goblin

Posting Komentar
Drama Korea Goblin sempat booming beberapa waktu yang lalu. Saat itu aku belum tertarik untuk ikut menontonnya. Beberapa orang pernah membocorkan genre drama ini yaitu setengah fantasy. Seperti biasa, aku ogah menonton drama jenis tak masuk di akal seperti ini.

Source: www.wikipedia.com
Pada suatu hari, stok drama Korea menipis. Satu-satunya pilihan yang tersedia adalah Goblin. Aku pun mencoba menontonnya. Satu episode, dua episode, masih membosankan. Dan itu dalam rentang waktu yang agak lama aku menontonnya, saat aku sempat saja. Kalau memang tertarik, biasanya aku mengosongkan waktu atau menyelesaikan pekerjaan lebih cepat atau tidur lebih lambat. Ini enggak, aku masih bisa beraktivitas seperti biasa.

Baru sampai episode ke-7 pada scene ‘kegagalan’ di padang bunga Soba aku baru mulai tertarik dengan kisahnya. Ternyata agak serius dan deep juga. Di awal-awal tidak terlalu kelihatan, karena banyak unsur komedinya juga yang sebenarnya bukan tipe tontonanku.

Setelah episode itu, aku jadi tertarik untuk segera menyelesaikan si Goblin ini. Jalinan ceritanya yang rumit mulai menarik minatku. Tentu saja tokoh si ahjussi yang gentleman sekaligus lebay menjadi favoritku di drama ini. Sedangkan tokoh ceweknya bagiku biasa saja, tidak terlalu berkesan secara karakter.

Bagaimana dengan unsur-unsur unlogic dalam drama ini? Sepertinya aku masih bisa menerima dan nyaman-nyaman saja dengan itu karena jalinan cerita pada drama ini akan berlubang jika hal-hal itu tidak ada. Memanggil dengan meniup api, hujan pertanda Goblin bersedih, bunga bermekaran si Goblin sedang jatuh cinta, teh penghapus ingatan. Hal-hal mustahil tersebut bisa menjadi pelengkap yang penting dalam drama ini.

Ngomong-ngomong, aku mengaku kalau dibuat hang over dengan cerita cinta antara Ji Eun Tak dan Kim Shin. Selain kisah cintanya yang baper tersebut, ada lima hal berkesan lainnya yang ada di drama ini. Berikut rangkumannya.

1.Waktu itu relatif
Seperti teori relativitas waktu Einsten, konsep waktu dalam drama Goblin ini sangat relatif. Goblin yang diceritakan telah hidup selama lebih dari 900 tahun baru merasakan hidup yang sebenarnya setelah bertemu dengan pengantinnya. 

Selama sepuluh tahun ketika Goblin menghilang, dilewati pengantinnya tanpa terasa apalagi dengan ingatan yang ikut menghilang. Hal ini juga terjadi selama Eun Tak meninggal sebelum reinkarnasi. Tiga puluh tahun yang dilewati Kim Shin tidak ada apa-apanya dibandingkan ketika mereka kembali bersama.

2.Tuhan tidak memberikan cobaan melebihi kemampuan manusia
Terdengar seperti sebuah petikan ayat dari kitab suci ya. Meski redaksinya di drama tidak persis seperti itu, tapi maknanya sama. Goblin curhat kepada malaikat maut bahwa Dewa pasti menganggapnya kuat sehingga memberikannya cobaan yang begitu berat kepadanya. Positive thinking sekali ya.

3.Setiap orang punya masalah masing-masing
Seperti dalam kehidupan nyata, setiap orang dalam drama ini juga punya masalah masing-masing. Goblin dengan keabadian dan pedang di dadanya. Pengantin Goblin dengan permasalahan keluarga serta ekonomi. Malaikat maut dengan ingatan yang hilang dan penyesalahn tentang dosa masa lalu. Dan Sunny tentang kehidupan asmaranya yang tidak pernah beres.

Source: www.hipwee.com

4.Terus berusaha meski terlihat takkan berhasil
Hal ini dicontohkan dengan baik oleh Eun Tak. Meski keadaan tidak memungkinkan ia terus berusaha melakukan segalanya. Ia tetap sekolah, mengikuti ujian universitas, kuliah, hingga akhirnya menggapai impiannya menjadi seorang direktur radio. 

5.Selalu melakukan hal-hal terbaik di hidup yang singkat
Eun Tak sadar, kelahirannya adalah keajaiban. Bahakan malaikat maut sellau memanggilnya Jiwa yang Hilang. Oleh karena itu, Eun Tak sangat menghargai hidupnya dengan cara melakukan hal-hal terbaik. Ia ingin di akhir hidupnya ia bisa mengenang hal-hal baik yang pernah ia lakukan.

Bagaimana, dalam kan pesan-pesan moralnya? Di balik cerita romance yang manis ternyata ada lima pesan yang mendalam.[]
Rindang Yuliani
Hi, I'm Rindang Yuliani. I'm a writer, a civil servant, and living in Barabai, South Borneo. I love reading and I'm interested in travelling. My first book is Escape, Please!

Related Posts

Posting Komentar