Menikmati Proses. Meladeni Obsesi. Mengakrabi Tuhan.

Pengobatan Benjolan di Leher (6)

7 komentar
Baca cerita sebelumnya di Pengobatan Benjolan di Leher (5)

Tanggal 20 Desember 2017 aku pergi konsultasi ke dokter, sesuai jadwal yang kudapat saat terakhir kali aku periksa. Satu minggu sebelum pengobatan berakhir aku harus cek lagi. Dan tahu apa yang kualami teman-teman? Setelah 2,5 jam nunggu (aku antrian pertama di poli bedah), aku akhirnya bisa masuk ke ruang konsultasi.

Bukan dr. Priha yang sedang duduk di sana, aku sudah bela-belain datang hari kerja Senin-Rabu sesuai praktik beliau. Namun, yang kutemui di sana pada hari itu juga bukan dr. Nanda yang sebisa mungkin kuhindari di hari praktiknya yaitu Kamis-Sabtu. Sebelumnya aku pernah dua kali konsultasi dengan dr. Nanda. Pertama, di suatu hari Kamis yang sebenarnya aku harus datang hari Rabu. Tapi karena kota lagi banjir saat itu, jadi kutunda hingga keesokan harinya. Kesempatan kedua di hari Sabtu, karena mau tak mau aku harus konsultasi di sekitar minggu itu juga sedangkan hari kerjaku padat sekali. Aku tak bisa kabur di hari Senin-Rabu minggu-minggu itu.


Dokter yang duduk di hadapanku kali ini lebih tua dan dari name tag di seragam dokternya kuketahui nama beliau adalah dr. Asnal. Rupanya dari yang aku curi dengar, dr. Priha sedang cuti akhir tahun. Setelah aku bilang aku sudah hampir 1 tahun mengonsumsi OAT, dr. Asnal ngomel. Sungguh, aku berasa jadi tertuduh di sini. Padahal kan ya dr. Priha yang merekomendasikan.

Begini ternyata nggak enaknya konsultasi di rumah sakit, dokternya bisa berbeda di kesempatan yang berbeda. Sedangkan pandangan atau diagnosis setiap dokter pada gejala yang sama juga kadang berbeda. Inilah yang aku alami. Ini pula salah satu alasan aku menghindari dr. Nanda agar bisa konsisten konsultasi dengan dr. Priha.

Kabar baiknya, aku setuju untuk stop minum OAT sesuai saran dari dr. Asnal. Jika hari itu aku konsultasi ke dr. Priha, boleh jadi aku akan mendapat advice yang berbeda. Lanjut pengobatan lagi, misalnya. Hiii. Rabu malam itu sebenarnya jadwal minum obat, tapi aku stop langsung. Alarm minum obat pun sudah kuhapus dari hp ku. Wih, satu tahun penuh lho aku nggak lepas dari OAT. Berat sebenarnya. Apalagi aku disiplin minum sesuai jadwal. Itulah kenapa aku harus lebih banyak minum air putih tahun ini.

Kumpulan bungkus OAT

Benjolannya gimana? Benjolannya masih ada, tapi ukurannya sudah kecil banget kalau nggak diraba nggak bakal ketahuan kalau masih ada benjolan. Bahkan dr. Asnal jadi sangsi kalau penyebabnya adalah bakteri TB karena ternyata setelah diberi pengobatan benjolannya tidak hilang-hilang. Sampai aku mengeluarkan hasil uji FNAB dari dr. Barliana pun beliau masih ragu. Sama seperti dr. Nanda, beliau menyarankan untuk diambil massanya dengan cara operasi.

Oh NOOO!

CASE CLOSED

Ya segitu aja ternyata ending pengobatan benjolan di leherku. Hingga saat ini aku belum berminat untuk melanjutkannya dengan cara operasj. Alasanku:
1. Benjolannya sudah mengecil
2. Tidak ada keluhan rasa sakit
3. Tidak ada efek terhadap kesehatanku secara umum
4. Aku tidak dioperasi karena alasan kecil, FNAB sudah cukup

Ketiganya tersebut sudah memenuhi kriteria sembuh bagiku. Karena di awal pengobatan, poin no 1 dan 3 terasa mengganggu. Meski mungkin menurut dokter indikator TB kelenjar sudah sembuh adalah benjolannya harus hilang sama sekali. Eh, btw aku penasaran dengan hasil lab uji sputumku di puskesmas. Lupa terus menanyakannya saat aku ngambil obat di sana. Lagi pula kurasa tindakan lanjut dari puskesmas kurang pro untuk kasus TB, mereka terkesan hanya mendistribusikan OAT.

Bye, ruang bedah.

Meski hasil akhir pengobatan ini sedikit mengecewakan. Apalagi bonusnya aku jadi jerawatan (banyak), ini kata dr. Priha sih. Jerawatku adalah efek samping OAT. Aku tetap bersyukur sudah menjalani pengobatan ini. Seenggaknya aku lebih menghargai kesehatan sekecil apapun itu masalahnya. Kudoakan semoga para pembaca yang juga sedang menjalani terapi TB segera sembuh dan tetap semangat. Aamiin. []
Rindang Yuliani
Hi, I'm Rindang Yuliani. I'm a writer, a civil servant, and living in Barabai, South Borneo. I love reading and I'm interested in travelling. My first book is Escape, Please!

Related Posts

7 komentar

  1. Mba rindang sakit apa? Kadang obat bisa bikin ketergantungan ga sih? Berarti 1 tahun minum rutin yaa.. Lebih baik kalo bisa cara alami tdk usah pakai operasi karena dlu kluarga ku bnyk yg pake herbal dan sembuh tnpa operasi :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya nih aku nyoba pakai herbal dan cara tradisional aja. Aku kena tb kelenjar Lisa.

      Hapus
  2. obat herbalnya pake apa mbak Rindang?

    BalasHapus
  3. Mba, kriteria benjolan yg bisa di FNAB itu seperti apa?
    Soalnya aku ada benjolan kecil di belakang leher dan harus biopsi bedah, cmn masih ku pertimbangkan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semua benjolan bisa dilakukan tes FNAB menurutku kak, asal tujuannya untuk mengetahui apa isi 'massa' benjolan tsb.

      Hapus
  4. Mbak boleh minta kontaknya nggak sharing sharing

    BalasHapus
  5. Boleh DM IG saya Kak Jibril @rindangyuliani

    BalasHapus

Posting Komentar