Menikmati Proses. Meladeni Obsesi. Mengakrabi Tuhan.

Balada Si N

Posting Komentar
Di sekolah tempat suamiku mengajar ada seorang siswi bernama N dengan postur tubuh kurus, kalau tidak bisa dibilang ceking. Tulangnya yang kecil hanya dilapisi oleh daging tipis. Seragam yang dikenakannya menunjukkan bahwa size S pun masih terlalu kecil untuk ukuran badannya. Sekilas dia nampak sama saja dengan siswa-siswi lainnya, kecuali dia tidak pernah terlihat berkunjung ke kantin sekolah pada jam istirahat. Awalnya para guru tak menaruh curiga apa pun terhadap anak ini. Namun setelah ada teman si N ini bercerita tentang kondisi yang sebenarnya tentang N, maka kepsek dan para guru berinisiatif membawa N ke rumah sakit. Setelah diperiksa, dokter mengatakan bahwa N menderita penyakit gizi buruk. Allahurabbi, aku yang mendengar ceritanya saja rasanya lemas apalagi para guru yang mendampingi N saat di rumah sakit. Di zaman modern dan serba canggih seperti sekarang ini serta lokasi yang tidak bisa dikatakan terpencil sekali, masih ada anak yang menderita penyakit gizi buruk? Aku terbayang pada foto anak-anak di Benua Afrika yang juga menderita kasus serupa.

Ternyata kehidupan N sehari-hari sangat memprihatinkan. N tinggal bersama saudara neneknya yang masih hidup (nenek aslinya sudah meninggal) dan juga 4 anak lain yang merupakan sepupu-sepupu N. Ayah-ibu yang tidak bertanggung jawab atas kelima anak ini (termasuk N) entah dimana rimbanya, mereka tidak peduli dengan nasib si buah hati. Boleh jadi karena faktor ekonomi, namun bisa pula karena keegoisan pribadi. Terlebih ayah-ibu N telah bercerai dan keduanya sudah menikah lagi. Gemas sekali rasanya melihat fakta ada orang tua yang seperti itu. Nenek N sehari-hari mendapatkan penghasilan dari manurih (menyadap karet), uang hasil penjualan karet yang tak seberapa tersebut digunakan untuk memberi makan cucu-cucunya. Tak heran kalau N tidak pernah membawa uang saku saat sekolah. Jauh pula jangkauan tangannya dari susu, vitamin, atau makanan bergizi lainnya. Namun aku salut dengan semangat bersekolahnya N, semoga dia tetap bertahan hingga tamat SMA.


Kembali ke kondisi N, teman-temannya bercerita saking kurusnya si N dia tidak bisa duduk seperti orang kebanyakan karena tubuhnya tidak seimbang. Jika duduk kakinya ditekuk dan disangga dengan tangan supaya tidak jatuh. Sebagai remaja berusia sekitar 16 tahun (kelas X SMA), periode datang bulannya kacau sekali. Dua bulan terakhir malah N tidak pernah haid. Dokter sendiri mengatakan bahwa untuk memulihkan kesehatan N setidaknya membutuhkan 3 kantong transfusi darah bergolongan darah O. Kondisi terakhir N saat kutulis ini masih dalam perawatan dokter, hasil sementara menunjukkan ada kerusakan liver akibat makan mie instan berkepanjangan. Nilai Hb-nya hanya sekitar 7.5. Rencananya sore ini atau malam nanti aku akan menjenguknya bersama suami. (Jika teman-teman ada yang berminat ikut membantu N, bisa inbox akun fbku. Inshaallah akan disampaikan ke N langsung)

Dari kejadian ini aku dapat memetik pelajaran, ada banyak orang yang mengeluhkan hal sepele dan tidak bersyukur dengan apa yang sudah dimiliki. Di sisi lain beberapa orang tak beruntung bahkan tidak mempunyai hal yang kita keluhkan. Khusus untuk anak-anak yang malas bersekolah hanya karena faktor sepele, contohlah si N. Bahkan tanpa uang saku, ditambah fisik yang tidak seperti orang kebanyakan, ia tetap rajin hadir ke sekolah. Anak-anak sekarang kadang hanya karena tidak dibelikan hp atau motor baru, sudah merajuk tidak mau masuk ke sekolah. Jika Anda orang tua yang mempunyai anak yang berperilaku demikian, ceritakanlah tentang N kepada anak Anda. Semoga dapat menjadi pelajaran dan membuka sisi kemanusiaan kita yang selama ini mungkin terlanjur beku.
Rindang Yuliani
Hi, I'm Rindang Yuliani. I'm a writer, a civil servant, and living in Barabai, South Borneo. I love reading and I'm interested in travelling. My first book is Escape, Please!

Related Posts

Posting Komentar