Menikmati Proses. Meladeni Obsesi. Mengakrabi Tuhan.

Banjir Barabai Januari 2021

42 komentar
Semua berawal dari Kamis dini hari. Tidak, bukan aku yang terbangun saat tengah malam itu. Tapi orang-orang di kotaku yang rumahnya langganan menjadi korban banjir. Mereka bersiaga jika air tiba-tiba datang ke hunian mereka. Pasalnya sejak Rabu hujan tidak berhenti turun di Kota Barabai. Dan benar saja, ketika pagi tiba berita yang kudengar banjir sudah tinggi di mana-mana.

Banjir di Barabai, Hulu Sungai Tengah, Kalimantan Selatan


Rumahku sendiri tidak kebanjiran karena berlokasi di desa dan tidak di pinggir sungai. Area paling parah terdampak bencana banjir memang yang berada di pusat kota karena dataran rendah dan yang berada di tepi sungai  (termasuk yang di dataran tinggi) karena luapan air sungai. 

Kamis pagi itu, aku sempat terpikir untuk ngantor. Ternyata akses jalan kemana-mana putus karena banjir, termasuk ke kantorku. Dulu aku sempat nekad menerobos banjir, alhasil motor matic-ku mogok. 

Sementara itu hujan terus turun.  Ketika kubuka smartphone, berita banjir di mana-mana. Teman dan keluarga yang rumahnya di tengah Kota Barabai mengeluhkan air yang sudah tinggi, bahkan ada yang sampai seleher. Semua orang mengungsi mencari tempat yang lebih tinggi. Barang-barang banyak yang tidak bisa diselamatkan lagi.



Sebenarnya bukan hanya di Barabai atau Kabupaten Hulu Sungai Tengah saja yang terkena musibah banjir. Hampir di semua kota di Kalimantan Selatan pun bernasib sama. Hal ini karena Pegunungan Meratus, pegunungan yang melintang di tengah provinsi ini sudah tak kuat lagi menahan resapan air hujan. Hutan sendiri sisa sedikit dan lubang akibat aktivitas tambang menganga di banyak tempat. 


Salah satu efek terdahsyat dari banjir di Kalsel ini adalah putusnya salah satu jembatan di jalur provinsi. Hal ini membuat transportasi dari Banjarmasin ke Barabai atau sebaliknya menjadi terganggu. Orang-orang harus melewati jalan memutar, itu pun dengan kondisi jalan yang buruk dan risiko menemui area banjir juga.


Bencana Banjir dan Efek Dominonya

Banjir yang terus meninggi ternyata bukan satu-satunya persoalan, tak lama kemudian sekitar pukul 10 pagi, listrik mati di seluruh wilayah Barabai. Hal ini menyebabkan tower provider mati daya hingga sinyal pun hilang. Terputuslah kami dari dunia luar. Apa yang lebih buruk dari kebanjiran, tanpa listrik, dan tidak dapat terhubung kemana-mana?


Ada beberapa rumah teman dan keluarga yang berada di dalam kota, selama beberapa saat mereka terkepung banjir sebelum bisa sampai ke pengungsian. Bahkan karena terganggunya sinyal, ada beberapa orang yang tidak bisa dihubungi saat air mulai naik.



Parahnya kami yang dekat ini juga tak bisa mudah masuk ke area banjir untuk memberikan bantuan. Mesti menggunakan perahu atau alat transportasi air yang lain karena tinggi dan derasnya air. 


Dampak yang juga sangat parah dirasakan oleh warga Kecamatan Hantakan, masih dalam wilayah Kabupaten Hulu Sungai Tengah. Meski datarannya tinggi, bahkan termasuk ke dalam kawasan gunung, tetapi juga tak luput dari bencana banjir. Rumah-rumah penduduk sebagian besar berada di tepi sungai, saat air bah datang dari puncak gunung saat itulah semua bangunan di sekitarnya hancur.


Jadi bukan hanya rumah yang tergenang yang dialami oleh para korban di sana, tapi juga rumah yang hanyut, hingga rumah yang tertimbun longsor. Catat, rumah dan segala isinya. Diinfokan sementara para warga mengungsi di bangunan yang selamat dari kehancuran.


Akses menuju Hantakan saat ini masih sulit dilewati karena banjir di Kota Barabai dan jalan menuju ke sana yang juga dikepung air. Pasokan bahan makanan di sana semakin menipis, jangan tanya listrik dan sinyal. Lumpuh total.


Di hari ketiga, hari ini aku terpaksa harus keluar untuk mencari bahan makanan. Bersama suami dan motor besarnya, kami menjelajah banjir. Mau tidak mau harus melewati area yang masih terendam untuk membeli beberapa keperluan. Itu hanya di jalan utama yang cukup tinggi, di jalan-jalan lain apalagi gang sama sekali tidak bisa dilewati oleh kendaraan bermotor.


Kondisi di jalan tentu saja macet. Bahkan tadi sempat ada ambulan yang membawa orang sakit ikut lewat. Diperparah terkadang diwarnai oleh satu dua motor yang mogok. Pemandangan di kanan kiri jalan dipenuhi oleh pemilik rumah yang mencuci harta bendanya yang masih bisa diselamatkan. Ada yang rumahnya sudah mulai kering, tapi juga banyak yang masih terendam.



Pasar tumpah pun hadir di tepi jalan provinsi. Harga bahan makanan naik. Aku membeli beberapa bahan yang dirasa perlu. Barang yang aku kesulitan mencarinya saat ini adalah telur, lilin, dan biskuit kucing. Iya, peliharaan kucingku cukup banyak. Belum ada pet shop yang buka hari ini.

Hidup Seperti di Zaman Batu

Kamis sore hingga malam itu kami lewati tanpa listrik dan internet. Semua peralatan digital sudah tidak punya daya. Aku melakukan apa saja untuk mengisi kekosongan tersebut. Akhirnya 3 laci terdecluttering sempurna.

Untungnya, di kulkas yang tidak lagi berfungsi itu kami punya stok sedikit bahan makanan sehingga tidak perlu menembus banjir. Yang cukup membuatku miris adalah kondisi ikan di dalam akuarium, aeratornya mati dalam waktu yang cukup lama. Semoga mereka bisa bertahan hingga listrik menyala nanti. 



Aku bisa membayangkan bagaimana kondisi para korban banjir. Untuk memasak saja pasti susah. Oleh karena itu, bantuan terpenting untuk saat ini adalah makanan siap makan bagi mereka di sana. 

Jumat, hari kedua musibah ini terjadi, listrik belum juga nyala. Sinyal masih nihil. Jalan masih terputus akibat banjir. Aku libur lagi ke kantor. Cuaca tidak kalah suram, gerimis hingga hujan lebat terjadi seharian itu.

Sore hari, kami mendengar kabar jika di kota kecamatan listrik sudah menyala. Kami pun bergegaa menumpang mengisi daya smartphone dan menyambung komunikasi via internet. Semua kerjaan digitalku tertunda. 

Tiga malam ini kami lalui tanpa penerangan, sinyal, dan kabar. Tapi semuanya tentu tidak lebih berat daripada dampak yang dirasakan oleh korban yang rumahnya kebanjiran.

Bantuan Berdatangan dari Segala Arah




Ada banyak posko bantuan offline dan online yang membantu untuk menyalurkan uang serta bahan pangan dan pakaian kepada para korban. Bermunculan banyak dapur umum yang akan membagikan nasi bungkus untuk para korban. Aku jadi teringat dengan kondisi saat haul Guru Sekumpul. Semua bergotong royong untuk tolong menolong.



Bantuan berupa nasi bungkus memang sangat dibutuhkan saat ini. Bukan hanya nasi bungkus sih, tapi semua jenis makanan yang siap makan. Karena para korban banjir hingga saat ini belum bisa menjalankan aktivitas hidup mereka dengan normal, termasuk memasak. Untuk pendistribusian dilakukan menggunakan alat transportasi air atau jalan kaki sekalian ke daerah yang sempit tetapi airnya masih dalam.


Oh iya, di beberapa titik kami juga berpapasan dengan para relawan yang menuju Barabai dan Hantakan. Barang-barang besar yang terlihat yang mereka bawa adalah ban-ban dalam, perahu karet, dan alat-alat sejenis itu yang memang sangat berguna untuk akomodasi di titik-titik rawan.



Di hari kedua masih ada kabar yang menyebutkan banyak korban kebanjiran yang kelaparan dan kedinginan di atap rumah mereka masing-masing. Namun sepertinya hari ini, bantuan sudah mulai berdatangan dari segala penjuru. Untuk yang ingin ikut berdonasi silakan ke rekening berikut dan konfirmasi ke nomor yang tertera pada flyer.




Bukan aku tak ingin membuka donasi secara pribadi, sebagian besar mesin ATM yang bisa kuakses saat ini mesinnya masih mati sehingga sulit untuk proses tarik tunai. Beberapa teman di luar daerah yang ingin menitipkan donasinya padaku bisa langsung ke nomor di atas. Bantuan yang paling mudah sekarang disalurkan berupa bahan makanan dan pakaian ke posko-posko dan tempat pengungsian umum.


Mohon doa untuk semuanya. Banjir Barabai tahun ini sangat parah dan memakan banyak korban. Aku yang tidak terdampak secara langsung saja dapat merasakan ketidaknyamanannya. Untuk sekarang kesulitan di rumahku adalah ketiadaan air bersih karena selama ini air didapatkan dengan mesin pompa air sedang listrik tidak juga menyala. Cuaca juga mulai panas, kemarin-kemarin kami masih bisa mengandalkan air hujan. 


Update

Akhirnya Sabtu malam listrik di tempatku menyala. Padahal hari Sabtu itu kami sempat pinjam mesin genset untuk menarik air sumur. Alhamdulillah, sempat nyuci juga. Rasanya luar biasa setelah padam listrik 3 hari, bersyukur sekali. Meski sinyal masih byar pet.

Manajemen Bantuan

Hari Minggu, akhirnya aku bisa ikut bantu-bantu di posko bantuan bencana. Tempatnya sekaligus untuk pengungsian korban banjir, bukan merupakan posko induk. Semua bantuan yang masuk dikumpulkan dalam satu ruangan, lalu dibagi sesuai kebutuhan para pengungsi. Bukan hanya para pengungsi yang mendapat bantuan berupa barang dari posko tersebut, tapi juga para korban banjir di wilayah Kota Barabai yang tidak terjangkau posko lain dan tidak mengungsi.



Nah, peranku adalah menyambungkan pihak-pihak yang membutuhkan bantuan ini dengan posko. Hanya sekali dua kali aku ikut mengantarkan bantuan ke lokasi banjir. Di beberapa titik, terutama dalam gang, banjir masih menggenang hari Minggu itu dan tentu saja membuat para warga kesulitan untuk beraktivitas bahkan hanya untuk makan sehari-hari.

Nomor kontak yang bisa dihubungi sangat penting ada dalam penyaluran bantuan ke korban banjir ini agar tepat sasaran. Jika bantuan tidak fokus pada satu keluarga atau titik banjir akan dikira bantuan akan dibagikan di tempat yang dilewati oleh para relawan. Tidak sekali dua kali kami ditanya, "Bantuannnya tidak dibagikan di sini, Dik?" Kami hanya menggeleng sambil tersenyum.



Di beberapa jalan yang kami lewati ada beberapa mobil dengan bak terbuka yang membagikan bantuan berupa barang secara masif kepada para warga yang berada di tepi jalan. Cara seperti ini, bukan hanya membuat jalanan menjadi tambah macet tapi juga membuat bantuan tidak tersalurkan secara merata. Yang di dalam gang atau di pelosok pasti jadi tidak terjangkau. Sifat dasar manusia muncul pada sebagian besar korban banjir ini, sebanyak apapun bantuan kalau semuanya bisa untuk keluarga pasti diambil semua. Mereka tidak tahu ada korban banjir lain yang juga perlu dapat bantuan.

Alhamdulillah, bantuan sekarang sudah mulai terorganisir dengan baik terutama via posko induk. Pendataan untuk setiap RT yang terdampak sudah mulai dilakukan. Jadi para donatur disarankan untuk mengantarkan bantuan ke posko saja atau jika ingin mengantarkan langsung ke lokasi juga bisa tapi harus melaporkan wilayahnya ke posko induk. Dengan begitu, bantuan diharapkan bisa tersebar lebih merata. 


Mungkin ada beberapa daerah yang tidak memiliki akses info ke posko induk, jenis korban di wilayah ini yang biasanya menjadi sasaran kami. Kami membantu menghubungkan agar mereka terdata dan segera mendapatkan bantuan yang dibutuhkan.

Kadang agak miris melihat bantuan berbondong-bondong menuju Kecamatan Hantakan yang memang kerusakannya sangat parah, sementara di Kota Barabai bantuan yang ada terbatas. Rasanya tidak adil jika para korban di kota malah tidak mendapatkan bantuan hanya karena para relawan ingin melihat dampak banjir yang lebih hebat. 




Jadi, beberapa waktu terakhir di Kecamatan Hantakan kondisi di jalanan seperti orang-orang ingin menuju objek wisata. Orang-orang berkerumun ingin 'menonton' dengan kepala mata sendiri kehancuran yang diakibatkan oleh banjir bandang.

Jenis bantuan yang sangat melimpah adalah pakaian layak pakai. Di jalan-jalan dan beberapa posko, pakaian ini menumpuk sehingga pengambilannya tidak dibatasi. Sayang kadang jika tidak diawasi pemilihan pakaian ini menjadi problem tersendiri. Berantakan dan malah membuat lokasi berhamburan, salah duanya ada di mulut dua jembatan besar di Barabai. Mirisnya jika tidak ada yang bersedia mengambilnya, pakaian-pakaian tersebut akan berpotensi menjadi sampah tambahan paska banjir. Padahal pakaian-pakaian tersebut dikeluarkan dari lemari yang nyaman untuk disumbangkan ke warga yang terdampak banjir.


Bukan hanya orang-orang yang rumahnya terdampak banjir menjadi kesulitan setelah bencana ini, para warga di sekitar yang tidak kebanjiran pun merasakan dampaknya. Mereka kesulitan mendapatkan bahan makanan yang mulai langka, mencari uang pun masih sulit karena perekonomian sedang lumpuh, dan mereka tidak mendapat bantuan sembako dsb karena tidak termasuk korban banjir. Semoga barabai segera pulih. []


Note: Beberapa foto bukan merupakan jepretan pribadi.
Rindang Yuliani
Hi, I'm Rindang Yuliani. I'm a writer, a civil servant, and living in Barabai, South Borneo. I love reading and I'm interested in travelling. My first book is Escape, Please!

Related Posts

42 komentar

  1. jadi masalah lain selain banjir karena hujan, krn hutan gundul, krn proyek serampangan, dll itu, ada masalah serius di Indonesia: mental.
    mental pemimpin dan yg dipimpin. yg atas korupsilah, pencitraanlah, yg bawah tak kalah tamak. padahal lg susah harusnya paham kan bahwa org lain jg susah. ah, jd ngomel di blog org

    BalasHapus
  2. Sungguh sedih melihat musibah kini menimpa negeri ini. Kisahnya yang mbak narasikan adalah salah satu dari sekian bencana yang memilukan. Meskipun begitu kita berdoa semoga negeri ini segera pulih.

    BalasHapus
  3. Semogaaaa ALLAH mudahkan perjalanan hidup saudara2 kita yg terkena musibah di awal tahun.
    beneran ngeri ini ya mbaaa
    kami berkontribusi utk saudara2 ini dalam wujud doa dan donasi

    BalasHapus
  4. Sedih sekali baca dan lihat'y kak. Klrga saya yg d KalSel pun sebagian besar kebanjiran dan itu bener2 yg sampe masuk ke dalam rumah jd pda gbsa keluar rumah beberapa hari. Kata'y sekali'y keluar rumah waahh jalanan pada rusak dan ancur, akses kemana2 rusak. Huhu..

    BalasHapus
  5. Aku gak menyangka kalimantan selatan bisa terkena banjir separah itu mbak. Mungkin benar, gara-gara penambangan dan eksploitasi hutan yang gak ada putusnya, masyarakat yang jadi korban. Semoga pemerintah segera turun tangan ya..

    BalasHapus
  6. Semoga banjir segera surut dan aktivitas masyarakat bisa pulih kembali ya Mbak. Belakangan ini negeri kita seakan mendapatkan teguran dari Yang Maha Kuasa, semoga ke depan kita bisa menjadi orang yang lebih baik lagi

    BalasHapus
  7. Semoga bencana banjir dapat segera diatasi dan kedepannya ada aksi nyata dari berbagai pihak untjk mencegah bencana banjir. Aamiin...

    BalasHapus
  8. Nyesek saya bacanya mbak, melihat foto2 itu rasanya sesak dada ini, membayangkan bagaimana para korban banjir bandang Kalsel melewati hari-harinya. Teman walisantri anak saya juga berasal dari Kalsel, beliau cerita kalau belum bisa kemana2 karena akses jalan terputus waktu itu. Semoga musibah ini segera dapat di tangani, warga yang terdampak juga dapat kembali melanjutkan kehidupannya dan Allah memudahkan semua urusan mereka, aamiin.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bagaimana kabarnya sekarang mbak banjirnya, apakah sudah surut? Semoga warga yang terdampak bisa segera pulih kembali kondisinya.

      Hapus
  9. Ah mbak, aku gak bisa berkomentar banyak, semua yang diceritakan ini memang benar dan hanya bisa mendoakan, mudah2an banua kita segera pulih

    BalasHapus
  10. Ya Allah semoga segera surut dan perkembangan ekonomi segera bangkit! Doa kami dari jauh dan semoga diberi kekuatan dalam kesabaran

    BalasHapus
  11. yang paling bikin miris dari banjir kemarin ada aja yang memanfaatkannya untuk kejahatan seperti mencuri motor dengan modus membantu evakuasi motor korban banjir. huhu

    BalasHapus
  12. Sedih bacanya karena banjirnya benar-benar setinggi itu dan sekarang udah surut tp menyisakan sampah dimana-mana ya mbak huhu :( oh ya, aku ga bisa bayangin sih tanpa lampu tanpa inet kek apa kehidupan ini

    BalasHapus
  13. Semoga senantiasa dimudahkan langkah para pihak yang menyalurkan bantuan

    Semoga keadaan segeta pulih kembali

    Aamiin

    BalasHapus
  14. Ya Allah, ternyata parah sekali ya mba kondisi banjirnya. Turut merasakan kesulitan yang dihadapi di sana. Semoga sekarang perlahan semua teratasi Tetap sehat and keep safe ya mba

    BalasHapus
  15. Sedih banget yaa musibah awal tahun 2021 di Indonesia banyak banget. Salah satunya banjir Barabai ini, akupun sampai nangis lihat kejadian demi kejadian Ya Allah semoga warga Barabai diberikan kesabaran dan ketabahan menghadapi musibah.

    BalasHapus
  16. banjirnya dahsyat ya mbk, semoga lekas surut
    pasti lebih repot ya, bencana saat pandemi

    BalasHapus
  17. Gimana perkembangan sekarang, kak? Semoga sudah lebih baik dan banyak yang teratasi ya.. Sedih rasanya jika menyaksikan saudara setanah air menderita karena bencana. Makin sedih lagi karena bencana tersebut akibat dari ulah manusia. Semoga saudara-saudara di Barabai sabar dan tabah menerima cobaan ini. Yakinlah, badai pasti berlalu :)

    BalasHapus
  18. Gimana keadaan srkarang kak? Semoga sudah mulai perlahan pulih ya. Keluarga besar suami juga tinggal di barabai kak,jadi tahu banget bagaimana keadaan disana

    BalasHapus
  19. Mbak rindang terima kasih updatenya. Aku juga suka sedih kalau bencana malah jadi tontonan begini. Memang paling sulit untuk mendistribusikan bantuan ya mbak. Terima kasih sudha membantunya semoga berkah mbak

    BalasHapus
  20. Alkhamdulillah sekarang sudah surut ya mbak rindang? Didaerah saya sini, ya cukup waspada kemarin itu, karena ada beberapa air yang sudah memasuki rumah setinggi mata kaki. Saat hujan deras terus menerus sepanjang malam, saya pun sempat terjaga sampai pagi karena takut kalau air masuk juga kedalam rumah.

    Banjir kali ini katanya banjir terparah yang pernah terjadi ya mbak rindang...huhu.
    Semoga tidak akan akan terulang kembali ya mbak...Pegunungan meratus oh pegunungan meratus...

    BalasHapus
  21. Ya Allah..
    Sedih sekali melihat bencana yang terjadi di Bumi Indonesiaku ini.
    Semoga Allah segera angkat kesusahan para warga yaa, Rindang.

    Buat Rindang dan keluarga juga sehat-sehar selalu yaa...
    Doaku dari sini.

    BalasHapus
  22. Ya Allah sedih banget liat banjir di barabai. Sepertinya baru pertama kali disana banjir seperti ini ya mba. Atau memang sebelumnnya sudah pernah? Semoga semua dilindungi Allah

    BalasHapus
  23. Ikut berduka ya, Mbak. Dari sini jadi tahu kalau yang paling dibutuhkan korban banjir adalah bantuan berupa makanan siap santap. Jadi yang tinggalnya jauh dari lokasi bencana bisa salurkan donasi uang tunai untuk dibelikan makanan atau barang-barang yang dibutuhkan oleh relawan.

    BalasHapus
  24. Terima kasih Mbak. Info banjirnya lengkap dengan penyebab detil.
    Banyak orang yang nggak tau masalah ini

    BalasHapus
  25. Ya allah musim hujan di mana-mana semoga korban bencana mendapat bantuan yang layak. Dan musibah ini cepat berlalu.

    BalasHapus
  26. Subhanallah, nggak kebayang keluarga yang punya anak kecil, anak bayi, pasti kesulitan banget... huhu. Semoga banjirnya segera teratasi, tidak terulang, dan jadi perhatian pemerintah ya.

    BalasHapus
  27. Mudahan Barabai dan Kalsel cepat bangkit dan pulih lagi ya mbak Rindang, semoga Allah selalu lindungi kita dan selamatkan dari bencana besar. Aamin

    BalasHapus
  28. Turut prihatin dan sedih mbak. Semoga keluarga yang terdampak mendapatkan bantuan yang memadai. Bisa kebayang gimana rasanya 😔

    BalasHapus
  29. Ya Allah.... bener2 kita semua tidak menyangka ya Mbaaa, kalo kalimantan selatan bisa terkena banjir separah itu.

    penambangan dan eksploitasi hutan yang membabi buta, ini bikin bencana alam... dan pd akhirnya masyarakat yang jadi korban.

    BalasHapus

  30. Kasian masyarakat di sana. Semoga banjir cepat berlalu. Ini adalah efek dari keserakahan manusia.

    BalasHapus
  31. Sekarang Alhamdulillah keadaan Sudah aman ya kak Barabainya. Tinggal berbenah saja pasca banjir ya

    BalasHapus
  32. Ya Allah, semoga segera surut dan dapat beraktivitas dengan normal kembali ya Mbak? Semoga tak lagi banjir di tahun-tahun mendatang ya. Amiin.

    BalasHapus
  33. Sedih mendengar terjadi bencana. Di sisi lain, saya salut bencana membangkitkan rasa kemanusiaan sesama yang spontan mengulurkan bantuan. Tandanya, empati di masyarakat masih ada. Namun di balik bencana, hal yang mesti jadi perhatian adalah perbaikan terhadap lingkungan.

    BalasHapus
  34. Saya melihat di tengah sungai ada sampah kasur dan lainnya ngumpul kak, huhu.... di sini kita sebagai manusia dan warga negara sepertinya harus berefleksi dan introspeksi dengan bencara ya terjadi.

    BalasHapus
  35. Semoga Allah lindungi saudara-saudara kita yang sedang terkena musibah.
    Ya Allah...
    Yang paling dibutuhkan ketika banjir belum tentu bisa segera didapat meski memiliki uang. Rasanya sediiih sekali membaca tulisan Rindang.

    Rindang dan keluarga sehat selalu yaa...

    BalasHapus
  36. Sudah mulai rapi lagi Mbak? Awal Februari lalu, alhamdulillah saya bisa telp keluarha di Barabai dan Hulu Sungai Tengah

    BalasHapus
  37. Duh sekarang dimana-mana banjir ya krn udh musim hujan. Sayangnya banyak ga terekspos. Beritanya tenggelam

    BalasHapus
  38. semoga g terjafi lagi bencana banjir ini ya mbak
    kasihan sekali warga yg sudah jadi korban
    semoga para korban segera diberi kemudahan

    BalasHapus
  39. Subhanallah. Kalau sudah begini hanya bisa pasrah dan berdoa. Saya juga merasakan dampak banjir waktu air pasang beberapa Minggu lalu. Meskipun tidak parah hanya menggenangi lantai rumah beberapa senti. Tapi tetap saja repot dan rasanya sedih. Cuma ya, saya berusaha tidak mengeluh karena musibah terjadi atas izin Allah dan masih banyak musibah yang lebih parah dari yang pernah saya alami.

    BalasHapus
  40. Semoga para korban banjir tetap sehat dan banjirnya cepat surut yaa, turut prihatin dengan Banjir Barabai. Lega sekali rumahnya Mbak Rindang gak kena banjir ya Mbak

    BalasHapus
  41. Qodarulloh subhanallah, sekarang update banjir di barabai gmn mbak? semoga para korban dan semua keluarga mbak rindang jg dilindungi Allah dari segala marabahaya yaa

    BalasHapus

Posting Komentar