Menikmati Proses. Meladeni Obsesi. Mengakrabi Tuhan.

Momen yang Hilang Saat Lebaran

Posting Komentar

Lebaran identik dengan acara berkumpul bersama keluarga. Keluarga besar mama, alhamdulillah tinggal di daerah yang sama sehingga saat tidak lebaran pun bisa bertemu. Berbeda dengan keluarga besar papa yang tinggal di kota-kota yang jauh, sehingga membuat momen lebaran terkadang menjadi satu-satunya momen untuk bertemu.


Saat nenek dari pihak papa masih ada, 3 anak nenek selain papa akan datang dalam waktu yang bersamaan pada lebaran. Biasanya hari lebaran pertama atau kedua karena hari raya kedua itu akan diadakan selamatan haul kematian kakek (suami nenek). Ketiga uwaku tersebut membawa keluarga besar mereka yang jumlahnya tidak sedikit, sehingga rumah nenek dan rumahku yang berada di sebelah rumah nenek ramai oleh kehadiran mereka.


Nenek sendiri punya 16 cucu. Empat dari uwa pertama, tujuh dari uwa kedua, tiga dari uwa ketiga, dan dua dari papa. Hampir semua cucunya sudah menikah, tinggal dua orang saja yang masih lajang dari uwa ketiga. Bisa dibayangkan dong bagaimana hebohnya suasana dengan 16 cucu yang rata-rata sudah punya 2 anak. Itulah momen yang kurindukan, saat keluarga besar papa kumpul bersama.

Uwaku yang ketiga ini kebetulan sudah meninggal, lebih dahulu daripada nenek. Mungkin sekitar tahun 2014. Otomatis setelah itu, keluarga uwa ketiga jadi jarang datang ke rumah nenek. Datang pun biasanya tidak berbarengan dengan kedua uwa yang lain. Kemeriahannya tentu saja berkurang.

Dengan meninggalnya nenek, alasan untuk datang ke kampung halaman semakin menjadi tidak kuat. Kami jadi hanya bertemu pada saat ada acara pernikahan atau kematian. Itu pun dengan formasi yang tidak lengkap.

Tidak ada yang harus disalahkan karena memang secara natural manusia akan melakukan hal tersebut. Ketika tali pengikat sudah lepas, maka hubungan akan menjadi longgar. Prioritas untuk bertemu atau menghabiskan waktu dengan orang-orang yang lebih dekat juga menjadi penyebabnya. Itu wajar dan hubungan baik jarak jauh di antara kami juga alhamdulillah masih terjaga.

Momen-momen berkumpul bersama yang sekarang sudah hilang tersebut menjadi salah satu kenangan indah di hidup kami. Bagi kalian yang masih punya momen ini, karena tinggal berdekatan dengan keluarga besar atau masih punya kakek nenek yang menjadi alasan utama untuk berkumpul, nikmatilah. Karena bisa jadi momen ini akan hilang dan digantikan dengan momen-momen lain yang tak kalah baik.

Silaturahmi antara keluarga besar memang tidak dapat ditunjukkan hanya dengan sering bertemu. Seperti yang sudah kusinggung di atas hal ini disebabkan oleh jarak yang membentang dan prioritas bertemu dengan orang yang lebih dekat. Setidaknya tetaplah jalin silaturahmi di grup WA dan punya nomor kontak aktif untuk bisa dihubungi setiap saat sehingga ketika ada kabar tentang anggota keluarga yang lain kita bisa tahu dengan segera.

Menjaga silaturahmi dengan keluarga itu sangat utama. Karena hubungan darah tak bisa dihapus seumur hidup. Label hubungan kita dengan anggota keluarga besar yang lain akan tetap bernama keluarga meski berjauhan dan jarang bertemu. []
Rindang Yuliani
Hi, I'm Rindang Yuliani. I'm a writer, a civil servant, and living in Barabai, South Borneo. I love reading and I'm interested in travelling. My first book is Escape, Please!

Related Posts

Posting Komentar