Menikmati Proses. Meladeni Obsesi. Mengakrabi Tuhan.

Perjalanan Mata, Hari, dan Hati

2 komentar
Judul: 23 Episentrum
Penulis: Adenita
Penerbit: Grasindo
Tahun Terbit: 2012
"Seseorang yang merasa sudah melakukan pencapaian dalam hidupnya, biasanya akan terus bersemangat untuk melakukan pencapaian lainnya. Tularkan energimu... energi besar yang kamu miliki. Hidupkan impian orang lain, bangunkan dari mati suri... Jangan biarkan dia mati!"

23 Episentrum adalah buku 2 in 1. Berisi novel yang bercerita perjalanan 3 orang anak muda untuk mengejar profesi yang dicintainya. Perjalanan Matari, Awan, dan Prama dalam mengejar ambisi dan eksistensi. Mengungkap makna hidup dan menemukan kebahagiaan hingga akhirnya menemukan "23 Episentrum" dalam perjalanannya. Perjalanan mata, hari, dan hati.

Dan sebuah buku suplemen yang berisi tentang cerita 23 orang anak muda yang memilih melakukan pekerjaannya sesuai dengan apa yang mereka cintai. 23 orang membagi kisahnya. Kisah kecintaan atas apa yang mereka lakukan. Karena mereka percaya, sesuatu yang dilakukan dengan hati akan selalu menghasilkan energi yang tak pernah mati.


Buku ini pada awalnya direkomendasikan seorang kakak yang memiliki bimbingan belajar dimana aku mengajar. Katanya buku ini sangat cocok dibaca saat galau mengerjakan skripsi. Tepat seperti kondisiku saat ini. Katanya lagi, buku ini cukup membuat kita bersemangat mengerjakan skripsi dan mampu membunuh rasa malas. Atas rekomendasi kakak tersebut, aku mulai membaca buku ini. Kupikir, buku ini bercerita tentang perjuangan mahasiswa tingkat akhir melalui masa skripsinya.

Ternyata perkiraanku meleset, perjuangan yang sang tokoh lakukan ternyata jauh lebih berat dari yang kubayangkan. Jauh lebih sulit dibandingkan meladeni masalah skrpisi. Adalah Matari, tokoh sentral dalam novel ini yang berjuang bekerja untuk melunasi utang-utangnya. Utang-utang tersebut ia gunakan untuk membayar uang kuliah yang menjadikan ia sarjana. Ya, gelar sarjananya masih tergadai, masih ngutang. Bukan permasalahan sepele, ketika kita memiliki utang apalagi dalam jumlah yang tidak sedikit. Tekanan batin, itulah yang Matari selalu rasakan tiap detiknya. Ia bahkan belum berani memimpikan apapun sebelum utangnya lunas. Jangankan bermimpi, tidur saja matanya susah sekali terpejam karena memikirkan utang. Bahkan ketika di dalam pesawat, dia takut sekali pesawat tersebut jatuh dan ia meninggal dengan keadaan masih membawa utang.

Tokoh utama kedua bernama Awan, dia bermasalah dengan pekerjaannya yang tak sesuai dengan panggilan hatinya. Dia terjebak doktrin keluarga, terutama ibunya bahwa bekerja itu harus menghasilkan uang secara kontinu. Perjuangannya untuk meyakinkan ibunya bahwa pekerjaan impiannya meski tidak menjanjikan secara materiil tapi akan membuatnya bahagia, sangat berat. Hari-harinya penuh dengan keterpaksaan. Pagi selalu ia lalui dengan omelan ibunya bahwa kerja itu adalah ibadah. Ibadah itu harus ikhlas. Sedangkan ia sendiri sama sekali tidak bisa menikmati kerjanya. Dia bekerja hanya membawa raga, hati dan pikirannya tidak di sana. Tak ada ikhlas yang terselip di sana.

Tokoh ketiga hadir dengan hati yang kosong, di tengah gelimang materi yang ia punya. Sejak awal hidupnya, Prama selalu mencapai target dalam hidupnya. Ia lulus S2 dan telah bekerja di bidang impiannya. Sukses dan mapan, itulah yang orang lihat tentangnya. Tetapi jauh di sudut hati, ia merasa sepi. Ada yang hilang, ia merasa ada yang salah dari jalan yang kini diambilnya. Hatinya gundah dan ingin menemukan sesuatu yang hilang dengan melakukan perjalanan hati.

Membaca buku ini, membuatku sadar bagaimana bahagianya seseorang yang bisa memenuhi impiannya, mengerjakan sesuatu yang ia sukai, dan mendapatkan ketenangan hati. Satu yang perlu digarisbawahi, bahwa uang bukan segalanya. Bukan uang yang membuat kita mencapai impian, meladeni passion kita, dan membahagiakan hati. Bukan, uang hanyalah salah satu alternatif. Faktor-faktor utama untuk mencapai semuanya adalah tekad yang kuat, keberanian untuk out the box, dan membagi yang kita punya pada orang lain.

Novel ini juga satu paket dengan 23 Suplemen Perjalanan Mata, Hari, dan Hati. Di dalam buku ini terdapat kisah nyata orang-orang yang berhasil di bidangnya, di dunia yang mereka cintai. Perjuangan bagaimana mereka mendapatkan pekerjaan impian tersebut sangat menginspirasi. Dua puluh tiga orang tersebut berbagi bagaimana mereka memperjuangkan dan mencapai pekerjaan impian mereka, mulai dari pemilik kafe, pilot, guru, pemilik blog, dosen, hingga peneliti. Perjalanan mereka melalui banyak rintangan, yang tidak mudah dilalui jika mereka tidak bertekad kuat, berani untuk beda, dan membagi yang mereka miliki meskipun sedikit. Perjalanan mereka adalah perjalanan mata, hari, dan hati dengan bahan bakar yang sama, cinta.
Rindang Yuliani
Hi, I'm Rindang Yuliani. I'm a writer, a civil servant, and living in Barabai, South Borneo. I love reading and I'm interested in travelling. My first book is Escape, Please!

Related Posts

2 komentar

Posting Komentar