Menikmati Proses. Meladeni Obsesi. Mengakrabi Tuhan.

Bagaimana Ini Semua Bermula

Posting Komentar

Sebelumnya, aku mau cerita dulu kenapa aku mau menulis series Cerita Masa Kuliah. Semakin ke sini, aku menyadari bahwa ingatan manusia tidak setajam itu untuk mengingat detail momen yang telah berlalu. Padahal, masa kuliah bagiku adalah salah satu masa terbaik dan menyenangkan yang pernah kulewati. Aku ingin mengenang masa-masa tersebut, tetapi setelah bertahun-tahun lulus kuliah aku merasa ingatan akan hal-hal kecil yang terjadi saat itu malah semakin berkurang.

Bukan hanya masa kuliah sebenarnya yang penting bagiku. Semua masa ada kenangan-kenangan terbaiknya, tetapi masa kuliah adalah masa paling baru yang kujalani dan harus segera kutuliskan kenangan-kenangannya sebelum semakin mengabur dalam ingatan.




Semua bermula dari konsultasi penjurusan kuliah saat aku kelas 3 SMA. Setiap anak dipanggil ke ruang BK untuk mengonsultasikan minat dan bakatnya agar sesuai dengan jurusan kuliah yang dipilih. Wait, boleh jadi sebenarnya saat itu tidak semua siswa yang melakukannya, mungkin hanya para siswa yang berminat mendaftar kuliah dengan beasiswa. Di sini saja ingatanku sudah tidak lengkap. Saat itu awal tahun 2010, 14 tahun yang lalu.


Mengapa Aku Memilih Biologi?

Tidak ada alasan spesifik mengapa aku memilih jurusan biologi. Kalau dipikir-pikir, ini lebih ke hasil eliminasi yang kulakukan sendiri. Dari 4 mata pelajaran utama IPA, bagiku biologi adalah subjek yang paling applicable di kehidupan nyata. Aku tertarik dengan alam liar, itu kenapa aku ikut pramuka sejak kicik. Aku berpikir, biologi sepertinya dapat membuatku lebih dekat dengan alam.


Aku menyukai matematika, aku jatuh cinta dengan segala kelogisannya. Tapi untuk dibawa ke kehidupan nyata, matematika menurutku masih terlalu maya. Bagaimana dengan kimia? Menurutku biologi dan kimia itu bersepupu. Mereka banyak beririsan di beberapa bahasan. Kimia juga lebih applicable daripada matematika. Mungkin alasanku tidak memilihnya karena kimia memiliki banyak lambang dan reaksi yang tidak bersedia kuhafal. Cara belajar terbaikku bukan menghafal.


Aku tidak memilih fisika jelas karena aku kurang memiliki minat di mata pelajaran ini. Ada beberapa konsep yang kurang bisa kucerna selama pembelajaran di SMA. Setelah kutelusuri, mungkin ini hanya masalah bagaimana cara transfer ilmu dilakukan. Sayangnya, aku tidak menemui metode belajar fisika yang menyenangkan saat itu. Lagipula, di lingkunganku penerapan ilmu fisika tidak sefamiliar itu.


Kalau mau ditelusuri lebih jauh ke belakang, rata-rata nilaiku untuk kelompok pelajaran IPA merupakan yang paling rendah jika dibandingkan dengan nilaiku di kelompok pelajaran Bahasa dan IPS. Mengapa aku masuk jurusan IPA di SMA? Boleh jadi aku termakan stereotif bahwa siswa pintar itu jurusannya IPA. Tetapi secara sadar, dulu itu aku berpikir: jika memang aku ingin belajar, seharusnya aku belajar hal-hal yang belum banyak aku ketahui. 


Setelah kuingat-ingat lagi, aku belajar cukup keras saat SMA. Effortnya bahkan melebihi belajar ketika aku kuliah. Mungkin karena saat kuliah, subjeknya sudah lebih spesifik dan ilmunya kalau boleh dibilang sudah berada di sekitar kepalaku jadi tinggal menjangkau. Sedangkan SMA, ilmu-ilmu yang harus kupelajari terlalu luas dan mengawang-awang di angkasa sehingga aku perlu terbang untuk meraihnya.


Kembali ke ruang BK saat aku kelas 3 SMA, dengan sadar aku memilih Jurusan Biologi Non-Pendidikan alias Biologi Murni saat itu. Alasannya karena aku tidak bersedia menjadi guru. Menjadi guru bagiku bagus, tetapi sepanjang aku mengenal diriku sendiri, karakterku terlalu idealis dan kaku untuk mengajar formal.


Apakah aku mengomunikasikan hal tersebut dengan orang tua? Tidak. Mereka berdua tahu pilihanku setelah aku menyerahkan form pendaftaran dan mereka tidak mempermasalahkan hal itu. Paling orang-orang di luar keluarga inti yang terheran-heran, mengapa aku tidak mendaftar jurusan keguruan. Profesi paling populer di keluarga besar dan lingkungan tempatku tinggal memang guru.


Seleksi Masuk Unlam Terpadu (SMUT) 2010

Singkat cerita, aku pun mengikuti tes untuk masuk perguruan tinggi pada awal Februari 2010. Saat itu namanya SMUT (Seleksi Masuk Unlam Terpadu), Unlam sendiri singkatan dari Universitas Lambung Mangkurat. Sepertinya tes tersebut diselenggarakan satu paket dengan tes untuk mendapatkan Beasiswa Bidik Misi. Ada beberapa soal yang tidak yakin aku jawab dengan benar di tes akademik. Aku ingat, setelah keluar ruangan tes kami membahas soal dan mencocokkan jawaban dengan teman lainnya. Kalian gitu juga nggak sih setiap habis ujian dulu?


Btw, tempat tesnya di Banjarmasin dan Banjarbaru, berjarak 4-5 jam dari rumahku. Aku mengurus pendaftaran mandiri bersama teman-teman, tanpa didampingi orang tua. Dulu rasanya itu adalah hal paling dewasa yang kulakukan. Saat itu juga pertama kali aku mengendarai motor sendiri untuk perjalanan jauh. Ada beberapa kali kami bolak-balik Barabai-Banjarmasin, terkadang pakai motor terkadang rombongan naik mobil.


Tibalah saat tes psikologi. Aku menyukai tes jenis ini, bermain-main dengan logika. Meski ya tidak semua berhasil kujawab dengan mulus, karena berkejaran dengan waktu. Di akhir sesi tes psikologi aku harus menjawab pertanyaan yang akan aku ceritakan nanti saat pengumuman tes. []

Rindang Yuliani
Hi, I'm Rindang Yuliani. I'm a writer, a civil servant, and living in Barabai, South Borneo. I love reading and I'm interested in travelling. My first book is Escape, Please!

Related Posts

Posting Komentar