Menikmati Proses. Meladeni Obsesi. Mengakrabi Tuhan.

Review Novel Sabre

Posting Komentar

Aku baru saja menyelesaikan sebuah novel di platform Cabaca. Officially, Sabre -judul novel ini, adalah novel pertama yang kutamatkan di aplikasi ini. Yup, aku memang belum terlalu lama berkenalan dengan Cabaca. Ternyata asyik juga ya, membaca sambil bermain kerang-kerangan.




Novel Sabre ini ditulis oleh I Dharma Sutarsa. Dari namanya langsung diketahui kalau beliau orang Bali. Meski tidak ada setting atau lokalitas Bali yang tertera di novel ini. Hanya ada sebuah penyebutan singkat, bahwa karena berbagai macam faktor yang memuncak ibukota Indonesia dalam novel ini dipindahkan ke Bali.


Honestly, aku jarang baca novel dengan genre distopia atau fantasy. Tapi setiap baca novel dengan genre ini aku selalu kagum dengan penulisnya. Meski terkesan mengada-ngada, tapi proses penulisan novel seperti ini pasti memerlukan riset yang cukup mendalam agar fantasi yang dituangkan sesuai dengan fakta di kehidupan nyata. Hal ini penting agar pembaca mudah masuk ke dalam cerita dan percaya bahwa ‘kejadian itu benar adanya.’


Sinopsis

Sabre adalah nama makhluk yang memporakporandakan Pulau Jawa dan membuatnya terisolasi dari dunia luar. Para manusia tersisa hidup di wilayah yang bernama Drupadi dengan penjagaan ketat.


Ternyata, tidak semua manusia yang selamat berada di Drupadi. Dengan sinyal radio yang terbatas, beberapa anak manusia lainnya berhasil menghubungi para Arjuna di Drupadi. Mereka memohon untuk diselamatkan. Maka berangkatlah para Arjuna ini dari Surabaya -lokasi di mana Drupadi berada, ke Kota Kembang Bandung yang diceritakan sudah hancur lebur, seperti sebagian besar wilayah lainnya di Pulau Jawa.


Sebagian besar cerita di dalam novel ini adalah tentang misi penyelamatan orang-orang yang tersisa di Pulau Jawa. Bahwa ternyata bukan hanya Sabre yang menjadi momok dalam perjalanan mereka, tetapi juga ada kelompok lain yang mengancam nyawa para Arjuna. Oleh karena itu, adegan baku hantam dan tembak menembak ada sangat banyak di novel ini. Sepertinya novel ini cocok untuk dialihwahanakan menjadi film action.


Selain misi penyelamatan, novel ini juga bercerita tentang asal muasal dan latar belakang munculnya monster dalam wujud Sabre. Dengan sampul berwarna gelap dan ilustrasi harimaunya, novel ini terkesan sangat mencekam. Sesuai dengan isi ceritanya yang amit-amit semoga tidak kejadian di dunia nyata, karena saking mengerikannya. Hanya saja menurutku, mungkin akan lebih baik jika di bawah judul Sabre diberi sebuah tagline yang lebih menggambarkan isi cerita di dalamnya.


Sudut Pandang Cerita

POV yang digunakan dalam novel ini ada tiga, dari sudut pandang Dharma, Iyas, dan Lubis. Setiap tokoh menceritakan kondisi yang berbeda-beda dengan benang merah yang sudah bisa kuraba sejak bab ketiga. Semua POV menarik dan menggiring pembaca untuk menemukan jawaban atau melengkapi puzzle yang kosong.


Novel dengan beberapa sudut pandang, bagus untuk mengetahui keseluruhan gambaran cerita dari berbagai sisi. Tapi karena aku membacanya dengan banyak jeda, aku kadang bingung saat membacanya kembali. Eh ini siapa di kondisi apa ya? Padahal sebenarnya di setiap bagian atas bab sudah dicantumkan nama dan latar waktu. Tetapi bagaimana pun, imajinasi menjadi sedikit agak lambat mencerna ketika punya tiga pilihan kondisi.


Terutama saat satu tokoh yang sama berada dalam dua POV dan waktu yang berbeda. Dalam kasus ini aku sempat bingung dengan AKP Yusuf ketika diceritakan ia sudah bertemu dengan dua tokoh utama dalam bab yang berdekatan. Di saat manakah ia, apakah saat bersama Iyas atau saat bersama Dharma? Terlebih adegan kedua bab dan POV sama-sama tentang perkelahian dan saling serang menyerang.



Alur dan plot ceritanya maju mundur sesuai dengan POV yang digunakan. Punya tiga POV yang berbeda karakter dan waktu membuat cerita ini seperti ditarik dari tiga sudut berbeda. Semakin masuk ke dalam novel, semakin dekat dan idealnya mereka bertiga bertemu dalam satu waktu dan adegan. Ini sempurna untuk dibuat menjadi klimaks. Sayangnya belum terjadi di novel ini. 


Terutama karena POV Lubis sampai di akhir novel belum diceritakan bertemu dengan dua POV lainnya. Hanya sekilas penyebutan dari beberapa tokoh, yaitu tentang Sabre yang baik.


Penulisan Novel

Gaya bahasa novel ini mudah dipahami. Saat percakapan antar tokoh, keluar berbagai macam bahasa yang menunjukkan asal etnis atau lokasi tokohnya. Aku alut untuk kejelian penulis dalam mengatur ini. 


Hanya saja kadang ada bocor di penyebutan kata ganti dalam satu bab. Ada yang menggunakan kata ganti orang pertama, tetapi di tengah-tengah kemudian menjadi kata ganti orang ketiga. Atau sebaliknya. 


Amanat Novel Sabre

Di saat teknologi berkembang pesat, ketika orang melihat sesuatu di luar kebiasaan, mereka cenderung akan berpikir bahwa itu mungkin adalah rekaan, main-main, sedang syuting film atau membuat video prank. Jika yang mereka lihat dalam bentuk foto/video orang-orang mungkin akan menganggapnya sebagai editan digital. Padahal itu bisa saja terjadi betulan. Kepekaan dan kewaspadaan terhadap hal buruk perlu kita tanamkan. Itu sih menurutku amanat yang paling kena dari novel ini.


Amanat utama dari novel ini sebenarnya adalah bahwa di dunia yang besar ini memang ada sekelompok kecil orang-orang yang haus akan kuasa dan rakus akan kenikmatan duniawi sehingga tidak ragu untuk mengorbankan banyak manusia lain untuk mencapai tujuan mereka.


Beberapa Pertanyaan

Kekurangan novel ini menurutku terdapat pada kurang detailnya beberapa titik. Seperti kisah tentang Drupadi, awalnya kukira setting akan berpusat di sini. Ternyata ia hanyalah pembuka. Kemudian detail tentang pertemuan Lubis dan manusia-maanusia yang selamat juga belum ada. Asal muasal gangster pun masih samar-samar. Endingnya menggantung. 


Dengan cerita sekompleks itu, novel ini ‘hanya’ berjumlah 28 bab. Memang tidak akan cukup untuk menjawab semuanya. Akan ada buku lanjutan, spill sang penulis di kolom komentar Epilog. Semoga semua pertanyaan bisa terjawab di buku kedua.


Overall, novel ini sangat layak untuk dinikmati. Untuk kamu yang menyukai cerita petualangan, Sabre menunggu kamu untuk ditaklukkan. []



Rindang Yuliani
Hi, I'm Rindang Yuliani. I'm a writer, a civil servant, and living in Barabai, South Borneo. I love reading and I'm interested in travelling. My first book is Escape, Please!

Related Posts

Posting Komentar