Menikmati Proses. Meladeni Obsesi. Mengakrabi Tuhan.

Unek-unek Menggunakan Transportasi Online

28 komentar
Sebagai orang yang berdomisili di pelosok, menggunakan transportasi online bukan hal yang biasa bagiku. Pertama, jasa transportasi online (yang besar) belum ada di sini. Ada produk lokal tapi layanannya terbatas dan cenderung agak mahal. Kedua, namanya di kota sendiri jadi ya aku terfasilitasi oleh kendaraan pribadi. Aku kemana-mana biasanya pakai motor sendiri.

Transportasi Online

Beda ceritanya ketika berada di luar kota yang notabene biasanya lebih besar daripada kotaku, beberapa tahun terakhir transportasi online akhirnya menjadi pilihanku dalam mobilitas. Dulu sebelum transportasi online ada dan booming, di kota orang aku kadang ngandalin diantar atau pinjam kendaraan saudara/teman, terkadang juga naik transportasi umum. Which is keduanya bukan pilihan yang nyaman menurutku.



Kali ini aku akan bercerita tentang unek-unekku terhadap transportasi online. Ini berdasarkan pengalamanku saja ya, bukan berasal dari yang kudengar atau kubaca. Beda pengalaman, bisa berbeda kesimpulan.

#1. Pengemudi Ceriwis vs Pengemudi Bungkam
Ada beberapa pengemudi yang kutemui banyak bicara ketika di perjalanan, ada juga yang irit bicara. Meskipun aku tipe orang yang malas diajak bicara oleh orang asing, tapi jujur saja aku lebih suka dengan pengemudi yang banyak bicara. Pertama, karena terkesan ramah dan aku jadi tidak sungkan untuk bertanya ini-itu. Nanya jalan, nanya lokasi wisata. Hal-hal semacam itu.

Beberapa kali aku malah pernah dapat pengemudi yang bercerita tentang dirinya dan keluarga, hanya karena tahu aku berasal dari mana. Beberapa kali aku juga ditanyain, dari mana kemana. Sejauh ini, itu bukan masalah bagiku yang introver ini.

Kalau pengemudinya diam saja agak susah pengen nanya ini itu. Pernah nih aku di sebuah kota besar, 4 sampai 5 kali kalo nggak salah naik transportasi online. Satu kesamaan yang bisa kusimpulkan tentang driver-nya adalah mereka nggak banyak bicara. Hening aja gitu sepanjang perjalanan, bahkan saat macet.

Aku yang kadang pengen membuka pembicaraan jadi kagok. Dijawabnya singkat-singkat begitu. Apa mereka ngejar target gitu ya, jadi malas ngomong sama orang lain. Tipikal kota besar bangetlah ini. Mereka sendiri sepertinya tidak peduli kalau ada orang dari daerah berkunjung ke kota mereka, biasa aja mungkin. Apa malah mereka enggak tahu kalau yang naik kendaraannya mereka ini orang luar kota saking tidak pedulinya.

#2. Bayar Cash atau Digital
Aku masih setia pakai uang cash untuk pembayaran layanan antar jemput transportasi online. Bukan apa-apa, toh tidak setiap saat juga aku menggunakannya sehingga aku malas top up saldo ke uang digital. Meskipun biasanya harga lebih murah dan banyak promo yang ditawarkan jika menggunakan pembayaran digital. Tapi karena aku menganggap, manfaatnya ini tidak long lasting di aku jadi kuabaikan.

#3. Rating dan Komentar
Aku cukup suka mengisi fitur rating dan komentar setelah merasakan layanan si pengemudi yang bersangkutan. Meskipun kadang aku kelupaan atau tertunda mengisinya karena biasanya setelah sampai ke tempat tujuan, aku sudah fokus dengan maksud dan tujuanku berada di sana.

Jumlah bintang yang ku-tap dan komentar yang kutulis biasanya sesuai dengan layanan yang kurasakan. Meskipun terlihat sepele bagi kita, tapi bagi para pengemudi feed back kecil seperti ini sangat berarti loh.

#4. Kondisi Sosial Pengemudi
Tidak semua pengemudi transportasi online yang kutemui berasal dari kalangan menengah ke bawah. Beberapa juga ada yang  berasal dari keluarga berada. Aku menyimpulkannya dari tampang dan pakaian mereka, meski well yeah enggak akurat seratus persen.

Orang-orang tipe ini mungkin hanya melakoni kerja part time untuk mengisi waktu senggang dan memanfaatkan kendaraan pribadi untuk menambah pendapatan. Tapi ya memang cukup banyak juga yang kutemui pendapatan utama dan satu-satunya dari mengemudi transportasi online ini.

Oya, selain itu masalah gender. Selama ini aku baru dua kali menemui pengemudi transportasi online perempuan. Bagaimana rasanya ya jika penumpang yang naik motor atau mobilnya laki-laki? Emansipasi wanita yang menjawabnya.

#5. Titik dan Waktu Penjemputan
Titik dan waktu penjemputan ini agak berkaitan. Berdasarkan pengalamanku naik transportasi online di kota besar, pesannya itu mesti harus 15-30 menit terlebih dahulu. Apalagi di jam-jam sibuk. Aku yang sebelumnya terbiasa nunggu paling lama 10 menit untuk dijemput, agak kaget awalnya.

Berdasarkan pengalaman tersebut, sekali waktu aku pernah berinisiatif untuk memesan transportasi online 10 menit sebelum aku sampai di lokasi penjemputan. Rencananya mau ada yang dibeli dulu selama waktu menunggu.

Dan tahu apa yang terjadi? Eh, si bapak pengemudi malah menjemputku di titik saat aku memesan. Padahal jelas-jelas kutulis titik penjemputan di depan gedung A. Bukannya malah ngikutin GPS titik aku pertama order. Kesel banget waktu itu karena aku harus balik lagi ke lokasi yang dituju. Si pengendara enggak mau balik karena jalan searah.

#6. Titik yang Dituju
Sama halnya dengan titik penjemputan, titik yang dituju juga harus benar-benar akurat agar tidak turun di tempat yang keliru. Ini agak susah dipraktikkan ketika kita berada di kota yang asing.

Aku pernah mengalaminya sekali. Salah titik turun, jika harus menuju lokasinya mesti jalan memutar karena pintu/gerbang lokasi yang kutuju tidak dekat dengan titik turun dari transportasi online. Bapak pengemudinya juga enggak mau lagi mengantar jika tidak order baru, padahal cuma keliling doang.

Salahku juga tidak banyak bertanya saat di perjalanan. Ini karena si pengumudi tipe pengemudi bungkam, jadi agak susah mengajak bicaranya. Dia juga gak curiga apa ya aku salah tuju. Padahal waktu di mobil, aku dan teman ngomong tentang tempat yang dituju. Emohlah, mungkin pikir dia, bukan urusanku.

#7. Kejadian Tidak Terduga
Demi apa aku pernah mengalami pengalaman ban bocor saat naik ojek online. Oleh si pengemudi, aku pun dipersilakan untuk naik ojol lain dan menolak untuk dibayar. Ga tega dong, jadi kubayar setengah harga karena perjalanan juga memang baru setengah.

Nah itu dia unek-unekku dalam membonceng transportasi online. Bagaimana denganmu, apakah pernah merasakan hal-hal yang kutuliskan di atas juga. Share di kolom komentar ya.[]
Rindang Yuliani
Hi, I'm Rindang Yuliani. I'm a writer, a civil servant, and living in Barabai, South Borneo. I love reading and I'm interested in travelling. My first book is Escape, Please!

Related Posts

28 komentar

  1. Saya termasuk yang sering naik taxi online, especially kalau lagi bepergian ke luar kota atau negara lain~ karena memang lebih memudahkan ketimbang naik taxi konvensional yang harganya bisa sembarangan :D dan sepengalaman saya kebanyakan drivernya nggak banyak bicara, 1 banding 10 buat yang suka bicara atau mengobrol dan yang hanya diam hehehehe. Kalau payment saya lebih sering pakai digital, jarang sekali pakai cash karena lebih simple~ dan perihal komentar plus rating memang penting untuk driver jadi sebisa mungkin kalau nggak sempat kasih komentar minimal rating ada hihi. So far belum pernah kecewa atau ada pengalaman buruk dengan taxi online, dan cukup merasa senang dengan perkembangan taxi online di Indonesia karena betul-betul memudahkan apalagi kalau butuh antar barang atau makanan misalnya :D semoga soon layanan taxi online besar masuk ke kota mba yaaaa~

    BalasHapus
  2. Aku juga jarang naik transportasi online, mbak. Kecuali di Kotaku atau di luar kota. Kalau kebetulan naik transportasi online, aku lihat dulu situasi, pengemudinya enak diajak ngomong apa nggak. tapi kalau naik motor nih aku jarang nanya, walau dasarnya suka nyapa duluan, hehee. Soalnya takut fokusnya terpecah, jadi aku memilih diam hhehehe
    Trus lagi, pernah naik ojol di luar kota, kejadian sepeda motor pengemudinya mogok, tapi udah aku bayar dari semula pesan itu, mau ditambahin juga, ojolnya nggak mau, tapi untungnya ojol temen aku di belakang ada, jadi nebeng deh sama temenku, ehhehee
    TFS yah Mbak ^_^

    BalasHapus
  3. Wah, ternyata naik ojek online banyak nggak enaknya juga ya mba. Beruntung kalau dapat driver yang oke dan datang tepat waktu plus sesuai titik pesanan. Saya sendiri jarang naik ojol, kebanyakan pakai kendaraan pribadi. Selama ini Alhamdulillah dapat driver yang oke dan nggak ada masalah.

    BalasHapus
  4. Aku lumayan sering naik ojol kak. nbiasanya kalau lagi males bawa kendaraan sendiri, kalau letih banget ya naek mobil taksi online. selama ini masih aman aja sih, paling kalo beli makanan aja suka lama atau makanan datang dalam keadaan tak berbentuk lagi heheh tapi ya masih bisa dimakan sih ya

    BalasHapus
  5. Kalau aku kayaknya suka dengan pengemudi yang ngajak ngobrol penumpang mbak, karena dengna begitu susananya akrab, enak aja menurutku

    BalasHapus
  6. Saya belum pernah naik ojol, *kudet akut*. Sebenarnya sudah pernah naik taksi online, tapi itupun cuma tahu beres aja, haha. Belum pernah mencoba mulai awal pesan terus sampai kasih feedback. Karena pas ojol ini mulai marak, saya sudah balik ke pelosok, dan saat ojol ini sudah ada di pelosok, saya punya baby, jadi tak bisa banyak jalan-jalan lagi XD

    BalasHapus
  7. Aku trmasuk sering yg naik ojek online. Pengalaman buruknya pernah sekali waktu d jkt g ketemu2.. Si ojek marah2 hiks. Akhirnya hbs naik.. Aku lgsg turun lagi. Serem naik ojek yg lagi emosi huhu. Kukasih bintang 2 dan aku diteror hahahha
    Tapi overall sangat membantu adanya transportasi online wlau skrg naik harganya

    BalasHapus
  8. Walaupun aku tinggal di Jakarta, aku masih setia dengan angkutan umum lho. Enggak jarang temen blogger bingung liat aku masih naik angkot nyambung trans jakarta dan jalan kaki. Aku jarang pakai transportasi online. Biasanya kalau pulang di atas jam 10 malam, sudah kelewat capek (karena turun angkot ke rumah aku masih 1 km lagi jalan kaki), atau emang lokasinya jauh ga nemu umumnya.

    BalasHapus
  9. Pernah naik transportasi online penuh kejutan. Aduhai deh sopirnya. Berasa naik mobil balap. Ampun. Sejak itu kalau nggak kepepet nggak mau naik transportasi daring lagi. Pilih yang lain aja.

    BalasHapus
  10. Aku termasuk yang pilih2 transportasi. Kalau siang okelah pakai taksi online. Kalau malam, lebih suka taksi2 plat kuning telpon CS langsung. Tapi sekarang fitur keamanan penumpang transportasi online dah makin baik ya.

    BalasHapus
  11. Kalau saya pakai aplikasi ojek online selalu banding2in promo yg ada. Kalau Minggu ini promo yg satu lagi keren potongannya Yo saya pakai.

    BalasHapus
  12. Sebagai pengguna aktif, banyak banget ceritanya. Tapi, aku agak gak setuju juga sih kalo driver yang pendiam langsung serta merta dicap gak peduli sama penumpang kayak gitu, Mbak. Karena bagi sebagian orang, ya mereka harus fokus di belakang kemudi demi kenyamanan dan keselamatan bersama. Bukan soal kota besarnya, tapi pribadinya emang beda-beda.

    BalasHapus
  13. Kalau aku jarang sih naik ojol,lebih nyaman naik kwndaraan sendiri. Kalau naik ojol pun alhamdulillah selama ini ga ada kendala apa2

    BalasHapus
  14. Aku pengguna kendaraan onlen mbak. Jd selalu rajin top up saldo krn emang pd dasarnya udah mulai meninggalkan cash.
    Soal driver aku lbh suka yang orgnya ramah, ngajak ngobrol tapi gak terlalu banyak omong,
    Paling kesel kalau ada pengemudi sambat feenya kecil hiks
    Walau ya aku pengen mereka sejahtera jg tapi aku kan jg gak pengen naik biaya ojolnya (ini maunya gmn seh hehe )

    BalasHapus
  15. Huhuu...kejadian tak terduga ini juga pernah aku alami sat si Bang ojol mendadak nurunin aku di tengah jalan.
    Alesannya,
    Daerah tujuanku adalah zona merah.

    Pliiss atulaa...aku naik apa buat ngelanjutin perjalanan?

    BalasHapus
  16. Saya lebih suka pengemudi yang secukupnya bercerita dan ga banyak tanya. Selain itu, yg jadi fokus saya adalah pemahaman pengemudi terhadap lokasi tujuan. Itu penting banget.

    BalasHapus
  17. Pernah ketemu sama driver yang marah karena harus nelpon nyari lokasi padahal titiknya bener loh mbaa 😂😂

    BalasHapus
  18. Wah banyak pengalamannya yaa, kalau aku pernah dapat drver yang asyik main hp aja, lihatin gps sama telepin temannya

    BalasHapus
  19. Kdang naik ojol memang praktis sih obarat ga tergntung dgn org lain atau ngerepotin sma org lain klo mau di anter hehe tp kdg ad jg ojol yg rese ya, ky g mau krg lbh gtu .. Slama ini naik ojol slalu di kota sndiri klo di kota org sih biasanya rame2 hehe

    BalasHapus
  20. Aku tmsk tim males naik ojol mba. Kenapa? Trauma. Karena sdh bbrp kali sering hampir tabrakan sm ojol. Akhirnya bikin kesimpulan sendiri kalo naik motor sendiri lbh enak walau bawa anak. Wkwk. Kacau banget kan aku nih..

    BalasHapus
  21. Dulu pernah pesan taksi online buat ke bandara. Ditunggu-tunggu taksinya nggak datang-datang padahal pas ditelpon katanya sudah dekat. Akhirnya pesan taksi online lain padahal jadwal penerbangan sudah mepet banget dan jalannya lagi jam sibuk. Trus aku nangis-nangis di perjalanan karena takut ketinggalan pesawat. Entah apa yang ada di pikiran pemilik mobil kala itu. Heu

    BalasHapus
  22. kalo ngojek nggak pernah, krn nggak bisa milih yang ngojekin. aku prefer cewek untuk ojolnya. tp kalo versi mobilnya, ok aja krn aku juga naeknya rame2 & nggak sendirian. minimal bertiga. sejauh ini, masih ok aja selama menggunakan taksi online. lumayan membantu kalo lg malas naik motor trus mau jalan ke mall atau ke luar kota (banjarmasin ke banjarbaru).

    BalasHapus
  23. Aku pengguna setia angkutan online, tergantung mood sih mau ngobrol atau nggak, tapi aku senang yang ramah, ngga ceriwis, dan mengemudinya hati-hati dan ngga ngebut, biasanya kukasih tip dan bintang lima

    BalasHapus
  24. Pengemudi yg banyak bicara itu asyik sih menurut saya....


    Bisa nambah pengalaman juga....

    BalasHapus
  25. Aku tipe yang males diajak ngomong di motor (kecuali.mobil) karena gak kedengeran drivernya ngomong apa.kalau di motor. Dan kadang bayar cash, kadang bayar virtual jadia ku tipe yg gak jelas 😂

    BalasHapus
  26. sekarang udah jarang bnaget yang minta bintang sama aku, kalo lagi naik transportasi online. untuk transportasi online lokal skau seringnya pakai untuk kiriman barang sih..

    BalasHapus
  27. Pernah waktu itu naik taksi online, sopirnya nurunin di tempat yang salah. Mana dia bilang dekat kok kalau jalan ke tujuan. Dia gak mau ngantar ke tujuan karena jalannya mutar2, pas ditanya sama warga ternyata jauh lagi tujuannya. Akhirnya saya coba jalan kaki sampai capek luar biasa.

    Pas mau ngasih bintang, terpikir mau kasih rating jelek, tapi kasihan dia di putus mitra. Akhirnya memilih untuk membiarkan saja.

    BalasHapus
  28. Alhamdulillah selama ini belum ada masalah sama Transportasi Ojol. Untuk tempat turun dan jemput mestinya memang perlu sesuai aplikasi. kalo tidak sesuai kesepakatan aja

    BalasHapus

Posting Komentar