Menikmati Proses. Meladeni Obsesi. Mengakrabi Tuhan.

Tere Liye dan Karya-karyanya

Posting Komentar

Tere Liye

Nama penulis ini sudah kukenal sejak sekitar tahun 2006. Aku kelas 2 SMP waktu itu, sedang mabuk-mabuknya membaca. Semua novel yang ada di perpustakaan sekolahku pernah kupinjam semua.

Sampailah aku pada satu novel yang sangat berkesan, berjudul Hafalan Salat Delisa. Latar belakang novelnya adalah bencana tsunami Aceh tahun 2004. Ceritanya sedih sekali. Aku benar-benar merasa menjadi Delisa saat membaca novel itu.


Tere Liye, nama penulisnya, tentu melekat dalam ingatanku. Selalu aku terheran-heran mengapa bisa seorang penulis bisa menggambarkan suasana (setting tempat dan waktu serta perasaan) sebegitu tepatnya meski fiksi.


Apalagi setelah aku membaca novel-novelnya yang lain. Sebutlah Negeri Para Bedebah dan Negeri di Ujung Tanduk. Imajinasi tentang konspirasi di sebuah negara begitu kuat terbangun hanya dengan mencecap jalinan kata yang tertulis di buku.

Novel Aku, Kau, dan Sepucuk Angpau Merah yang ber-setting lokasi di Pontianak begitu jelas dan nyata. Seolah-olah aku menjadi si tokoh utama yang perlu mendayung untuk mencapai tujuan dari rumah di pinggir sungai.

Salah satu novel lainnya yang cukup berkesan bagiku adalah Bidadari-bidadari Surga. Masyaallah, novel ini membuat air mataku merembes keluar. Cerita tentang pengabdian seorang kakak itu mengharukan sekali. Laisa, aku masih ingat sekali nama tokoh utamanya.


Pada masa kuliah, aku membaca tetralogi Anak-anak Mamak. Mulai dari Eliana, Pukat, Burlian, dan Amelia. Ciri khas tulisan-tulisan Tere Liye memang kuat di tema keluarga. Entah bagaimana kehidupan keluarga beliau pada saat kecil dulu. Mungkin sangat menyenangkan sehingga sangat mudah membagikannya dengan apik dan detail pada sebuah novel.

Buku Tere Liye lain yang membuatku selalu menangis haru adalah Rembulan Tenggelam di Wajahmu. Kisah sepasang suami istri yang mengharukan. Satu quote yang paling kuingat adalah dari kata-kata sang istri, bagaimanapun keadaan kita selama engkau ridho aku rela. Wah, kalimat ini seolah menamparku agar lebih berbakti sebagai seorang istri.

Meskipun kukira tulisan Tere Liye 'hanya' berkutat di dunia nyata dan pengalaman realistis. Ternyata baru-baru ini serial fantasinya Bulan-Bintang-Matahari-dst kembali mengejutkan publik. Ada banyak peminatnya dan mengikuti serial ini. Aku sendiri belum baca. Tapi akan segera membaca. Tak sabar.


Jadi jika ada pertanyaan siapa penulis yang paling ingin kutemui. Jawabannya adalah Tere Liye. Aku ingin bertanya banyak hal dan ingin mendengar bagaimana beliau berbicara. Orang yang menulisnya bagus juga biasanya bagus dalam berbicara di depan umum. Pernah sih melihat video beliau di Youtube. Tapi sensasi bertemu langsung tentu tak bisa terganti.

Selain membaca novel Tere Liye. Aku juga suka mengikuti halaman Facebooknya. Ada banyak quote yang sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari. Aku senang membagikan status-status beliau yang kurasa cocok dengan kehidupan di dekatku.

Semoga aku bisa mencontoh Tere Liye dalam hal produktivitas dan menebarkan nilai-nilai kebaikan bagi para pembaca. []
Rindang Yuliani
Hi, I'm Rindang Yuliani. I'm a writer, a civil servant, and living in Barabai, South Borneo. I love reading and I'm interested in travelling. My first book is Escape, Please!

Related Posts

Posting Komentar