Menikmati Proses. Meladeni Obsesi. Mengakrabi Tuhan.

Apakah Aku Mengidap OCD?

14 komentar
Setiap kali melihat tempat atau ruangan yang berantakan, aku selalu merasa tidak senang. Pikiranku seakan ikut kacau. Hal ini sudah kualami sejak sekolah dulu. Tak heran kamar dan meja kerjaku rapi.

Apakah aku mengidap OCD?

Bukan hanya itu, mendengar bunyi yang tidak normal saja kadang bisa membuatku tidak tenang. Misalnya bunyi tetes air dari keran air yang bocor, bunyi mesin rusak di motor, atau bip-bip KWH listrik yang mau kehabisan pulsa. Namun, jika suara normal seperti detak jarum jam atau air mengalir normal tidak masalah di telingaku.


Menyadari hal ini, aku lalu berpikir. Apakah aku mengidap OCD? Aku sendiri mengetahui istilah OCD dari sebuah novel yang kubaca. Seorang tokohnya mengidap OCD, super rapi dan bersih sehingga menimbulkan konflik dengan orang-orang di sekitarnya.

OCD (obsessive-compulsive disorder) adalah gangguan pada psikologis seseorang yang mudah merasa gelisah. Gejala utamanya, pengidap selalu memiliki pikiran obsesif dan perilaku kompulsif.

Seseorang yang menderita OCD memiliki pikiran bahwa mereka harus melakukan tindakan tertentu untuk meredakan stress. Seringkali, rasa takut dan obsesi para penderita ini tidak masuk akal sehingga berujung pada pengulangan tindakan secara terus menerus.

Dari berbagai referensi yang kubaca, berikut adalah gejala umum penderita OCD.

Sangat Bersih
Kebersihan menjadi hal utama bagi penderita OCD. Mereka selalu mencuci tangan sebelum atau sesudah melakukan sesuatu. Mereka takut memegang benda-benda milik fasilitas umum. Aku sendiri sepertinya tidak mengidap gejala ini, aku masih bisa menolerir keadaan kotor dalam level tertentu.
Super Rapi
Penderita OCD terkenal dengan keteraturan dalam meletakkan dan menyimpan barang-barang. Mereka tidak akan pernah tenang sebelum merapikan ruangan di sekitar mereka. Untuk yang satu ini, sepertinya aku termasuk meski dalam keadaan tertentu aku masih bisa tidur tanpa merapikan kamar.

Check and Recheck
Pengidap OCD selalu melakukan pengecekan ulang untuk mencegah barang tertinggal atau untuk memastikan keamanan oke. Contohnya sebelum pergi berkali-kali mengecek pintu rumah apakah terkunci dengan sempurna atau tidak. Aku termasuk tipe ini, sih. Di kantor, aku bertanggung jawab terhadap instrumen lapangan. Setiap akan berangkat, sudah jadi kebiasaanku untuk membaca list dan memastikan tidak ada barang dalam list tersebut yang tertinggal.

Simetris
Bagi para penderita OCD, simetris adalah suatu keharusan. Lukisan abstrak sama sekali tidak masuk akal bagi mereka. Untuk wanita penderita OCD alis kanan-kiri harus sama ukurannya. Bagi bookholic penderita OCD isi rak buku harus rapi sesuai ukuran dan warnanya. Bahkan mungkin bagi pengidap OCD, menggambar gelombang laut saja mesti pakai penggaris! Aku sepertinya bukan penganut paham simetris ini, aku masih bisa menolerir kejanggalan anak-anak seni.

Simetris!

Ritme Harus Teratur
Langkah kaki, detak jantung, hela napas, atau bahkan waktu kedipan mata bagi penderita OCD harus teratur. Seakan jika mereka tidak meneraturkan hal-hal tersebut, dunia akan kiamat. Untuk poin ini, aku big no sih.

Suka Menghitung
Dalam kegiatan sehari-hari yang terlihat sepele, penderita OCD suka menghitung. Misal, jumlah anak tangga yang dilewati, jarak sebuah perjalanan, atau harga per satuan barang meski membeli dalam jumlah banyak. Aku termasuk tipe yang suka menghitung ini sih, tidak ada alasan khusus. Hanya ingin tahu saja.

Terorganisir
Sudah menjadi rahasia umum bahwa penderita OCD memiliki tingkat organizing yang sangat tinggi. Mereka biasanya memiliki buku agenda dan to do list setiap harinya. Aku begini nih, rasanya hariku akan berantakan jika di pagi atau malam sebelumnya tidak menuliskan apa saja yang harus aku lakukan hari ini.

Repetitif
Penderita OCD biasanya melakukan sesuatu dengan urutan yang sama dan berulang setiap harinya. Jika orang biasa melakukannya karena terbiasa, pengidap OCD mengharuskan mereka harus selalu begitu. Misal, menggunakan pakaian harus diawali dengan mengenakan celana baru baju, tidak boleh tertukar. Parah ya? Aku sepertinya tidak termasuk ke dalam tipe ini.

Merasa Ketakutan Berlebihan
Jika orang biasa takut disakiti, takut dengan penyakit, takut kecelakaan, atau takut dengan kematian dalam level normal, maka penderita OCD merasakan ketakutan pada hal-hal tersebut secara berlebihan. Pada beberapa penderita, ketakutan juga dirasakan terhadap naiknya berat badan atau pipi yang terlihat gemuk. Entah aku ya, pada beberapa waktu aku merasa ketakutanku berlebihan. Namun, di waktu yang lain, aku sudah merasa biasa saja.

Suka Menimbun dan Menyimpan Barang
Penderita OCD merasa senang menimbun dan menyimpan barang, terutama yang berkesan dan unik di mata mereka. Parahnya mereka enggan memberikan barang tersebut kepada orang lain, padahal jelas lebih berguna jika didonasikan daripada disimpan saja. Aku dulu begini, tapi sekarang tidak lagi. Setelah belajar metode Konmari, aku jadi lebih ikhlas membuang banyak kotak atau kemasan (tidak) berguna tersebut.

Apatis dengan Hubungan Asmara
Penderita OCD kebanyakan tidak suka bermain-main dengan asmara, terutama yang tidak pasti. Mereka hanya akan menjalin hubungan dengan orang yang terpercaya. Aku sepertinya termasuk tipe ini. Hoho.

Mencari Hiburan Ketika Stres
Karena penderita OCD rentan stres, maka mereka biasanya mencari pelampiasan berupa hiburan yang dapat meredakan stres mereka. Aku termasuk tipe ini, hiburan paling efisien dan efektif adalah menonton drama korea. Hehe.

Penampilan Harus Sempurna
Tidak hanya wanita, pria pengidap OCD pun memiliki kecenderungan untuk selalu tampil sempurna dalam setiap kesempatan. Bukan hanya riasan, tapi juga padu padan pakaian dan aksesoris yang digunakan. Aku sepertinya bukan termasuk tipe ini, karena masih suka abai dengan mix match pakaian, apalagi riasan.

Nah, itulah beberapa gejala penderita OCD yang umum terjadi. Pertanyaannya, apakah aku mengidap OCD? Berdasarkan analisa subjektif sekaligus objektifku, sepertinya aku tidak menderita gangguan OCD tapi penganut paham perfeksionis.


Ya, ternyata tidak semua orang yang perfeksionis mengidap gangguan OCD. Karena perfeksionis setingkat lebih rendah dibandingkan dengan OCD. Lagipula, OCD membutuhkan bantuan dokter untuk mengatasinya. Sedangkan perfeksionis ‘hanya’ membutuhkan toleransi diri sendiri terhadap keberagaman sifat manusia lainnya. Perbedaan mendasar lainnya adalah bahwa orang yang perfeksionis biasanya tahu tujuan apa pun yang dilakukannya. Sedangkan ocd seringkali resah tanpa alasan.

So, setelah membaca gejala-gejala di atas, apakah kamu mengidap gangguan OCD?
Rindang Yuliani
Hi, I'm Rindang Yuliani. I'm a writer, a civil servant, and living in Barabai, South Borneo. I love reading and I'm interested in travelling. My first book is Escape, Please!

Related Posts

14 komentar

  1. Wahh saya baru tahu OCD kak,apakah gelisah memikirkan si Dia juga termasuk ke dalam OCD? qiqiqiqi :D

    BalasHapus
  2. Kalau menurutku malah semua orang punya kecenderungan OCD, cuma tingkatannya beda-beda. Karena dari semua gejala, paling enggak setiap orang punya satu atau dua dari gejala-gejala OCD tersebut. Aku pun demikian.

    BalasHapus
  3. Baru tau ada penyakit OCD, ternyata segala sesuatu yang berlebihan itu g selalu baik ya 😬

    BalasHapus
  4. Wah sulit yaa kalau sampai mengindap OCD semua nya harus serba hati hati, apalgi mudah setres yah huhu. Dan syukurlah nisa tidak mengidap OCD hehe

    BalasHapus
  5. ternyata ada ya sebutannya bagi mereka yg bersih bgt hihi..mirip ibuku si..iya si yg berlebihan pasti gak bagus.yg ada kita jd galau sendiri

    BalasHapus
  6. Ketemu sama OCD ini bisa bikin gemas kayanya, soalnya pernah dengar cerita suami ttg temannya yang almost OCD. Dan sepertinya penganutnya rentan stress ya karena standar hidupnya tinggi

    BalasHapus
  7. Alhamdulillah, aku gak mengidap OCD.
    Tapi satu sisi diriku sih pengen apa-apa rapi gitu, kaya risih ngeliat yang berantakan huhu

    salam,
    simatakodok.blogspot.com

    BalasHapus
  8. Ak jg termasuk tipikal yg perfeksionis mb. Tp ak berpikir positif ini bkn OCD. Caranya gimana? Ini ak lakuin pas ak kena PPD dulu gr2 perfeksionis sindrom ak. Pas ak udh keluar dr lingkaran lingkungan yg kurasa semakin menuntut ak perfect, ak berusaha melawan diri melakukan beberapa kebalikan di beberapa point standar ak. N its work.

    BalasHapus
  9. Baru tahu ada istilah OCD ini. No.3 sy bingit. Hiks.. Tapi kayaknya kada smp level OCD. Hee

    BalasHapus
  10. Yang simetris dan check n recheck aku bgt kayanya mba wkwkwknitu alis kiri kanan harus sama yak wkwkwkw

    BalasHapus
  11. Wahh aku gak bisa bayangin ya kalau ada orang yang punya kecenderungan OCD ini. Hidupnya pasti luar biasa sekali, mesti perfect ya kayaknya hahaha.

    Kayaknya aku gak OCD sih hahaha

    BalasHapus
  12. Risih melihat yang berantakan itu bisa jadi naluriah perempuan dan istri ya Mba. Misalnya suami ngambil baju yang sudah aku lipat rapi dalam lemari dan lipatan baju jadi berantakan, langsung ngomel beresin lagi sampai rapi. :') #salahfokus

    Sepertinya aku bukan OCD sih Mba, masih bisa toleransi soalnya.

    BalasHapus
  13. Haha aku malah berantakan parah orangnya. Meja kerja penuh tumpukan kerjaan. Heu

    BalasHapus
  14. Aku masuk yang perfectionist dan bukan OCD hehe memang 11 12 ya mereka ini.
    Dari gejala OCD itu juga, aku hanya ada beberapa yang masuk hehe

    BalasHapus

Posting Komentar