Menikmati Proses. Meladeni Obsesi. Mengakrabi Tuhan.

Tradisi Ramadhan di Kota Barabai

20 komentar
Alhamdulillah, kita bisa bertemu kembali dengan Ramadhan tahun ini. Senang, karena kesempatan untuk lebih banyak beribadah kepada-Nya datang lagi. Senang juga karena suasana Ramadhan yang tidak selamanya ada di sepanjang tahun akhirnya tiba hingga 30 hari ke depan.

Di beberapa daerah, ada tradisi untuk menyambut atau merayakan bulan puasa. Hal serupa juga ada di kota kecilku, Barabai. Namun, banyak di antaranya juga menjadi tradisi di daerah-daerah lain seperti semarak petasan dan pasar Ramadhan. Meski begitu, ada 2 tradisi yang sepertinya hanya ada di Kalimantan Selatan, khususnya Barabai, mengingat namanya dalam Bahasa Banjar. Kecuali, di daerah lain ada tradisi serupa dengan nama yang berbeda.

1.    Bagarakan Sahur
Bagarakan sahur adalah kegiatan membangunkan orang-orang untuk bersahur. Bentuk kegiatannya berbeda-beda di setiap kampung. Di kampungku sendiri, biasanya bagarakan sahur ini diikuti oleh para pemuda dan anak laki-laki. Mereka berjalan dari ujung kampung ke ujung kampung lainnya pada dini hari dengan membawa alat-alat yang berbunyi sambil berteriak ‘sahur, sahur!’.


Kegiatan ini cukup ampuh membangunkan orang-orang yang masih terlelap untuk segera bersahur. Dibandingkan dengan program bagarakan sahur di masjid yang biasanya dilakukan oleh kaum (marbot), kegiatan bagarakan sahur di jalan ini cukup memekakkan telinga.

Pernah di suatu Ramadhan aku menginap di rumah saudara di Banjarmasin, pada saat sahur tak ada kegiatan bagarakan sahur baik di masjid atau pun di jalanan komplek. Kata saudara yang tinggal di sana sih, hal ini karena di dalam komplek tersebut tidak semua penghuninya beragama Islam, sehingga kegiatan bagarakan sahur ditiadakan untuk menoleransi penganut agama lain agar tidur mereka tidak terganggu.

2.    Malam Salikur
Malam salikur adalah malam ke-21 di bulan Ramadhan. Malam ini dianggap istimewa karena merupakan awal dari 10 malam ganjil terakhir di bulan Ramadhan waktu diturunkannya lailatul qadar. Salah satu bentuk pengistimewaan malam ini biasanya para penduduk di kampungku menyalakan api kecil di halaman rumah, menggunakan obor atau lilin.

Selain itu, ada kecenderungan pasangan muda-mudi menikah pada malam salikur ini. Meski tidak dirayakan secara mewah, namun tren menikah di malam salikur adalah hal yang sakral. Biasanya acara dilaksanakan di rumah mempelai perempuan setelah tarawih atau rombongan pengantin beramai-ramai ke KUA.

Pawai tanglong adalah tradisi merayakan Ramadhan di Kota Barabai. Biasanya juga diadakan pada malam salikur. Bentuk acara ini berupa pawai atau festival arak-arakan kelompok pemuda masjid atau karang taruna dengan berbagai macam hiasan di atas kendaraan yang mereka gunakan. Jalur pawai meliputi jalan utama kota dan berpusat di lapangan kebanggaan warga Barabai, Dwiwarna. Pesta kembang api juga menjadi bagian dari kemeriahan acara pawai tanglong ini.

Nah, begitulah beberapa tradisi yang ada di kotaku saat Ramadhan. Bagaimana dengan tradisi yang ada di kota kalian, readers? Silakan sharing di kolom komentar ya.
Rindang Yuliani
Hi, I'm Rindang Yuliani. I'm a writer, a civil servant, and living in Barabai, South Borneo. I love reading and I'm interested in travelling. My first book is Escape, Please!

Related Posts

20 komentar

  1. Kyak... di desa ku sekarang jarang banget terdengar suara Sahur-sahur yg dikomandani beberapa warga dan anak laki2. Dulu pernah, dan emang ampuh kok bangunin tidur, hhehehee

    BalasHapus
  2. Kalau di Jawa bahasanya "selikur" mirip ya bahasanya? hehe

    Kalau di kampungku di Sby sana ramainya pas malam 17 Ramadhan yang dipercaya sbg malam turunnya Al Quran gtu mbak. Biasanya ada tradisi bawa makanan ke mushola.

    BalasHapus
  3. Di kampung suami, Kertosono, dah jarang banget ada yang bangunkan sahur seperti ini
    Entah karena anak-anak semakin sibuk sama gadget apa gimana

    BalasHapus
  4. Bagarakan sahur di tempatku biasanya juga ada Kak. Sekitar jam 2-an gitu (kepagian sih menurutku. Haha). Arakan bedug keliling gitu.

    Cuma kok tahun ini aku belum denger, entah aku yang ga kebangun atau memang ga ada tahun ini. Emm, mungkin belum dimulai karena cuaca yang ga menentu.

    BalasHapus
  5. Senang ya kalau masih ada tradisi-tradisi gitu. Aku karena dari dulu di kota besar enggak pernah ngerasain yang namanya tradisi ramadhan, ada juga sahur on the road palingan.

    BalasHapus
  6. Kalau membangunkan saat sahur di Jogja juga masih ada mba.. tapi kalau di Jakarta selama 3 hari ini gak terdengar sih di sekitar kost saya hehe

    BalasHapus
  7. Wah tradisinya uniknya. Ditempatku udah gak ada kaya gitu semua berjalan biasa aja bangun masing aja.

    BalasHapus
  8. ditempatku pun dulu ada yg seperti ini, tapi skrng udh nggak ada lagi

    BalasHapus
  9. kayaknya gw familiar soal malam slikur, wkt dl pantes koq ada yg menikah stlh tarawih. ga nunggu setelah kebaran aja pikir gw. oh jadi tau.

    arak2kan keliling kampung membangunkan sahur

    BalasHapus
  10. klo di Pontianak ada festival obor, keriang bandong sama meriam karbit. semuanya dilakukan saat ramadhan

    BalasHapus
  11. Di kotaku yg ada cuma 'warning' sahur dari masjid. Soalnya kalo jalan-jalan dan bangunin dr rumah ke rumah, makan waktu banyak ya hihi.

    BalasHapus
  12. Di daerah saya, tradisi membangunkan di saat saur juga tidak ada lagi. Mungkin karena takut mengganggu warga lain ya...

    BalasHapus
  13. Weh, tempatku Jogja dah tak ada yang keliling bangunkan sahur sahur..., nice article

    BalasHapus
  14. wew, barabai?
    nama kota di Kalimantan itu unik2 dan keren2, hehehe
    ya mungkin saya jarang tau kali yaa


    suara kentongan beranekan nada itu memang selalu dirindukan, menunjukkan bahwa ada rasa bahagia saat menyambut sahur

    BalasHapus
  15. Kalo tradisi di kampung saya sih biasanya pas bulan puasa itu.. tiap pagi sebelum subuh pada ramai2 makan pagi, terus siangnya mereka tidak makan... :D

    BalasHapus
  16. Nikah di malam ke 21 ramadhan, baru denger nih tradisi ini. Kalau remaja-remaja pria bangunin orang sahur ini di kampung saya juga ada. Cuma sekarang mereka nggak jalan, melainkann naik sepeda motor hehhehee

    BalasHapus
  17. wah di sini udah jarang banget yg bangunin sahur, adanya pake weker.. udah ga ada lg anak anak keliling komplek buat bangunin sahur

    btw di palembang jg ada istilah malam salikur, tp aku lupa, sama ga ya dgn yg di barabai

    BalasHapus
  18. Disini juga sama mba tiap sahur pasti ada yang jalan bilang " sahur sahur sahur" sambil membunyikan beduk atau kentongan

    BalasHapus
  19. Tradisidi ini sepertinya hampir disetiap pelosok negeri ada ya... tapi kalau di tempatku udah mulai enggak dipake tuh.. soalnya bukan apa-apa banyak yang merasa terganggu katanya. padahal saya sih jutru seneng, sahur jadi seru gituu

    BalasHapus
  20. Tradisi seperti ini yang harus dipertahankan. Makin kerasa keakrabannya.
    Dan sebenarnya, beginilah kehidupan manusia. Yang tidak bisa hidup sendiri dan senantiasa bersosialisasi dengan lingkungannya.

    Tradisi Ramadhan di Jawa banyak banget, Rindang.
    Termasuk membangunkan orang untuk sahur itu....seru banget!

    Anakku jadi bisa belajar shaum karena lingkungannya sangat gegap gempita menyabut Ramadhan.

    BalasHapus

Posting Komentar