Menikmati Proses. Meladeni Obsesi. Mengakrabi Tuhan.

Meraih Sukses dengan Kecerdasan Emosi

1 komentar
Hari minggu yang lalu, tepatnya tanggal 14 Desember 2014, aku mengikuti Seminar Parenting yang bertajuk Meraih Sukses dengan Kecerdasan Emosi. Awalnya agak jengah juga ketika diajak teman untuk menghadiri sebuah seminar parenting, orang baru nikah juga. Punya ilmu sejak dini malah lebih baik, kata temanku. Lagipula dia yang mengajakku malah belum nikah. Berbekal tiket gratis, aku pun ke Aula SMKN 4 Banjarmasin, tempat dimana acara berlangsung.


Narasumber acara ini adalah Dra. Nina Ratna Maulina, M.Psi., seorang psikolog asal Bandung. Beruntungnya aku tema yang dibahas kali ini tentang kecerdasan emosi, sesuatu yang tidak hanya diperlukan saat mendidik anak, tetapi juga di berbagai bidang kehidupan lainnya. Dra. Nina sendiri merupakan seorang ibu dari 6 orang anak. Beliau bercerita tentang anak-anak beliau yang karakternya berbeda-beda. Beliau bersama suami mendidik mereka dengan agama sebagai dasarnya, SD-SMP mereka disekolahkan di sekolah Islam. Saat jenjang SMA mereka baru dibebaskan untuk memilih sekolah terbaik menurut mereka masing-masing.

Beliau memulai inti seminar dengan memaparkan berbagai macam kesuksesan, yaitu sukses sebagai anak, sukses sebagai orang tua, sukses sebagai pasangan, sukses sebagai pekerja, dan sukses sebagai masyarakat.
Anak yang sukses adalah anak yang cerdas secara emosi. Secara umum, anak yang cerdas adalah anak yang dididik mandiri oleh orang tuanya. Anak diberi kebebasan mengatur hidupnya sendiri, orang tua hanya sebagai pendamping. Sehingga di masa depan ia tidak tergantung dengan siapa pun.

Sukses sebagai pasangan, kita harus saling memahami, menyayangi, mendukung, menjaga, dll meskipun usia pernikahan sudah lama. Sebagai orang tua, kita harus cerdas dalam mendidik anak. Salah satu caranya adalah dengan fokus pada anak ketika bersama, tidak ada interupsi dari berbagai hal lain.

 
 
Sukses sebagai pekerja dan masyarakat adalah ketika kita mampu menyeimbangkan peran kita dimanapun kita berada, di lingkungan kantor, di komplek tempat tinggal, atau di rumah sebagai anak dan orang tua.

Kecerdasan emosi sendiri dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menyikapi pengetahuan emosional. Kita harus memberi nama emosi kita, misalnya marah, dan harus bisa mengelolanya agar tidak menimbulkan keburukan. Satu tips yang bisa diaplikasikan ketika marah adalah kendalikan mulut untuk mengeluarkan kata-kata positif. Salah satu bentuk kecerdasan emosi adalah sabar.

Mereka yang tidak cerdas secara emosi bisa disebut memiliki sifat buta emosi. Untuk mengatasinya, yang harus kita lakukan adalah menyampaikan perasaan kepada orang-orang di sekitar -jangan diam saja, dan mencoba berbicara pada orang yang sedang bermasalah tentunya dengan cara yang baik.

Setelah penyampai materi, ada sesi tanya jawab. Ada banyak sekali penanya yang tidak sempat menyampaikan pertanyaannya, termasuk aku, karena keterbatasan waktu. Sedikit kecewa juga sih. Tapi aku sudah beruntung bisa hadir di acara ini.
Rindang Yuliani
Hi, I'm Rindang Yuliani. I'm a writer, a civil servant, and living in Barabai, South Borneo. I love reading and I'm interested in travelling. My first book is Escape, Please!

Related Posts

1 komentar

Posting Komentar