Menikmati Proses. Meladeni Obsesi. Mengakrabi Tuhan.

Gadis Cilik di Jendela

Posting Komentar
Judul: Totto-chan,
Gadis Cilik di Jendela
Penulis : Tetsuko Kuroyanagi
Penerbit : Gramedia
Tahun terbit : 2011
Totto-chan adalah seorang anak yang nakal, begitulah anggapan orang-orang dewasa yang “normal”. Namun tidak bagi Kepala Sekolah Sosaku Kobayashi, Totto-chan adalah anak yang baik. Buktinya dia sanggup mendengarkan Totto-chan bercerita selama 4 jam penuh tanpa jeda di hari ia mendaftar di sekolah Tomoe.

Sebelumnya, di sekolah yang lama, Totto-chan sering sekali berbuat ulah. Pada saat guru menjelaskan di depan kelas, Totto-chan lebih suka berdiri di jendela, memandang keluar dan menungu para pemusik jalanan lewat. Jika mereka lewat, maka Totto-chan akan memanggil dan menyuruh mereka memainkan lagu sehingga teman-teman Totto-chan yang sedang belajar akan mendekat ke jendela dan gurunya merasa terganggu.

Menurutku, Totto-chan sebenarnya adalah anak yang hiperaktif. Dia akan tumbuh dengan baik di lingkungan yang tepat, yang bisa menerimanya dengan baik. Sekolah Tomoe adalah jawabannya. Ketika ia dikeluarkan dari sekolah lamanya, mama kemudian mendaftarkan ke sekolah Tomoe yang benar-benar unik. Kelas sekolah ini terbuat dari gerbong kereta api. Pelajaran boleh dimulai dari pelajaran apa saja, pelajaran yang mereka sukai. Selain itu, sang kepala sekolah sangat memahami anak-anak dengan baik, dengan perilaku mereka yang tidak bisa dibilang menyenangkan untuk sebagian besar orang dewasa.

Di buku ini diceritakan berbagai pengalaman Totto-chan kecil. Bagian yang paling kusuka adalah ketika Totto-chan sangat percaya diri bahwa teman-temannya akan terkesan dengannya ketika ia mempraktikkan gerakan orang dewasa –menurutnya, saat memasak yaitu menempelkan ibu jari dan telunjuk tangan kiri dan kanannya ke kedua cuping telinganya. Ternyata teman-temannya sama sekali tidak merasa terkesan dengan gerakan yang ia pelajari dari ibunya dan sejak lama ia persiapkan untuk dipraktikkan saat momen masak bersama di Ngarai Petir. Aku tergelak ketika membaca bab ini.

Totto-chan ternyata adalah Testsuko Kuroyanagi, si penulis itu sendiri. Jadi, cerita yang tertulis dalam buku ini adalah cerita nyata. Dengan setting masa perang, cerita-cerita di dalam buku ini punya rasa nano-nano. Terlihat disini bahwa dunia anak kecil itu begitu indah, bahkan pada masa perang sekalipun! Perang mampu merenggut segalanya, namun tak akan menghapus kenangan tentang sekolah Tomoe Totto-chan yang ikut terbakar musnah ketika bom-bom Amerika dilemparkan dari seluruh penjuru langit Jepang.

Buku ini, meski dikemas dengan “bahasa anak-anak”, mempunyai nilai-nilai yang bagus untuk diketahui anak-anak. Misalnya bagaimana beleajar menghargai orang lain, bagaimana belajar mencintai sekolah sendiri, atau bahkan bagaimana cara mencintai pelajaran. Buku ini sangat menginspirasi. Tidak heran jika telah diterjemahkan ke banyak bahasa di dunia dan menerima banyak penghargaan. Bahkan bab “Guru Pertanian” dan “Sekolah Tua yang Usang”, telah resmi menjadi materi pengajaran di sekolah di Jepang!

Ingin membaca buku “bergizi” tanpa merasa digurui? Bacalah Totto-chan!
Rindang Yuliani
Hi, I'm Rindang Yuliani. I'm a writer, a civil servant, and living in Barabai, South Borneo. I love reading and I'm interested in travelling. My first book is Escape, Please!

Related Posts

Posting Komentar