Menikmati Proses. Meladeni Obsesi. Mengakrabi Tuhan.

Life Update: Setelah Badai

Posting Komentar

Aku baru saja melewati badai. Kekuatannya sebenarnya mampu menghancurkan apa saja yang dilewatinya. Namun, cara terbaik untuk menghadapinya adalah dengan menerimanya. Sekarang, badai sudah berlalu. Apa yang kurasakan sekarang? Tenang, hening. Aku sendiri sebenarnya tidak menyangka aku bisa se-calm ini.

Setelah badai di Kamis malam, aku sudah merasa tenang. Kesedihanku di Jumat pagi seolah terwakili oleh tangisan di malam sebelumnya sehingga jadi tersamarkan. Kali ini aku sudah berada di titik optimisme baru untuk mengejar hal-hal selanjutnya. Berkahi setiap langkahku ya Allah.


Minggu ini, aku hanya sekitar 2 hari bisa bangun lebih pagi dan melakukan morning routine. Perasaannya memang setenang dan seproduktif itu sih, sehingga wajar harganya juga mahal yaitu kenikmatan tidur di pagi hari. Semoga aku bisa rutin bangun lebih cepat. Amin. 


Secara keseluruhan jam tidur malam dan bangun pagiku agak kacau. Semoga aku bisa kembali menormalkannya.


Hal yang patut kusyukuri sekarang adalah kesehatanku sudah berada di titik 100%. Setelah melewati setengah tahun pertama ini dengan mayoritas dalam keadaan tidak fit, membuatku sangat menghargai kesehatan.


Ada satu kemajuan besar yang terjadi di minggu ini. Meski juga ada fakta yang kurang menyenangkan, tapi setidaknya ada satu pertanyaan yang terjawab: aku masih senang. Itu cukup.


What If

Bagaimana jika…
 yang terjadi dalam hidupmu sekarang,
 bukanlah satu-satunya kemungkinan?

Bagaimana jika—
 kamu memilih kata yang berbeda,
 berjalan ke arah yang lain,
 menahan diri satu detik lebih lama,
 atau justru melepaskan satu detik lebih cepat?

Mungkin kamu tidak akan berada di tempat ini.
 Mungkin kamu tidak akan mengenal dia.
 Mungkin kamu tidak akan kehilangan yang kamu sayangi.
 Atau justru… mungkin kamu tidak akan pernah tahu rasanya dicintai dengan tulus.

Tapi hidup…
 selalu berjalan dengan satu versi kenyataan—
 yang paling diam-diam kamu pilih,
 yang mungkin kamu sesali,
 atau kamu syukuri, bahkan tanpa sadar.

Jadi pertanyaannya bukan lagi,
 “Bagaimana jika yang terjadi adalah apa yang tidak terjadi?”
 Tapi…
 "Apa yang bisa aku lakukan dengan apa yang
sudah terjadi?"

Karena dari semua kemungkinan,
 yang paling nyata adalah hari ini.


Rindang Yuliani
Hi, I'm Rindang Yuliani. I'm a writer, a civil servant, and living in Barabai, South Borneo. I love reading and I'm interested in travelling. My first book is Escape, Please!
Terbaru Lebih lama

Related Posts

Posting Komentar