Menikmati Proses. Meladeni Obsesi. Mengakrabi Tuhan.

Tentang Pilihan-pilihan

Posting Komentar

Selasa, 6 Desember 2022


Setiap hari kita dihadapkan dengan berbagai pilihan, mau tidak mau kita harus memilih. Waktu kita hanya 24 jam dalam sehari, kita tidak bisa memilih semua hal. Pun dalam lingkup yang lebih luas, kita harus memilih satu keputusan hidup yang mungkin akan berdampak banyak pada apa yang akan terjadi di masa mendatang.


Memilih menjadi ibu rumah tangga dibandingkan menjadi wanita karir, memilih menitipkan anak di daycare daripada di rumah orang tua, memilih memprioritaskan pekerjaan dibanding keluarga, memilih meninggalkan cita-cita asal bisa dekat dengan orang tua, dan banyak contoh pilihan-pilihan lainnya.



At the end of the day, semua pilihan itu baik. Semua pilihan bersifat netral, yang bisa menjadi pertimbangan adalah kondisi masing-masing setiap orang. Ada yang mungkin lebih memilih lebih banyak berkarir daripada bersama keluarga karena hanya dia satu-satunya tulang punggung keluarga. Ada yang mungkin lebih memilih bercerai karena dia merasa kondisi psikisnya dalam hubungan pernikahan sangat tidak sehat. It’s depend on you.


Tidak ada perbandingan yang setara antar setiap orang karena garis start tiap orang berbeda, lintasan pacunya pun tidak sama.


So, don’t judge other atas apa yang mereka pilih. Mungkin terlihat tidak tampak baik dari luar, tapi siapa tahu yang di dalam? Mungkin seseorang bisa lebih bahagia saat merantau meski harus jauh meninggalkan orang tua. Mungkin seseorang dapat lebih bebas berkarya saat memutuskan berpisah dengan orang terdekat yang selama ini mengekangnya. We don’t know.


Setiap pilihan mengandung konsekuensi. Hal ini seharusnya disadari oleh kita sebagai pengambil pilihan. Baik konsekuensi baik maupun buruk. Konsekuensi buruk tentu memerlukan penanganan ekstra. Semaksimal mungkin jika bisa, kita harus menambal kekosongan yang terjadi akibat pilihan yang diambil. Misal ketika kita lebih memilih karir dengan load pekerjaan yang sangat banyak, di sisa waktu yang sedikit sisihkan waktu secara berkualitas dengan keluarga. Khusus untuk para ibu muda, ‘penambal dosa’ begini rasanya tetap nggak bisa menutup guilty feeling. It’s normal, but life must go on.


Kita tidak bisa mendapatkan semuanya sekaligus. Waktu dan tenaga kita terbatas untuk itu. Jalan tengah mungkin bisa dipilih untuk mendekatkan beberapa pilihan yang kita inginkan. Ini juga merupakan sebuah pilihan dengan konsekuensi tidak maksimal pada setiap pijakan. 


Silakan pilih pilihan sesuai panggilan hatimu, bukan pilihan yang dipilihkan oleh orang lain untukmu. 


Tapi bagaimana dengan hidup orang yang tidak punya pilihan? Misal karena harus merawat orang tua yang sedang sakit, jadi tidak bisa mewujudkan impian bekerja di kota besar. Atau ada seorang wanita karir yang terpaksa resign karena 'diharuskan' mengurus anak. Atau karena tidak punya kemampuan yang lebih secara finansial sehingga tidak bisa mengusahakan mimpinya.


Pilihan terbaik yang harus dilakukan adalah accept that condition. Kondisi buruk jika kita terima akan lebih mudah dijalani jika dibanding kita mengeluh, menyesal, atau mengutukinya. []

Rindang Yuliani
Hi, I'm Rindang Yuliani. I'm a writer, a civil servant, and living in Barabai, South Borneo. I love reading and I'm interested in travelling. My first book is Escape, Please!

Related Posts

Posting Komentar