Menikmati Proses. Meladeni Obsesi. Mengakrabi Tuhan.

[Fiksi] Kemenangan Pangeran Samudera

5 komentar

Galuh Kalingga duduk dengan gelisah di atas balai bambu di depan rumahnya. Sudah sejak pagi tadi, ia bolak-balik masuk ke dalam rumah hanya untuk melihat ibunya lalu keluar lagi melihat gerombolan orang di kejauhan.

“Bu, apakah ayah baik-baik saja?” tanyanya sekali lagi ketika masuk ke dalam rumah.

“Doakan saja, Nak. Kabarnya hari ini perang dilakukan hanya antara Pangeran Tumenggung dan Pangeran Samudera. Ayahmu di sana hanya untuk menyaksikan,” jawab Astika, ibunya Galuh Kalingga. Ia sedang khusyuk duduk sambil menangkupkan kedua belah tangan di depan dada, berharap agar Dewa menyelamatkan suaminya.

Galuh Kalingga mendengus, ia tidak peduli dengan kedua pangeran yang sedang bertikai tersebut. Ia hanya memikirkan keselamatan ayahnya yang sudah satu minggu tidak pulang dari medan perang.

http://bloggbebass.blogspot.com

Salah seorang tetangganya kemarin pulang tinggal nama. Ia adalah ayah dari 3 anak, paling sulung seusia dengan Galuh Kalingga. Keluarganya sedih sekali, mereka meratap betapa tidak adilnya perang kerajaan karena telah mengorbankan kehidupan rakyat jelata. 


Nasib ayah Galuh Kalingga lebih mujur, sampai kemarin seorang kerabat membawa kabar jika Lasman masih hidup. Hal itu membuat Galuh Kalingga dan ibunya senang tapi juga harap-harap cemas tentang kondisi yang akan datang.

Dari kerabat tersebut jugalah Astika tahu bahwa hari ini akan diadakan duel antara kedua pangeran. Hal tersebut dikarenakan keprihatinan Arya Trenggana, Patih Nagara Dipa –daerah di mana Galuh Kalingga tinggal, terhadap banyaknya korban dari rakyat biasa demi perebutan kekuasaan kedua pangeran.

Galuh Kalingga sendiri sebenarnya mendukung Pangeran Samudera, karena kata ayahnya dialah penerus Kerajaan Nagara Daha yang sah. Namun, ayahnya sendiri berperang sebagai prajurit Nagara Dipa, karena Pangeran Tumenggung yang sedang berkuasa di sana.

“Gusti, selamatkanlah ayah hamba.” Galuh Kalingga berdoa dengan lirih.

Terdengar sorak sorai dari kejauhan. Galuh Kalingga berdiri di atas balai bambu untuk memperluas jangkauan pandangannya. Ia sebenarnya ingin sekali mendekat ke sana, tapi ibunya sejak satu minggu yang lalu tidak pernah mengizinkannya.

“Ada apa, Nak?” Ibu Galuh Kalingga yang juga mendengar keributan tersebut bergegas ke luar rumah.  

“Sepertinya terjadi sesuatu, Bu. Bisakah kita ke sana? Sepertinya kondisi sudah aman.” Galuh Kalingga mencoba membujuk ibunya untuk memenuhi rasa penasarannya.

Astika berpikir sejenak, lalu mengangguk. “Ayo kita ke sana!”

Mereka bergegas berjalan ke arah keramaian beriringan dengan beberapa ibu-ibu yang juga terlihat penasaran menuju ke sana.

Sesampainya di tujuan, dari tepi sungai terlihat sebuah perahu terbuka. Di atas perahu tersebut terlihat kedua pangeran berpelukan dengan air mata yang membanjiri wajah mereka/

“Apa yang terjadi?” tanya Galuh Kalingga pada seorang bapak-bapak di sebelahnya.

“Kedua pangeran berdamai setelah bertarung sengit di atas perahu. Pangeran Tumenggung akhirnya sadar bahwa ia tidak bisa membunuh Pangeran Samudera hanya karena tahta,” jelas bapak tersebut.

Galuh Kalingga mengangguk-angguk. Ia ingin menceritakannya kepada ibunya, ternyata sang ibu sudah tidak ada di sebelahnya. Ia menerobos kerumunan orang untuk mencarinya.

Akhirnya ia menemukan ibu bersama ayahnya berbicara di antara kerumunan orang lainnya. Galuh Klaingga yang baru saja mendekat segera dipeluk ayahnya.

“Semua sudah berakhir, Nak,” kata Lasman kepada putrinya.

Galuh Kalingga mengangguk lega di pelukan ayahnya.

Hari itu, 24 September 1526 Pangeran Samudera alias Sultan Suriansyah resmi dinobatkan sebagai raja Kerajaan Banjar yang meliputi seluruh wilayah provinsi Kalimantan Selatan. Galuh Kalingga dan keluarganya serta seluruh rakyat yang berada di bawah kekuasaan Kerajaan Banjar kemudian masuk ke dalam agama Islam sebagai pemenuhan janji terhadap Kerajaan Demak yang membantu Pangeran Samudera dalam perang saudara tersebut.[]

Rindang Yuliani
Hi, I'm Rindang Yuliani. I'm a writer, a civil servant, and living in Barabai, South Borneo. I love reading and I'm interested in travelling. My first book is Escape, Please!

Related Posts

5 komentar

  1. Berandai2 jika sekarang masi jaman kerajaan...

    BalasHapus
  2. Akhirnya, cerita fiksi sejarah darii luar jawa :D
    Cakeeeeep

    BalasHapus
  3. Saya tertarik sekali dengan kisah ini. Keren, Mbake.
    Bisa dieksplore lebih jauh menjadi novel sejarah ini.

    Salam,
    Heru W.

    folback my blog:
    https://dloverheruwidayanto.blogspot.co.id

    BalasHapus
  4. bagus mbak....sukaaa
    Saya malah belum bisa nulis Hisfic

    BalasHapus

Posting Komentar