Menikmati Proses. Meladeni Obsesi. Mengakrabi Tuhan.

Sibling Rivalry

Posting Komentar
Aku ini tipe pemikir. Semua-mua dipikirin. Gak heran, banyak yang ngatain aku serius. Dengan berpikir, goalku cuma satu. Gimana solusi yang tepat untuk masalah yang sedang kupikirkan. Iya, aku kayaknya kena hero sindrom yang ingin semua masalah di dunia ini bisa diselesaikan. Karena sindromku ini, aku sering diwanti-wanti suami. Gak bisalah, kata dia, dunia ini tanpa masalah. Kadang, masalah tidak harus diselesaikan agar kita bisa tetap hidup normal.

Kalau sudah brainstorming dengan suami dan hasilnya ternyata aku belum atau tidak mampu untuk membantu mengatasi masalah tersebut, pelarianku ya nulis gini. Kalau kata suami, oke deh aku (dan/atau dia) bisa ikut terjun berkontribusi untuk menyelesaikan masalah tersebut maka aku akan action.


Jadi gini waktu makan malam tadi mama cerita tentang tetangga yang rumahnya yang tidak terlalu dekat dengan kami. Mama diceritakan oleh kerabatnya bahwa di rumah tetangga tersebut terjadi ketidakakuran antara dua saudara. Padahal jarak antar saudara tersebut kurang lebih 10-15 tahun, rasanya terlalu jauh untuk saling cekcok ya. Tapi faktanya ya memang begitu, si adik ini yang katanya 'kurang ramah' terhadap sang kakak. Keduanya sudah sama-sama menikah dan punya anak, tapi masih tinggal di rumah yang sama yaitu di rumah orangtua mereka.

Entah apa penyebab awal ketidakharmonisan di antara keduanya. Yang jelas, solusi paling tepat untuk masalah keduanya menurutku adalah pisah rumah. Kalau perlu, keduanya pindah dari rumah orangtua mereka.

Dalam dunia psikologi, keadaan ini disebut sibling rivalry. Aku heran dengan keadaan yang menyebabkan kakak beradik bisa bersengketa, mungkin karena latar belakang keluargaku yang mengajarkan bahwa perlakukan saudara kita sama dengan kita memperlakukan diri kita sendiri. Tak perlu iri dengan mereka jika mereka lebih kaya/kuat/beruntung. Sebaliknya, ketika saudara kita berada dalam kondisi lebih miskin/lemah/kurang beruntung dibandingkan kita ya tugas kitalah untuk merangkulnya.

Aku juga jadi teringat dengan cerita seorang bloger yang masa lalunya diwarnai dengan sibling rivalry sehingga mengharuskan dia tinggal di rumah neneknya. Mau tak mau sibling rivalry tersebut juga telah mengubah dan menentukan masa depannya yang sedang dijalaninya saat ini.

Menurutku kasus sibling rivalry ini tidak sedikit dialami oleh keluarga di dunia. Ada banyak penyebab, terutama finansial, kondisi fisik, dan buruk sangka. Peran orangtua paling utama dalam menghindari terjadinya pertentangan antar saudara seperti ini sangat penting. Semoga kita bisa selalu berprasangka baik terhadap saudara-saudara kita dan kita pun bisa menanamkan konsep yang baik tentang saudara kepada anak agar sibling rivalry akan semakin kecil terjadi. Aamiin. [R]
Rindang Yuliani
Hi, I'm Rindang Yuliani. I'm a writer, a civil servant, and living in Barabai, South Borneo. I love reading and I'm interested in travelling. My first book is Escape, Please!

Related Posts

Posting Komentar