Menikmati Proses. Meladeni Obsesi. Mengakrabi Tuhan.

Review Novel Homeless Bird

4 komentar
Novel ini bercerita tentang Koly, seorang gadis remaja asal India yang karena adat harus menikah di usia 13 tahun. Ia akhirnya menikah dengan seorang remaja lelaki yang sakit-sakitan. Sementara itu, Sass -ibu mertuanya sangat galak dan keras kepadanya. Beruntung, ada Chandra -adik iparnya yang menjadi teman di rumah di mana ia harus mengabdi. Dalam budaya India seorang gadis yang telah menikah harus tinggal di rumah suaminya. Dan tak ada alasan untuk Koly supaya ia bisa kembali ke rumah Maa dan Baapnya.


Judul : Homeless Bird
Penulis : Gloria Whelan
Penerbit : Atria
Tahun terbit : 2012
Bahkan ketika Koly akhirnya menjadi janda. Tradisi di tempat tinggalnya melarangnya untuk kembali ke rumah orangtuanya karena akan memberi aib kepada keluarga. Lalu terkatung-katunglah Koly di Vrindavan -sebuah daerah khusus janda. Beruntung, di sana ia menemukan nasib baiknya berkat Raji -seorang penarik becak.

Nasib baiknya berasal dari keahliannya menyulam quilt dan keberaniannya bertahan di tengah tradisi yang mengekang kebebasan seorang perempuan. Oleh karena itu quote yang terpampang di cover novel ini tertulis, "Terkadang keberanian dan harapan bisa lebih kuat daripada tradisi".

Aku suka dengan novel ini. Meski tipis, hanya berjumlah 180 halaman, tapi merangkum cerita kehidupan seorang gadis India yang malang. Dalam bahasa Inggris diterbitkan pertama kali pada tahun 2000, novel ini menceritakan gambaran keadaan India pada saat itu. Terutama mengenai transportasi dan alat pendingin ruangan yang baru saja diketahui oleh Koly.

Aku juga sedikit ngeri dengan kerasnya adat India pada saat itu. Entahlah kalau sekarang. Sepertinya modernitas sudah menguasai seluruh daratan India seperti halnya negara kita. Kisah cinta Koly yang sederhana pun kusuka. Tidak dibuat-buat.

Dalam bentuk terjemahan, novel ini khas sekali kalimat-kalimatnya. Tentu aku harus berterima kasih kepada penerjemah Ida Wajdi sehingga aku bisa menikmati novel ini dengan baik.

Novel ini kubeli saat book fair kemarin dengan dorongan impulsif setelah kubaca blurbnya. Yang paling mendorongku agar membeli saat itu adalah kata 'tradisi India'. Pepatah bahwa buku adalah jendela dunia sangat tepat sekali, aku jadi bisa mengenal sedikit budaya India lewat novel bercorak orange ini.

Homeless bird sendiri adalah perandaian seorang Koly yang seperti burung kehilangan rumah setelah ia menikah. Istilah tersebt ia dapat dalam sebuah buku puisi Tagore milik almarhum Sassur -ayah mertuanya. Ketika akhirnya ia menemukan nasib baiknya, maka di saat itulah ia sudah menemukan jalan pulang yang tepat.
Rindang Yuliani
Hi, I'm Rindang Yuliani. I'm a writer, a civil servant, and living in Barabai, South Borneo. I love reading and I'm interested in travelling. My first book is Escape, Please!

Related Posts

4 komentar

  1. Wah kebetulan punya buku ini....Tapi masih belum dibaca...a.k.a masuk reading list :))

    BalasHapus
    Balasan
    1. Baca, baca, baca. Novelnya ringan tapi berisi.

      Hapus
  2. Di negara berkembang spt India & Indonesia msh byk yg nikah dini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar, Mbak Lusi. Di kampung saya saja masih ada remaja yg dinikahkan usia 17 tahun.

      Hapus

Posting Komentar