Menikmati Proses. Meladeni Obsesi. Mengakrabi Tuhan.

Study Tour Bali - Malang [III]

4 komentar
Jum’at, 20 Januari 2012

Braaakk. Huft, aku langsung terbangun dari tidurku.Ternyata itu tadi bunyi roda bus yang menabrak lubang besar di badan jalan. Aku kaget bercampur takut, pun teman-teman. Alhamdulillah, tidak terjadi kerusakan berarti suara keras yang mengagetkan tersebut. Sejak terbangun dini hari itu aku tak lagi tertidur hingga waktu subuh tiba. Kami pun mampir di sebuah masjid di Kota Malang.

Selesai melaksanakan kewajiban shalat subuh, kami melanjutkan perjalanan hingga tiba di Wisma PSBB (Pusat Sumber Belajar Bersama) sekitar jam 6 WIB. Di wisma milik MAN 3 Malang inilah kami akan menginap nanti malam. Bangunannya tepat berhadapan dengan Universitas Negeri Malang. Kami mengistirahatkan badan sejenak sebelum ke destinasi selanjutnya.

Setelah beristirahat dan membersihkan diri, kami pun sudah siap untuk studi banding ke Universitas Brawijaya. Ketika pertama kali masuk ke area kampus ini, kami berdecak kagum karena melihat arsitektur bangunan gedunganya yang begitu modern jika dibandingkan dengan kampus kami. Terasa begitu megah dan luas. Bahkan ada temanku yang menyelutuk, ini kampus atau kantor pemerintahan ya?


Salah satu sudut kampus UB

Setelah turun dari bus, kami langsung menuju Fakultas MIPA dan diterima di Ruang Pertemuan MIPA. Setelah makan siang dan shalat Jumat kami dibawa berkeliling ke gedung khusus Biologi. Laboratorium milik mereka benar-benar lengkap. Aku tertarik dengan koleksi tumbuhan hasil kultur jaringan yang berada di ruangan khusus. Keren. Oya, selain program sarjana di UB juga telah ada program S2 dan S3 Biologi. Mantap.


Foto bersama di depan Jurusan Biologi

Ketika kami menunggu untuk masuk kembali ke dalam bus, ternyata ban bus pecah dengan bunyi yang nyaring. Cukup mengagetkan karena kami sedang berada di open space kampus yang lengang. Alhamdulillah, trouble tersebut bisa diatasi sehingga kami bisa melanjutkan perjalanan kembali. Tempat selanjutnya yang kami kunjungi adalah Masjid Tiban di Kecamatan Turen. Sebenarnya bangunan ini bukan masjid, tapi sebuah pesantren. Namun, karena nama pesantrennya panjang sekali maka nama masjid yang ada di kawasan pesantren inilah yang mudah diucapkan orang untuk merujuk ke bangunan 10 lantai ini.

Berdasarkan penuturan pemandu wisata kami saat di Malang (kalau nggak salah nama beliau Mbak Dian), “tiban” dalam bahasa Jawa artinya “jatuh”. Hal ini berkaitan dengan sejarah masjid ini. Konon katanya di tempat yang sekarang ini berdiri pesantren, dulu tidak terdapat apa-apa. Namun, pada suatu ketika tiba-tiba di sana berdiri mesjid yang tidak diketahui siapa yang membangunnya. Seolah-olah masjid tersebut jatuh dari langit. Oleh karena itu oleh masyarakat setempat bangunan itu dinamakan Masjid Tiban dan dikenal hingga keluar daerah karena cerita unik dan wisata religinya.

Masjid Tiban tampak depan

Pembangunan pesantren ini terus dilakukan, hingga saat kami berkunjung bangunannya telah bertingkat 10. Segala renovasi dan pembangunan pesantren ini dilakukan oleh para santri yang mondok di sana. Aku sangat menikmati interior bangunannya yang patut diacungi jempol, unik dan artistik. Meski suasana di pesantren ini sejuk dan religius, tapi bangunan pesantren ini auranya agak aneh, dingin, dan mistis menurutku.

Berdasarkan pengamatan singkatku, santri di sana berusia dewasa tidak ada anak-anak. Namun, lalu lalang para wisatawan di semua sudut ruangan sedikit menyamarkan yang mana santri yang mana wisatawan. Aku ingat entah siapa yang bertanya, seorang santri menjelaskan mengapa ia berada di sini. Katanya ia ingin menghindari hiruk pikuk duniawi dengan menimba ilmu agama di pesantren ini.

Di pesantren ini kami melakukan tur gedung 10 lantai. Meski bangunannya berbentuk gedung, tapi di beberapa spot kami pun melihat beberapa bukaan dengan tumbuhan hijau sebagai pelengkap. Arsiteknya keren. Di lantai tertinggi kami dikagetkan oleh adanya beberapa toko kecil yang menjual berbagai macam pakaian dan makanan. Semacam mini mallnya pesantren ini.

View dari atas gedung Masjid Tiban

Dari lantai tertinggi kami langsung menuju keluar bangunan lewat jalan yang berbeda dari jalan masuk. Wah, bangunannya benar-benar unik. Aku ingat sewaktu kami turun, hari sudah mulai gelap dan kami melihat bangunan masjid yang begitu megah berwarna putih dengan kerlap kerlip lampu seperti puri di negeri dongeng.


Masjid Negeri Dongeng ;p

Selesai berwisata rohani di Masjid Tiban, kami kembali ke Kota Malang dan mampir di Malang Town Square (Matos). Cuci mata dan belanja. Sepulangnya dari sana, kami langsung beristirahat di wisma.

Di Pelataran Matos

Sabtu, 21 Januari 2012

Tak terasa, ini adalah hari terakhir kami melaksanakan study tour. Pagi-pagi kami sudah chek out dari wisma. Dengan bus wisata yang setia menemani, kami sarapan dan berangkat menuju Bandara Juanda. Di Sidoarjo, kami mampir sebentar untuk melihat langsung tanggul lumpur panas Sidoarjo yang dibangun tinggi. Dari tempat kami berdiri, kami melihat di beberapa titik lumpur panas masih menggelegak dan menyembur dari perut bumi. Ngeri sekali.

Di Lumpur Lapindo

Perjalanan pun kami lanjutkan sebelum berhenti lagi di sebuah toko oleh-oleh, yaitu Toko Tanggul Angin. Aku kecele karena berharap toko ini menjual oleh-oleh keripik buah yang aku suka, ternyata toko ini menjual kerajinan khas Malang seperti dompet, tas dan sepatu. Ketika waktu makan siang tiba, kami mampir untuk makan siang dan shalat di rumah makan. Aku ingat waktu itu nyoba menu kwietiaw dan rasanya kurang enak. Sayang, sudah lupa nama rumah makannya.

Akhirnya kami tiba di bandara dan mendapati bahwa penerbangan kami harus tertunda. Kali ini delaynya lebih lama, karena hujan deras yang mengguyur Surabaya. Beruntung kami ramai mengobrol sehingga tidak terlalu lama menunggunya. Teman-teman cowok malah lebih anteng karena mereka jadi bisa melihat siaran bola langsung dari tv yang ada di bandara.

Jam 8 malam, akhirnya kita tiba di Bandara Syamsudinnor. Alhamdulillah. Setelah rasa syukur karena penerbangan yang lancar jaya, aku dan geng tak tahan untung tidak mengumpat. Karena kami bertemu kembali dengan paman supir taksi jutek yang mengantar kami di awal cerita ini. Entah dengan hikmah apa, semesta sepertinya senang mempertemukan kami dengan dia. Wkwk. Yang penting akhirnya kami tiba dengan selamat di rumah dan kos masing-masing [].



Artikel Terkait:

Rindang Yuliani
Hi, I'm Rindang Yuliani. I'm a writer, a civil servant, and living in Barabai, South Borneo. I love reading and I'm interested in travelling. My first book is Escape, Please!

Related Posts

4 komentar

  1. asyik ya belajar sekalian jalan2 :)

    BalasHapus
  2. Sungguh, cerita perjalanan yang menarik untuk dibaca. Tetapi saran aja nih, lebih baik ada beberapa foto untuk menunjang tulisannya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehe iya Mbak Iva. Saya baru saja sempat memasukkan foto2nya.

      Hapus

Posting Komentar