Menikmati Proses. Meladeni Obsesi. Mengakrabi Tuhan.

Amuntai

6 komentar
Amuntai adalah sebuah kota yang menjadi ibukota Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU), Provinsi Kalimantan Selatan. Tanah yang mendominasi wilayah Amuntai adalah rawa dan sungai sehingga jika hujan lebat sedikit saja, Amuntai akan mengalami banjir.





Dengan slogan “Amuntai Kota Bertakwa”, Amuntai memang masih terbilang religius jika dibandingkan dengan kota besar lain di Kalimantan Selatan. Sebagai simbol kereligiusan kota ini, terdapat sebuah masjid besar di tengah kota yang bernama Masjid Raya At-Taqwa. Selain itu, adat budaya di Amuntai masih kental sehingga kesan tradisional masih terasa ketika kita menjelajah kotanya. Mungkin pada zaman dahulu kala, di sinilah salah satu daerah yang menjadi cikal bakal peradaban Kalimantan Selatan. Terbukti dengan adanya sungai besar yang melintasi Kota Amuntai, yang dulunya merupakan jalur utama transportasi. Seperti halnya Kota Banjarmasin, dengan banyaknya sungai dan anak sungai yang melintas di Kota Amuntai, maka jembatan pun banyak menghiasi hampir di seluruh sudut kota. Salah satu jembatan terbesar di Amuntai adalah Jembatan Paliwara.

Jembatan Paliwara

Ada beberapa ciri khas yang hanya dimiliki oleh sebagian besar orang Amuntai, yaitu logat yang berayun dan cadel saat bicara. Selain itu, konon watak dasar orang Amuntai terkesan sedikit kasar terutama laki-laki. Hal ini mungkin dikarenakan mereka senang berbicara keras, yang juga merupakan sifat Suku Banjar pada zaman dahulu karena demografi penduduk yang tinggal berseberangan sungai. Sehingga agar bisa terdengar lawan bicara di seberang sungai, maka saat berbicara harus berteriak. Aku menjumpainya sendiri ketika kuliah dan bertemu dengan teman-teman yang asalnya dari Amuntai. Meski begitu secara umum orang Amuntai terkenal gigih dalam berjuang, sehingga ada banyak orang Amuntai yang sukses di tanah perantauan. Sebutlah seorang dosen favoritku di Fakultas Pertanian, baru saja beliau meraih gelar doktor dari universitas luar negeri dan sekarang menetap di Kota Banjarbaru.

Masjid Agung Amuntai

Kuliner khas Amuntai adalah itik becabut tulang. Itik atau bebek ini memang banyak diternakkan di salah satu daerah di Amuntai, yaitu Kecamatan Alabio sehingga juga dikenal dengan sebutan Itik Alabio. Tempat wisata terkenal di Amuntai adalah Candi Agung, yaitu salah satu situs Kerajaan Banjar yang bukti-buktinya masih tersisa hingga sekarang. Beberapa tahun belakangan, salah satu tempat wisata keluarga yang hits di Amuntai adalah Water Boom Amuntai. Di depan water boomnya terdapat sebuah rumah makan dengan konsep lesehan yang yang menunya enak banget. Nama rumah makannya adalah Lesehan Melati, recomended deh bagi yang baru pertama kali ke Amuntai.



Taman kota adalah tempat bersantai yang paling ramai saat hari libur. Ada banyak penjual makanan dan minuman disana. Kalau aku ke Amuntai biasanya nongkrong di sini, sekadar beli pentol dan minum jus sembari melepas lelah atau sedang mengulur waktu karena menunggu sesuatu. Dekat dengan area taman, terdapat Plaza Amuntai yang menempati gedung kecil bertingkat tiga. Saat aku SD atau SMP, plaza ini sempat hits dan menjadi tempat yang harus dikunjungi jika berjalan-jalan ke Amuntai. Namun, ketika baru-baru ini aku ke sana sekitar pertengahan tahun 2016, pengunjung yang datang ke sana tidak terlalu banyak lagi. Hal ini mungkin karena isi plazanya tidak terlalu menarik, hanya berisi toko-toko yang menjual berbagai macam barang. Persis seperti pasar. Khusus di lantai 3 terdapat arena bermain anak. Waktu aku ke sana aku hanya mampir ke sebuah toko peralatan rumah dan membeli beberapa printilan serba 5000. Uniknya, ketika membongkar barang belanjaan di rumah aku baru sadar bahwa printilan-printilan yang kubeli tersebut berwarna hijau semuanya. Aih, green addict.

Hasil buruan

Berbeda dengan plaza yang berkonsep semi modern tersebut, aktivitas warga di pasar tradisional Amuntai sangat ramai. Pasar tradisional berlantai dua tersebut menjual berbagai macam kebutuhan masyarakat dengan harga yang terjangkau. Selain itu, ada banyak toko yang menjual jenis barang yang sama sehingga para pembeli dapat memilih sesuai selera. Tak heran, pasar tradisional Amuntai ini terkenal ke seantero Kalimantan Selatan.


Demikianlah, reviewku mengenai Kota Amuntai. Kota yang berjarak sekitar 1 jam perjalanan dari rumahku ini memang mempunyai berbagai macam hal yang menarik untuk diketahui.
Rindang Yuliani
Hi, I'm Rindang Yuliani. I'm a writer, a civil servant, and living in Barabai, South Borneo. I love reading and I'm interested in travelling. My first book is Escape, Please!

Related Posts

6 komentar

  1. Penasaran sama rasa itik becabut tulang mbaak. . Lucu namanya. . Wkwkwkw

    BalasHapus
  2. wow, jadi penasaran, aku selalu suak dengan hal yanga da di luar jawa, mau tahu tentang budaya, seni dan kebiasaan warganya

    BalasHapus
  3. Hehe, itu bahasa Banjar Mbak Lucky, artinya itik tanpa tulang.

    BalasHapus
  4. Ayo, traveling ke sini Mbak Tira. Saya akan dengan senang hati menjadi guide ;)

    BalasHapus

Posting Komentar