Menikmati Proses. Meladeni Obsesi. Mengakrabi Tuhan.

Negeri Kabut Asap

Posting Komentar
Sudah sekitar dua minggu ini kabut asap melanda kotaku, bahkan hampir satu provinsi. Meskipun tahun-tahun sebelumnya kabut asap juga datang, namun tahun ini kabut asap paling tebal yang pernah kutemui. Hari ini saja, jarak pandang kurang dari 50 meter. Sudahlah pekat, kabutnya bau pula. Setidaknya ada 3 efek buruk dari kemunculan kabut ini. Pertama dari segi kesehatan, yang paling berbahaya adalah yang punya riwayat penyakit pernafasan. Bisa kena ISPA atau asma akut. Bahkan orang yang sehat pun merasakan sesak yang sangat di tengah kabut yang demikian tebal.

pasangmata.detik.com

Efek yang  kedua dengan berkurangnya jarak pandang, risiko kecelakaan di jalan meningkat. Menyalakan lampu utama di sepanjang jalan saat berkendara adalah hal yang wajib dilakukan. Yang terakhir, kabut asap dapat menghambat aktivitas harian. Ada beberapa sekolah yang meliburkan siswanya karena khawatir dengan kesehatan anak-anak. Di sekolahku sendiri saat awal-awal kabut asap melanda, ada banyak anak yang kambuh asmanya. Belum lagi yang pusing atau muntah. UKS jadi penuh. Sehingga beberapa hari kemudian kebijakan dari yayasan keluar yaitu memulangkan anak-anak lebih cepat dari jam normal.

Kabut asap pekat adalah tamu tahunan di musim kemarau terutama di Kalimantan dan Sumatera. Dua pulau ini merupakan pulau dengan persentase hutan yang masih banyak. Sehingga ketika kebakaran melanda di lahan hutan atau perkebunan yang luas, kabut asap yang dihasilkan pun tidak sedikit. Bahkan ada yang sampai "ekspor" ke negara tetangga.

Semoga hujan segera turun. Sudah satu bulan lebih hujan tidak turun-turun. Pray for negeriku, negeri kabut asap.
Rindang Yuliani
Hi, I'm Rindang Yuliani. I'm a writer, a civil servant, and living in Barabai, South Borneo. I love reading and I'm interested in travelling. My first book is Escape, Please!

Related Posts

Posting Komentar