Menikmati Proses. Meladeni Obsesi. Mengakrabi Tuhan.

Kabut Asap

Posting Komentar
Kamu bagai kabut asap di pagi hari, bikin nyesek. Iya, kamu #skripsi ^^

Aku sedang tidak ingin membicarakan skripsi, tapi tentang kabut. Kabut asap tepatnya, yang bikin dada nyesek -secara harfiah, pagi-pagi. Seperti siklus tahunan, setiap musim kemarau, kabut asap akan dengan senang hati mengunjungi bumi Kalimantan (aku kurang tahu kalau di pulau lain).

Seperti beberapa pagi ini, aku sangat terganggu dengan kabut dan bau asapnya. Bikin nyesek. Bahkan terpaksa, aku dan temanku saat jogging  menggunakan masker. Nggak asyik banget kan? Niatnya olahraga pagi-pagi dapat udara segar, ini malah dapat nyesek.

www.kalsel.antaranews.com
Untuk beberapa kawasan di Banjarbaru menurutku kabut asapnya lebih tebal dari daerah lain. Misalnya di kawasan sekitar bandara, kabut asapnya  tebal banget. Jarak pandang tinggal hitungan kurang dari 10 meter. Mungkin karena daerah di sana terbuka begitu ya. Kabutnya pun tidak hanya terasa saat pagi hari, karena ketika aku lewat di sana saat siang dan sore-sore. Tetap berasa kabut dan bau asapnya.

Hoy, siapa yang harus disalahkan kalau sudah begini? Para pengeruk keuntungan yang membakar lahan? Petani yang membuka ladang dari hutan? Pemerintah yang tidak becus mengatur kebijaksanaan? Hoy, rakyat jelata sepertiku tentu tak punya andil menentukan siapa yang salah. Aku hanya bsa ngedumel tanpa pernah bisa melakukan solusi. Karena setiap tahun ya kejadian ini selalu berulang.

Stok masker harus ditambah. Tidak hanya ketika kerja di laboratorium saja aku harus pakai masker. Kemana-mana wajib pakai masker. Setidaknya mengurangi risiko terserang ISPA yang mungkin saja datang tak diundang. 
Rindang Yuliani
Hi, I'm Rindang Yuliani. I'm a writer, a civil servant, and living in Barabai, South Borneo. I love reading and I'm interested in travelling. My first book is Escape, Please!

Related Posts

Posting Komentar