Menikmati Proses. Meladeni Obsesi. Mengakrabi Tuhan.

Petir dan Cerita-ceritanya

Posting Komentar
Beberapa hari yang lalu aku sedang di rumah. Petir menyambar-nyambar disertai angin kencang dan hujan lebat. Mama berkata, “coba kalau Rindang nggak ada, pasti mama akan merasa ketakutan banget sendiri dengan cuaca seperti ini di rumah”. Padahal sudah Mei pikirku kenapa ada hujan selebat ini. Hari-hari sebelumnya juga sering hujan.

Oke, aku sedang tidak membahas tentang mama yang sepi sendirian di rumah, atau tentang anomali cuaca akibat pemanasan global. Aku sedang ingin membahas tentang petir dan beberapa cerita yang pernah kudengar tentang petir.

blogculla.blogspot.com

Seorang tetanggaku pernah tersambar petir. Jadi sangat trauma cuaca sedang berpetir apalagi jika disusul oleh suara guruh yang menggelegar. Bersama dengan tetanggaku tersebut juga ada orang di kampung kami yang meninggal saat tersambar petir di sawah. Pantas saja tetanggaku begitu trauma.

Di keluargaku biasanya kalau ada petir langsung disuruh menyalakan api. Begitu mitosnya. Entah apa penjelasan ilmiahnya. Sedangkan di keluarga teman-temanku katanya kalau ada petir disarankan jauh-jauh dari kaca dan jendela. Kalau yang pernah kudengar sih kalau ada petir jangan pernah mengaktifkan gadget. Seorang teman katanya pernah bandel, dia tetap main laptop saat petir terjadi dan langsung “dihukum” saat itu juga. Ada kilat yang menyambar di dekat kamarnya, beruntung tidak menyambar laptopnya. Untuk yang terakhir ini, aku percaya. Karena secara ilmiah juga sudah dibuktikan bahwa petir akan menyambar benda-benda yang memiliki aliran listrik.

Aku juga pernah bandel dengan petir ini. Sedikit menyepelekan. Aku menyesal banget untuk itu. Waktu itu aku di jalan menuju kost dari rumah. Pas maghrib gitu hujan berpetir. Tapi aku bandel tetap nerusin perjalanan. Gara-gara mau cepat sampai. Mana jalan gelap banget lagi. Mati lampu. Horor dah pokoknya. Jera aku malam-malam di jalan. Harusnya aku berhenti, paling tidak shalat maghrib baru melanjutkan perjalanan. Tapi beruntungnya aku tidak kenapa-napa.

Bagi teman-teman, jangan ditiru ya kebandelanku tersebut. Mencegah lebih baik daripada mengobati. Sabar sebentar, beruntung selamanya. Alhamdulillah, aku sudah sadar tanpa diberi teguran terlebih dahulu dari Allah.
Rindang Yuliani
Hi, I'm Rindang Yuliani. I'm a writer, a civil servant, and living in Barabai, South Borneo. I love reading and I'm interested in travelling. My first book is Escape, Please!

Related Posts

Posting Komentar