Menikmati Proses. Meladeni Obsesi. Mengakrabi Tuhan.

Unek-unek di Tahun ke-66 Kemerdekaan Indonesia

Posting Komentar
Ahaa, besok ulang tahun Negara Indonesia. mau kasih kado apa Rindang? Emm (berpikir -mode on). Ahh, apa yang bisa kuberi pada bangsa ini? Aku malah balik tanya. Aku sudah kuliah, sudah menyandang gelar mahasiswa -yang identik dengan beban sebagai agent of change- masih belum bisa memberikan sesuatu yang berarti bagi bangsa sendiri. Uhh, aku garuk-garuk kepala yang tak gatal. Bukan sebagai pembelaan diri nih yaa, sepertinya bukan hanya aku yang berpikir tak bisa memberikan sumbangsih bagi negara. Bisa jadi hampir seluruh pemuda Indonesia berpikir yang sama seperti aku dan yang lebih ekstrem lagi mereka bahkan tak tahu apa yang harus diperbuat untuk itu.

Indonesia Merdeka?


Ahh, jangan terlalu dibahas Rindang, bikin malu saja. Tapi memang seperti itu kok keadaannya (suara hati nurani). Para pemuda sekarang lebih banyak memikirkan hal-hal sepele dalam kehidupannya. Lihat saja faktanya sendiri (atau bahkan ada dalam diri kamu?). Bandingkan dengan pemuda pada satu dasawarsa lebih yang lalu, para pemuda -khususnya mahasiswa adalah kepala pergerakan negeri ini, bahkan menjadi penyebab utama zaman reformasi yang kita nikmati sekarang. Duh, mengenaskan sekali nasib bangsa kita. Oleh karena itu marilah kita, para pemuda untuk berbenah diri (mengutip nasihat salah satu ustadz terkenal) mulai sekarang, dari hal yang yang paling kecil dan dari diri sendiri.


Terlepas dari kondisi kepemudaan yang memprihatinkan, sambutan masyarakat umum pun terhadap hari ulang tahun Indonesia sepertinya sepi tahun ini. Tak banyak lingkungan mukim warga yang mengadakan perayaan-perayaan, seperti mengadakan lomba-lomba yang biasanya mampu memeriahkan peringatan tujuh belasan. Hal yang sederhana, seperti mengibarkan bendera merah putih di halaman depan rumah saja ada yang tak melakukannya. Apakah ini pemicunya bulan Ramadhan? Yang jatuh tepat pada bulan Agustus tahun ini. Ah, seharusnya itu adalah alasan tipis yang dicari-cari.

Pasalnya, kita bisa tetap merayakannya dengan cara yang lain, yang tak banyak menguras tenaga, sehingga tidak menganggu ibadah puasa kita. Bisa dengan mengadakan pengajian akbar atau khatam Al-Qur'an masal. Sebagai salah satu bentuk rasa syukur kita karena hidup dalam udara kemerdekaan. Bahkan bukankah 17 Agustus ini juga bertepatan dengan 17 Ramadhan, Nuzulul Qur'an -hari dimana Al-Qur'an diturunkan. Sekalian saja memperingati keduanya. Satu lagi ayang perlu digarisbawahi, bahwa dahulu pada tanggal 17 Agustus 1945, the founding fathers juga mengadakan upacara kemerdekaan dan mengurus segala sesuatunya dalam keadaan berpuasa. Yup, upacara kemerdekaan kita dirayakan pertama kali pada bulan Ramadhan sama seperti sekarang tepatnya pada hari Jum’at, 9 Ramadhan 1364 H. Jadi tak ada alasan untuk merayakan Hari Kemerdekaan tahun ini dengan mengurangi kemeriahan yang telah menjadi ciri khas peringatan hari proklamasi kemerdekaan negara tercinta kita itu sendiri.[]
Rindang Yuliani
Hi, I'm Rindang Yuliani. I'm a writer, a civil servant, and living in Barabai, South Borneo. I love reading and I'm interested in travelling. My first book is Escape, Please!

Related Posts

Posting Komentar